Chapter 4

14K 327 8
                                    

Reza mengerjap-ngerjapkan matanya lalu meringis sambil menekan batang hidungnya. Kepalanya terasa pusing dan tubuhnya kaku. Mungkin karena dia terlalu banyak minum semalam.

“Sudah bangun pak?”

Suara laki-laki mengalihkan pikiran Reza. Dia pun menoleh ke arah suara itu lalu mengernyitkan dahinya bingung. Siapa dia?

“Tadi mbak Tara titip pesen sama saya, kalo bapak udah bangun disuruh di kasih teh.” Sahutnya sambil menyodorkan gelas teh.

Reza mengendarkan tatapannya. Ruangan tempat dia berada sangat simple. Hanya ada satu rak buku, beberapa rak gantung yang isinya bingkai foto dan pernak pernik dan tempat tidur unik yang sekarang sedang dia duduki.

Seingatnya semalam, setelah berhasil kabur dari perempuan manekin itu –Karin- dia langsung membawa mobilnya menuju apartemennya…. Tunggu! Dia ingat dia bertemu Tara semalam. Tara… lalu…

Ya Tuhan! Bodoh sekali dia? Semalam dia malah datang ke toko Tara. Dan dimana dia sekarang?

“Bapak ada di ruangan istirahatnya mbak Tara,” jelas laki-laki yang mungkin pegawai di toko ini seolah-oleh tau apa yang ada di dalam pikiran Reza.

Reza menatap laki-laki itu kesal. Kenapa dia di panggil bapak dan Tara di panggil mbak? Memangnya dia ayahnya Tara???

“Jangan panggil saya bapak.” Sahut Reza datar. “Dimana Tara?”

“Mbak Tara udah pulang dari tadi pagi. Soalnya siang ini dia harus ke Bali pak,”

Reza mengernyit mendengar ‘pak’. Sepertinya pegawai Tara ini bersikeras memanggilnya bapak.

“Bali?”

“Ia pak, ada kerjaan disana. Kalo nggak salah, buat beberapa hari kedepan mbak Tara ada di Bali.”

“Di kota apa?”

*****

“Apa??” tanya Tara tidak percaya. Suara panik Tio tidak kalah dengan kepanikannya. “Jadi??”

“Sorry Tar… gue lupa banget.” Suara menyesal Tio terdengar di telinganya.

“Jadi gimana dong? Lima jam lagi gue harus ketemu sama klien kita. Masa gue harus bawa barang-barang gue kesana?? Nggak pake mandi dulu lagi,”

“Emang hotel yang rencanannya mau gue booking itu penuh ya??”

“Penuh, mereka bilang besok baru ada kamar kosong.” Jawab Tara sambil sesekali melirik jam tangannya panik. Yah, bisa saja sih dia pergi menemui pasangan Smith itu. Tapi itu akan profesionalismenya diragukan. Bayangkan saja, dengan tabung gambar, tas berisi baju, dan perlengkapan mandi, belum tas tangannya sendiri, di tambah lagi tabletnya. Mungkin kliennya itu menyangka dia akan menginap di rumah yang akan di desain interiornya olehnya.

Simple PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang