S E P U L U H

10.1K 301 6
                                    

Sebelum mulai tekan BINTANG dulu di sebelah kiri.

"Tidak ada jalan keluar. Menurut atau mati, itu pilihannya."
🦋

[S E P U L U H]

"Hai Elo, you miss me hmm?"

"Guk guk guk."

Daren tertawa ketika pipinya basah terkena jilatan Elo. Mereka tengah berada di ruang tengah mansion milik Arga. Ruangan dominan warna hitam dan emas dan penuh ukiran mewah.

Jam sudah menunjukkan pukul 22.45 dan kantuk belum Daren rasakan.  Maka setelah seharian berkeliling di mansion sekaligus markas, ia melepas penat dengan bermain bersama Elo.

"Daren," panggil Arga sembari memasuki ruang tengah. Ia dikejutkan dengan keberadaan Elo yang tengah mengigit bola warna-warni. "Oh astaga, jauhkan anjingmu!"

Daren tertawa kecil, ia mengaitkan tali di leher Elo dengan kaki meja bulat yang kokoh. Mengelus kecil kepala Elo yang lembut, seolah mengatakan untuk diam disitu sebentar.

"Gea-mu sudah datang," beri tau Arga sembari menjaga jarak dari Elo yang menatap garang ke arahnya.

Laki-laki yang tengah mengenakan kaos hitam itu tersenyum senang hingga taringnya terlihat jelas. Ia sangat antusias.

Sedangkan Arga kini tengah menggaruk tengkuknya yang tak gatal, membuat rambut putihnya sedikit berantakan. "Tapi maaf kan bawahanku. Mereka membuat Gea-mu tertidur lebih lama."

Alisnya terangkat, ia tak peduli, yang penting tidak ada yang menyakiti Gaia. Karena hanya Daren yang boleh menyakiti Gaia.

"Berapa jam?" tanya Daren sembari melangkahkan kaki menuju lorong-lorong, diikuti Arga di sampingnya.

"Sekitar dua jam lagi dia akan bangun."

Setibanya mereka pada suatu ruangan yang sering disebut kamar, Daren meminta semua orang untuk keluar, menyisakan dirinya dan Gaia yang tengah tergeletak mengenaskan di atas tempat tidur.

Daren menghampiri Gaia, ia ikut menidurkan dirinya di samping gadis itu. Tubuhnya menyamping dengan tangan kiri sebagai tumpuan. Dari sini Daren dapat melihat jelas wajah gadisnya yang putih bersih, bulu mata lentik yang tengah terpejam, bibir ranumnya yang selalu saja membuatnya gila.

"Shit," desisnya kala pantulan bulan menyorot indah pada bibir Gaia, seolah menjadi mantra yang memaksa Daren untuk mencicipinya. Ia menggeleng keras, tidak boleh. Paling tidak sampai gadis itu bangun.

Daren mendekat, ia mengigit kecil pipi Gaia dengan gemas. Sebenarnya ia ingin marah kala mengingat Gaia yang sempat pergi meninggalkannya. Tapi melihat wajah gadis itu yang tentram membuatnya kembali tenang. Seolah melihat wajahnya sudah mampu membuat amarahnya teredam.

Tepat seperti perkataan Arga, Gaia terbangun setelah dua jam Daren menunggu. Mata coklat gadis itu perlahan terbuka, menampilkan sorot sayu dan kelelahan. Ia terlonjak kaget ketika mendapati seorang pria di sampingnya.

"Udah puas bobonya?" tanya Daren sebagai salam pembuka.

"Kita ketemu lagi, Gea sekarang tambah nakal ya," ucap lelaki bermarga Aldevara dengan suara berat.

Gaia tak bisa menahan dirinya untuk tak tenang. Gadis itu menegang beberapa saat sebelum tubuhnya di arahkan untuk menghadap ke samping, membuat mata mereka bertemu dengan sorot yang berbeda.

"Kenapa kamu liatin aku kayak gitu terus?" tanyanya tatkala sorot ketakutan tercetak jelas di mata Gaia.

Gaia bergeming.

Darenio [ON GOING]Where stories live. Discover now