Chapter 3

502 67 4
                                    

Kediaman keluarga Kim menjadi heboh karena Kim Jiyeon (ibu Seungmin) mengamuk setelah pihak keluarga memutuskan menghentikan pencarian Seungmin setelah hampir satu bulan Seungmin menghilang.

Ibu manapun tidak akan terima anaknya disebut telah meninggal karena dua hari setelah kejadian Seungmin menghilang, mereka menemukan mobil Seungmin terparkir dipinggir tebing. Lalu mereka menemukan jaket yang biasa Seungmin kenakan berada bebatuan pinggir laut. Sehingga mereka menyimpulkan bahwa Seungmin bunuh diri dengan cara terjun dari tebing.

"Anakku tidak mungkin mengakhiri hidupnya dengan cara seperti itu! Aku lebih mengenalnya dari siapapun!"

"Kakak ipar, kau harus ikhlas. Mungkin memang takdirnya sudah begitu. Lagi pula, ini salahmu juga yang tidak bisa mendidiknya dengan baik. Mungkin dia sadar telah banyak menyusahkan keluarga ini dan hanya menjadi beban, sehingga memutuskan untuk mengakhiri hidupnya."

"Diam kau!" Saerom langsung diam setelah dibentak oleh Jiyeon. Saerom adalah adik Kim Isak yang belum lama ini menikah dengan duda kaya raya. Hubungan Jiyeon dan Saerom sangat buruk sejak pertama mereka bertemu.

Bagi Saerom, Jiyeon adalah wanita tidak tahu diri yang tidak pantas menjadi anggota keluarganya. Tapi apa daya? Saerom adalah anak perempuan Kim Taewoo yang mana ia tidak berkepentingan lagi dengan urusan keluarga ini jika sudah menikah dan menyandang marga suaminya. Jadi Saerom harus tetap menghormati Jiyeon karena Jiyeon adalah istri dari kakaknya yang merupakan anak laki-laki pertama Kim Taewoo.

"Anakku tidak meninggal! Aku yakin dia masih hidup! Kalian harus mencarinya!" Kim Isak berusaha membujuk sang istri yang sudah sebulan ini stres karena kehilangan Seungmin.

Tak hanya Jiyeon, Kim Taewoo pun juga stres memikirkan nasib cucu kesayangannya. Meski Wonpil adalah pewaris utama, baginya Seungmin tetap cucunya yang nomor satu, walau ia sering memarahi anak bandel itu.

"Ayah, aku mohon jangan hentikan pencarian Seungmin. Aku yakin sekali Seungmin masih ada di luar sana. Dia pasti membutuhkan pertolongan kita." Jiyeon bersimpuh di kaki mertuanya sambil memohon.

"Aku sangat menyayangi cucuku yang satu itu, tapi jika memang ini jalan yang dia pilih, ikhlaskan saja. Seandainya dia memang masih hidup, dia pasti akan pulang."

Jiyeon semakin terisak mendengar jawaban tersebut. Ia menyesal karena tidak pernah memikirkan Seungmin dan hanya memikirkan masa depan Jaehyuk. Ia terlalu sibuk mencoba memberikan kasih sayang untuk anak sambungnya sehingga ia lupa pada anak kandungnya yang sangat membutuhkan support darinya.

○○○

Kim Seungmin menatap kamar dengan pencahayaan seadanya yang menjadi tempat istirahatnya (tidak sadarkan diri) selama sebulan ini. Orang-orang di kastil tengah sibuk dengan urusan masing-masing sehingga tidak ada yang tahu bahwa pemuda yang selama ini menginap di sini telah bangun dari tidurnya yang panjang.

Seungmin turun dari ranjang. Ia meringis ketika kakinya menyentuh lantai. Punggungnya juga pegal karena berbaring selama sebulan di tempat tidur. Ia berjalan dengan perlahan menuju kaca yang tingginya melampui tinggi badannya.

Ia menatap pantulan dirinya di kaca. Ia menarik keatas baju (yang entah milik siapa) untuk melihat luka di sekitar dadanya. Ia mengusap bekas luka yang sudah lama mengering tersebut. Ia juga tidak merasakan sakit di sekitar dadanya yang terluka.

Siapa yang mengobatinya? Dan di mana ia sekarang? Jelas sekali tempatnya berpijak bukanlah rumahnya. Rumahnya bergaya modern, sedangkan tempat ini bergaya klasik.

Ia mendengar suara dari arah luar. Ia mengintip lewat jendela dan melihat dua orang lelaki sedang membersihkan pintu gerbang yang dijalari oleh tanaman liar.

SILVER SPOON -CHANMIN-Where stories live. Discover now