•1• Apofisis

1.5K 133 4
                                    

Aku akan perintahkan diriku dan mengatakan bahwa aku mampu! Aku akan mengalahkan keraguan, rasa takut, perasaan minder, dan menukarnya dengan keberanian.

👑

Apofisis adalah pusat osifikasi sekunder normal yang terletak di bagian tulang yang tidak berbobot dan akhirnya menyatu dengannya dari waktu ke waktu (sebagian besar aposifis berfungsi selama dekade kedua kehidupan, tetapi proses ini dapat ditunda, terutama pada atlet wanita.

👑


Gadis berlesung pipi itu menelan salivanya sedikit kasar. Peringkat tiga? Kenapa masih bertahan di posisi itu? Bukankah ini menyebalkan?

Harapannya untuk bisa turun dari posisinya karena pikirnya semua akan baik-baik saja.

Iya, dia adalah Aira Misha Garaga, si peraih peringkat tiga paralel.

"Gue harap mama gak marah karena peringkat gue yang masih bertahan."

Suara gumaman kecil terdengar. Menghela napasnya pelan lalu memilih untuk segera pulang. Tidak peduli dengan larangan yang ada agar seluruh siswa dan siswi tidak langsung pulang karena akan ada sedikit pengumuman.

Aira yakin pengumuman itu hanyalah pengumuman tentang perlombaan yang ada saat masa jeda tiba.

"AIRA!"

Suara seseorang yang berteriak membuat Aira membalikkan tubuhnya. Kedua alisnya saling bertautan saat melihat orang yang barusan memanggilnya justru hanya memberikan cengiran.

Dasar bule!

"Tante Lila sama om Randi pergi ke Jepang. Lo bakalan aman, Ra. Btw nginap di rumah gue yok," ajaknya.

Aira berpikir sejenak kemudian mengangguk pelan. Wajahnya tetap datar.

"Li," panggil Aira. Yang dipanggilnya langsung menatap penuh. "Lo gak lagi mencoba buat jadi pengecut, 'kan?" tanyanya menyelidik.

"Maksud lo?"

"Oh ayolah, Liora, lo pasti ngerti maksud gue itu apa. Bilang sama gue kalau dugaan gue itu salah," pinta Aira.

Lawan bicaranya sekarang adalah Liora, Liora Bestiela lengkapnya. Dia keturunan Indonesia-Belanda, tapi jika dilihat dari fisiknya lebih dominan terlihat wajah-wajah Asia daripada wajah bangsa Barat.

Liora tertawa hambar. Di benaknya jadi teringat apa yang biasanya terjadi di rumah saat setelah pengumuman peringkat paralel.

"Dugaan lo benar, Ra. Jujur gue lagi takut banget sekarang. Makanya gue ajakin lo nginap di rumah gue," balas Liora.

Mendengarnya membuat Aira menarik tubuh sang sahabat ke dalam pelukan. Sesaat dia mendengar isakkan lolos dari bibir Liora.

Aira sedikit memberikan usapan di punggung sahabatnya. Dirinya juga sedang takut sebenarnya. Tapi beruntung karena seseorang yang ditakutkannya tengah pergi.

"Minggu besok masa jeda. Lo ... gak mau ke Belanda?" tanya Aira melepaskan pelukannya. Di harap fokus Liora berpindah ke pertanyaannya sekarang.

"Mau ngapain ke sana? Gue bukan bagian dari mereka, gue bukan cucu yang diharapkan."

"Gue tau, Li. Lo itu bukan cucu yang gak diharapkan, tapi, mereka itu yang belum bisa menerima. Menerima takdir yang sudah ditetapkan. Mereka cuma butuh waktu." Aira menampik pemikiran Liora.

Liora kembali tertawa. Tawanya terdengar menyakitkan dan menyayat hati bagi siapapun yang mendengarnya.

Keduanya sudah sama-sama melangkah menuju gerbang. Topik obrolan mereka masih sama.

'𝐒𝐆𝐆' 𝐀𝐦𝐛𝐢𝐭𝐢𝐨𝐮𝐬 𝐆𝐢𝐫𝐥𝐬 [𝐄𝐍𝐃]Where stories live. Discover now