D U A

15.3K 434 6
                                    

🎶: Neck Deep - December

"Kita tak perlu lagi menggambarkan hubungan ini dengan apa. Mereka yang buta pun sudah tau. Kau hanya ingin menyakitiku."
🦋

[D U A]

Hari ini sekolah tengah digemparkan dengan berita kebakaran yang menimpa salah satu siswa. Sepanjang ia berjalan di lorong kelas pun tak urung dari percakapan para siswa yang tengah membicarakan Loren. Mengingat pria itu memang terkenal dan mempunyai sifat yang baik.

Kini Gaia tengah bersisian dengan Daren, berjalan bersama menuju kelas. Pria itu tak seperti biasanya, bibirnya sudah tertarik ke atas walau masih kaku, ia tersenyum ke
arah Gaia seolah tak ada beban.

"Daren ... aku-" ujar Gaia yang ingin mengutarakan kegelisahannya mengenai Loren.

"Mood-ku lagi bagus banget hari ini. Si Loreng udah nggak bisa ketemu lagi. Jadi kamu jangan rusak mood-ku ya sayang," potong pria dengan rahang tegas itu.

Gaia hanya bisa diam ketika hidungnya disentil pelan. Ia bingung harus bereaksi apa. Daren berlalu setelah membiarkan gadisnya masuk kelas, pria setinggi 180cm itu berjalan menuju kelasnya yang hanya selisih 2 ruang dari kelas Gaia, menuju tempat dimana siswa unggulan berada.

Banyak kerugian yang ditimbulkan dari insiden kebakaran tersebut—kecuali para wartawan dan stasiun televisi. Terlepas dari harta benda yang terbakar ada satu hal yang kian membuat luka dalam. Ibu dari Loren yang tak tahu menahu harus dilarikan ke rumah sakit. Mendengar dari percakapan para siswa di lorong-lorong, ibu Loren dikabarkan kritis dan tak sadarkan diri hingga sekarang. Loren juga sama, pria yang tengah berusia 17 tahun itu harus di rawat di rumah sakit akibat luka bakar.

Sesampainya di kelas pun tak lepas dari berita mengenai rumah Loren yang terbakar. Pasalnya memang sangat besar bara api yang melahapnya. Hingga kini pun media massa baik online maupun offline masih memberitakan kejadian tersebut. Terlebih rumah Loren berada di kawasan elite tempat dimana para pejabat negara tinggal.

"Gue kasian sama Loren. Padahal dia orang baik, tiba-tiba kena musibah kayak gini." Samar-samar Gaia mendengarkan percakapan teman kelasnya yang tengah berkerumun. 

"Sumpah, gue yang lihat kebakarannya aja takut. Waktu di evakuasi juga lama banget. Makannya mamanya Loren sampe kritis, apalagi beliau ada riwayat asma."

Asma? Gaia yang mendengarnya mulai takut.

"Lo tau nggak pohon mangga depan rumah? Itu sampai kebakar tau gara-gara kena api rumahnya Loren. Untung buru-buru dimatiin apinya pakai selang sama bokap, kalau engga bisa-bisa rumah gue ikut kebakar." 

"Lo tau nggak kebakarannya karena apa?"

Gaia semakin menegang. Ia berusaha untuk tak mendengarkan, memilih untuk menatap lapangan di bawah sana yang sudah sesak diisi oleh siswa tercatat sebagai atlet lari.

"Gue denger-denger sih karena konsleting. Sumpah serem banget! Untung kebakarannya habis gue pulang dari rumah Loren. Kemarin gue ada kerja kelompok sama dia."

Gaia berusaha untuk tak mendengarkan tapi ia tak bisa. Percakapan temannya terus saja masuk ke lubang telinga membuat pikirannya kacau.

Ia bergerak gelisah, ditunjukkan dari ia yang mulai memilin ujung cardigan. Ini semua salahnya. Gara-gara dia sekarang Loren harus kehilangan rumahnya. Gara-gara ia pula Loren dan ibunya harus dilarikan ke rumah sakit.

Darenio [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang