•35• Radula

191 29 0
                                    

Aturan nomor satu adalah jangan memusingkan hal-hal kecil. Aturan nomor dua, apa pun yang terjadi itu semua hal-hal kecil.

👑

Radula : Lidah bergerigi yang melengkung ke belakang, terdapat pada Mollusca.

👑

"Udah?"

Gadis itu menganggukkan kepalanya. Kemudian ikut melangkah ke mana laki-laki itu pergi.

"Rey."

Laki-laki itu tidak berbalik sama sekali. Membiarkan sang gadis berjalan di belakangnya tanpa ada niatan untuk berjalan di sisinya.

"Mau lo apa sih sebenarnya? Gue cuma minta ke lo buat lo jauhin gue. Mudah, 'kan?" Reynal bertanya tanpa memutar tubuhnya sama sekali.

Langkahnya diperbesar. Reynal harap gadis itu tidak akan mengikutinya lagi.

Reynal tidak berharap lebih gadis itu kehilangan jejaknya, karena bagaimanapun juga sekarang mereka masih berada di sekolah. Gadis itu dapat dengan mudah mencarinya, apalagi ia juga termasuk siswi dari kelas istimewa.

Sekali pun Reynal bersembunyi di gedung istimewa, dia masih bisa memasuki area gedung dengan mudah karena memiliki akses.

"Lo bisa tapi gue enggak, Rey."

"Lo bisa kalau lo berusaha, Nan. Karena dari awal juga lo yang gak mau jauh dari gue. Seandainya kemarin SGG gak buka pendaftaran penerimaan siswa baru, lo sama gue gak akan belajar di gedung yang sama," cetus Reynal. Nada suaranya terdengar kalau dia benar-benar tidak menyukai gadis yang menjadi lawan bicaranya sekarang.

"Dan sekarang gue amat sangat bersyukur, Rey. Kita ada di sekolah yang sama dan belajar di gedung yang sama. Di kelas yang sama pula. Gue senang," ucapnya dengan mata berbinar dan senyum tipisnya.

"Gue benci lo."

Seolah waktu berhenti berputar, gadis itu terdiam dengan pikirannya sendiri.

Gue benci lo.

Suara berat milik Reynal terputar berulang kali di telinganya.

"Gue gak suka kita satu sekolah. Apalagi satu kelas kayak gini," tandas Reynal menambahkan.

Lagi.

Gadis itu semakin dibawa menjauh oleh pikirannya yang semakin berkecamuk hanya karena ucapan beberapa kalimat yang diucapkan dalam beberapa detik saja.

Gue gak suka.

Ia berusaha menahan diri untuk tidak bereaksi apa-apa yang akan merugikan dirinya sendiri. Ia kembali menatap Reynal. Masih dengan tatapan yang sama, penuh harap, penuh harap kalau semuanya akan kembali seperti dulu.

"Anggap kita gak pernah kenal."

"Tapi kita lebih dari sekadar kenal, Rey," bantahnya.

"Lo psikopat. Gue gak suka," ucap Reynal tajam.

Mereka masih berjalan terus tak tentu arah. Yang terpenting dalam pikiran Reynal saat ini adalah dia bisa menghindar dari gadis psikopat itu.

Ah tidak, pasti sebentar lagi akan meralat ucapannya.

"Gue sosiopat, bukan psikopat!"

Koridor sekolah masih sepi hingga membuat teriakan gadis itu barusan terdengar menggaung.

"Tapi lo pembunuh. Lo udah nyelakain banyak orang, Nan," sela Reynal.

"Gue gak sengaja, Rey. Gue gak pernah berniat ngelakuin hal-hal membahayakan kayak gitu."

'𝐒𝐆𝐆' 𝐀𝐦𝐛𝐢𝐭𝐢𝐨𝐮𝐬 𝐆𝐢𝐫𝐥𝐬 [𝐄𝐍𝐃]Where stories live. Discover now