4. Sasa vs Claudia

1.8K 250 16
                                    

Selamat membaca.

Jangan lupa bintangnya, ya.

Terima kasih.

Dari keremangan lampu yang terletak di atas nakas, dari posisinya sekarang yang berbaring di kasur lantai Bian bisa melihat putrinya telah terlelap, tarikan napasnya terdengar teratur. Bangkit perlahan dia lantas membetulkan selimut yang hampir terjatuh dari tempat tidur. Bibirnya menyunggingkan senyum geli, di antara banyaknya kemiripan mereka, selalu bergerak saat tidur adalah salah satunya.

Harusnya Bian kembali tidur mengingat besok harus mengantar sang putri ke sekolah sebelum berangkat kerja, tapi yang ada dia justru duduk bersila sementara tangannya bergerak mengusap kepala Sasa secara teratur. Sedangkan pikirannya kembali memutar kejadian tadi siang.

"Kenapa dia di sini?"

Tanpa bertanya Bian jelas tahu apa yang dimaksud kekasihnya. "Aku sakit, sementara sekarang jadwalnya Sasa nginep sini. Jadi Alma yang ngantar Sasa."

Menyebutkan nama mantan istrinya menyebabkan dia teringat perkataan sang kakak. Benarkan ada seseorang yang mendekati Alma?

Kenapa Alma tak bercerita padanya?

Bukannya apa, mereka punya Sasa jadi soal pasangan perlu dibicarakan. Toh, dulu dia memberitahu Alma jika telah mempunyai seorang kekasih.

"Bian!"

"Eh, iya?" Bian mengerjap. Gara-gara Alma dia jadi tidak fokus mendengar perkataan kekasihnya. "Kamu ngomong apa barusan? Maaf, kepalaku masih pusing." Alasan yang tak sepenuhnya bohong sebab kepalanya berdenyut sejak tadi. Semakin parah setelah membayangkan nasib Sasa jika mantan istrinya punya pasangan.

"Dia sering ke sini?" Claudia berdecak saat kekasihnya menatap penuh tanya seperti orang linglung. Padahal jelas-jelas mantan istri Bian menjadi satu-satunya topik yang mereka bicarakan. "Mamanya Sasa. Apa dia sering ke sini?"

"Jarang. Kalau pas ada acara biasanya diundang sama mama." Mendengar jawabannya sendiri membuat Bian mengingat bagaimana Alma yang semakin menjaga jarak dengan keluarganya setelah dia mempunyai kekasih.

Bian mengela napas panjang menyadari mantan istrinya banyak berubah, dari yang manja dan egois kini selalu berusaha menjaga perasaan orang lain. Belum lagi Alma yang kini lebih menutup diri, lebih suka di rumah daripada jalan-jalan seperti dulu. Bahkan menurut cerita putrinya, Alma hanya akan keluar rumah jika mempunyai urusan penting saja.

"Aku ngga suka dia ke sini!"

"Jangan sekarang Clau!" perintah Bian yang mengerti arah pembicaraan kekasihnya. "Kamu ke sini mau jenguk aku apa ngajak bertengkar?"

Claudia memalingkan wajah, dari awal menjalin hubungan banyak yang mengatakan padanya jika menjalin hubungan dengan duda bukanlah hal yang mudah. Namun, dia tetap nekat mendekati Bian karena merasa tetarik pada pria yang telah resmi menjadi kekasihnya itu. Lantas seiring berjalannya waktu, apa yang dikatakan orang-orang benar adanya.

Cemburu, menjadi alasan pertengkaran yang selalu terjadi. Dia sering merasa terancam dengan mantan istri Bian, meski menurut cerita laki-laki itu dan juga kenyataan yang dilihatnya, mantan pasangan suami istri tersebut tampak biasa saja. Tak ada interaksi berarti, yang ada justru jarak lah yang terlihat. Akan tetapi, dia tetap tidak suka.

Putus? Itu sama sekali bukan pilihannya, dan untuk mempertahkan hubungan dia akan berusaha mengikat Bian dengan status resmi.

"Papa!"

Suara manja gadis berambut keriting yang sedang memasuki ruang tamu, memecah keheningan. Bian yang menyadari kehadiran sang putri mengulurkan tangan. "Udah selesai bantu oma?"

MENGULANG KISAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang