Chapter 6

13.2K 299 10
                                    

Tara, dengan semi boots, skinny jeans navynya dan loose tee bergambar muka John Lenon, berjalan terburu-buru menuju bungalo. Dan menurut perkiraannya seharusnya ‘tuan muda’ Reza itu sudah pergi. Seingatnya musuhnya itu punya banyak urusan di Bali kan?

Sambil membaca e-mail dan melihat beberapa attachment penting dari Gerry, Tara membuka pintu bungalo. Alisnya berkerut sejenak. Nggak di kunci?

Tara pun kembali memasukan kunci bungalo kedalam tasnya dan melangkah masuk kedalam bungalo dengan tatapan penuh selidik. Tapi, masa mungkin di tempat semewah ini bungalonya bisa kemasukan maling?

Tara melangkah menuju ruang tv, mengedarkan tatapannya dan tidak menemukan apa-apa. Lalu dia pun berjalan sedikit dan berbelok menuju dapur. Deg!

Seseorang berdiri disana.

Tara mencari tempat kacamatanya di dalam tas, lalu mengeluarkan benda berwarna tosca itu dan langsung menggantungnya di hidungnya. Tunggu… itu kan Reza?

“Cosa?”

Tara mengernyitkan dahinya. Entah apa yang dibicarakan musuhnya itu, dan terlebih lagi entah bahasa apa yang dia gunakan. Lalu Tara bergerak sedikit maju dan melihat laki-laki yang mungkin seumuran ayahnya itu. Laki-laki yang…. Tunggu! Dia itu laki-laki di saluran berita semalam kan? Berarti….

*****

Tangannya sudah mengepal kuat di dalam saku celananya. Untungnya, jas yang di pakainya sekarang menyembunyikan kepalan besar di saku celananya itu. Matanya masih menatap dingin sosok di hadapannya.

“Apa?” ujar Reza akhirnya.

“Pulang lah.”

Reza diam. Pulang? Kemana? Geram Reza dalam hati. Terakhir kali dia melihat laki-laki yang sekarang berdiri di hadapannya adalah lima tahun yang lalu. Dan, menurutnya lima tahun itu cukup untuk menghapus orang ini dari hidupnya.

“Aku memang sudah pulang dari dulu. Disini. Di negaraku. Negara ibuku.” Jawab Reza untuk pertamakalinya lebih dari satu kata.

Laki-laki di hadapannya itu meringis. “Kau tahu apa yang aku maksud.”

“Dimas. Lebih baik kau cari saja dia. Seingatku dia masih menganggapmu ayah.”

Dan suara vas bunga yang pecah membuat Reza menoleh cepat. Dia pun menyipitkan matanya. Dan Tara ada disana, sedang membungkuk memunguti pecahan vas  bunga.

*****

Sial!! Rutuk Tara dalam hati. Kenapa dia harus menyenggol vas? Dan membuatnya seakan-akan meneriaki diri sendiri ‘aku sedang menguping!’

“Tara?” suara Reza terdengar di dekatnya. Tara pun mendongak kaget.

Simple PastWhere stories live. Discover now