L I M A B E L A S

8.1K 248 8
                                    

Satu-satunya yang tidak terluka parah dalam insiden kecelakaan besar itu hanya Gaia. Gadis itu hanya mengalami luka di bagian kaki hingga membuatnya pincang. Selebihnya, tubuh gadis blesteran Indo-Amerika itu dinyatakan aman tanpa cacat.

Sudah 7 hari semenjak insiden mengerikan itu, dan berita mengenai keluarga Aldevara tak pernah surut dari perhatian warga Indonesia. Terlebih kasus mengenai penganiayaan yang telah dilakukan Daren sebelum kecelakaan kembali diusut. Kasus kekerasan yang dilakukan Daren ketika mengamuk disekolah, ternyata korban dari pelampiasan emosinya adalah anak dari pejabat negeri.

Tidak ada Skala membuat media gencar berspekulasi. Alana sampai dibuat kelimpungan mengatasi media yang setiap hari berusaha mengulik kehidupan keluarganya.

Selama seminggu penuh, Gaia belum juga meninggalkan bangunan putih yang biasa disebut rumah sakit itu. Selama 7 hari berturut-turut yang dilakukannya hanya merenung, menatap tubuh kekasihnya lewat kaca tebal. Mengamati perkembangan tubuh Daren yang semakin memprihatinkan. Banyak alat medis yang entah apa namanya memerangkap tubuh Daren yang kian terkikis rasanya.

"Gaia, makan dulu. Temani Tante makan di kantin mau?"

Ah iya, gadis itu juga mengalami penurunan nafsu makan. Berat badannya turun drastis. Tak ada lagi Daren yang selalu memasak sarapan untuknya, tak ada Daren yang selalu membuat makanan sehat dan lezat, tak ada Daren yang selalu mensuplai camilan yang bergizi seimbang seolah pria itu menyandang dokter ahli gizi.

"Aku belum laper. Masih mau lihat Daren," ujar Gaia sembari mengalihkan pandang sejenak sebelum akhirnya menatap Daren kembali.

Alana—ibu dari Daren— hanya bisa menghela napas berat. Ia mengusap surai kekasih putranya ini. Tinggi mereka sama, pun dengan kondisi yang sama memprihatinkan. Alana juga tampak layu dan tampak kekurangan tidur.

Siapa yang akan senang jika anaknya tengah koma selama 7 hari dan belum ada tanda-tanda untuk bangun? Ditambah kondisi Skala yang kian memprihatinkan.

"Makan dulu. Kamu dari pagi belum makan. Nanti kamu sakit lagi, Daren jadi makin sedih," bujuk Alana sembari menggenggam tangan Gaia dengan lembut.

Gaia hanya bisa terdiam, tak mengindahkan ucapan Alana. Setelah wanita berambut pirang itu memaksa dengan tegas, barulah Gaia melangkahkan kaki meninggalkan ruang dimana Daren dirawat.

Ia berjalan lemas menuju kantin yang tergolong sepi. Ia menatap nasi serta lauk penuh protein dengan wajah lesu.

"Kamu mau sekolah lagi?" tanya Alana sembari mengelap bagian meja menggunakan tissue basah yang selalu ada di dalam tas kecilnya.

Gaia bergeming.

"Dokter bilang Daren akan koma lama sekali. Paling cepet 6 bulan baru bisa siuman." Alana lanjut mengusap sendok menggunakan tissue kering. "Nggak mungkin kan kamu di sini selama 6 bulan?"

Gaia hanya menghela napas berat. Ia tidak pandai pun tidak bodoh. Otaknya rata-rata manusia normal. Ia hanya pandai menghafal rangkaian kata bahasa asing, tidak pandai menghitung seperti Daren.

Mudah bagi Daren karena pria itu terlahir jenius. Tidak datang selama 6 bulan tak bisa membuatnya dikeluarkan, terlebih itu sekolah milik keluarga Reano yang sudah melekat sedari kecil.

"Kamu bisa sekolah biasa lagi. Cari teman dan lakuin hal yang belum pernah kamu lakuin. Nonton konser musik tanpa takut dilarang atau pergi ke mall. Kamu ingin bebas kan?"

Gaia mendongak. Kunyahannya berhenti seketika.

"Manfaatin waktu selama Daren koma. Tante tau rasanya dikekang itu nggak enak. Ya kamu pasti tau Om Skala itu kayak apa." Alana terkekeh kecil.

Darenio [ON GOING]Where stories live. Discover now