15. Berhenti

6.2K 1.2K 214
                                    

Hallo gengs! Selamat sore, malam, pagi dan siang kapanpun kalian baca ini. Bagaimana kabar kalian? Baik-baik aja?

Masih stay di sini? Masih stay nungguin Aksara update?

Hari ini aku update satu bab aja yaaa karna laptop aku lagi eror jadi kedepannya mungkin bakal jarang updatenya.

Para ladiesku siap untuk baca part ini?

Oke lets goow!

15. Berhenti

Malam ini, Bianca termenung di meja belajarnya. Mengingat ucapan-ucapan Aksara tadi siang mampu membuatnya menghela napas berkali-kali. Napsu makannya langsung berubah drastis.

Ternyata benar ya, cinta memang merubah segalanya. Sekalinya patah hati langsung nggak mood berhari-hari. Bianca merasakan perutnya keroncongan namun mulutnya selalu menolak untuk menerima makanan.

Deringan ponselnya begitu di boom dengan dm dm dan chat-chat yang sangat diyakini itu adalah anak-anak dari Dharmawangsa. 

Ia membuka ponselnya. Dan menampilkan chat Alula dan Daniel di sana. Hanya mereka saja yang Bianca respon. Ada Jericho dan juga teman-teman Aksara yang mengiriminya pesan. Namun, Bianca memilih abai.

Bianca keluar kamar bergegas untuk mencari angin di luar. Bu Pinkan dan Pak Adit saling pandang, melihat Bianca yang hanya melewatinya begitu saja.

"Bi, di sini ada orangtua kamu, lho. Apa kamu nggak lihat?" Tegur Bu Pinkan.

Bianca menoleh. "Lihat kok Bun lihat. Bianca pura-pura nggak lihat aja biar dikasih uang."

"Memangnya malam-malam begini kamu mau keluar ke mana? Dingin, lho di luar," ucap Bu Pinkan.

Bianca menghela napas. "Bunda, Bianca itu butuh udara segar. Nggak di kamar melulu. Bianca---"

"Alhamdulillah, akhirnya anak ayah mau keluar dari kandangnya!" Pak Adit tersentuh.

Biasanya, anak tunggalnya ini sangat sulit jika di suruh keluar rumah. Bandelnya minta ampun! Kamarnya saja bersih hanya bertahan sampai dua atau sehari saja. Selepas itu kembali seperti kapal titanic yang tenggelam diperairan.

"Yaudah nak sana pergi. Biar ayah sama bunda bisa berduaan tanpa diganggu sama musik kamu itu." Usir Pak Adit.

Bianca berdecak, baru kali ini sepertinya Bianca melihat orangtua yang mengusir anaknya.

"Mang Udin melambai-lambai. Assalamualaikum babaaai!" Bianca melangkah keluar rumah.

Gadis itu membuka kain yang menutupi motor maticnya. Sudah sebulan ia tidak menaiki motor vespa matic yang ia beri nama Juliet. Sebuah motor hadiah dari orangtuanya agar Bianca tidak malas berangkat sekolah. Namun tindakan orangtuanya sepertinya salah. Bianca tetap naik busway yang ngaret dan berujung terlambat.

Motor vespanya hanya digunakan untuk ke toko beli permen seabrek dan boneka dino.

"Good evening Juliet, sayang! Kasihan banget lo Jul gue lupain."

Bianca menghidupkan motornya dan wush! Asapnya mengeb kemana-mana. Mungkin efek jarang dipanaskan? Beberapa menit Bianca memanasi Juliet lalu Bianca menaiki motornya. Ia tak memakai helm. Kawasan rumahnya memang jarang ada tilangan apalagi kalau malam begini. Mungkin tengah malam saja ada razia.

"Juliet! Lets go!"

*****

Selama di perjalanan. Bianca berusaha menghibur dirinya dengan bernyanyi. Namun otaknya tak bisa diajak bekerja sama. Masih saja memutar memorinya dengan kejadian tadi siang. Lagi dan lagi hatinya berdesir ngilu. Ia hanya bisa menghela napas panjang untuk menetralkan rasa ngilunya.

Hello, Aksara!Where stories live. Discover now