02. Abel Memang Beda

1.9K 96 15
                                    

Halooo aku up lagi nih, semoga suka💖

Sebelumnya mau tanya :

Nemu cerita ini dari mana?

Askot? Kalo aku dari Bekasi🥰

Oke deh happy reading!

.
.

Saat ini Abel dan Arka tengah berada di sebuah toko yang menjual botol minum lengkap dengan tempelannya. Ternyata saat hendak membeli tempelan botol itu tidak bisa membeli tempelannya saja, harus dengan botolnya juga. Akhirnya Arka pun membelinya untuk gadis yang sangat ia sayangi.

Setelah itu Arka langsung mengantar Abel pulang karena gadis itu tidak boleh pulang lewat dari jam 6. Bunda Abel termasuk strict parents. Sebenarnya ia kurang yakin jika menjadikan Abel pacarnya akan mendapat restu. Tapi tidak mau pesimis dulu, ia akan terus berusaha.

Motor Arka yang terlalu tinggi menyebabkan Abel yang pendek kesusahan untuk naik dan turun. Seperti biasa, Arka harus turun terlebih dahulu lalu menggendong Abel dan menurunkannya.

Sambil memeluk botol minum barunya, Abel tersenyum lebar hingga mendorong kedua pipinya yang chubby.

"Kak Arka makasih ya udah beliin Abel botol minum baru."

"Abel seneng gak?" Abel mengangguk berkali-kali dan cukup lama.

"Udah dong nanti kepalanya sakit." Kedua tangan Arka menangkup kedua pipi Abel supaya gadis itu berhenti mengangguk. Dia mencubit pipi itu sebelum menjauhkan tangannya.

"Kakak mau masuk ke dalam?" tawar Abel.

Arka melongok ke rumah yang tampak sepi. "Ada siapa?"

"Emm.. kayanya gak ada siap--" Belum habis Abel bicara, Arka langsung menggandeng tangannya.

"AYO!" ucapnya semangat lalu membawanya ke dalam rumah.

Abel menengok ke belakang di mana motor kakak kelasnya ini masih berada di luar pagar. "Motor Kakak-"

"Oh iya!" Arka berdecak sebal lalu berjalan cepat menuju motornya. Saat hendak menaiki motornya, ia menyadari ada yang aneh. Kepalanya menoleh ke belakang dan terkejut mendapati sosok Abel dengan wajah polosnya.

"Abel ngapain ngikutin Kak Arka? Tunggu di teras aja aturan mah."

"Kakak yang narik tangan Abel ya Abel ikutin lah." Mata laki-laki itu sontak melihat tangannya yang masih menggenggam tangan gadis itu. Ia menyengir kuda.

"Hehe maaf-maaf." Abel hanya mengangguk dan seperti biasa, mengangguk sangat lama.

Arka yang melihat itu membuang nafasnya. "Abel..." Menangkup pipi gadis itu supaya berenti. Pasalnya jika tidak ditahan Abel akan terus seperti itu sampai dia capek sendiri.

"Apa Kak?"

"Jangan suka gitu ah. Kalo angguk cukup dua kali aja gak usah lama-lama. Nanti kalo kepalanya sakit gimana?"

Abel tersenyum polos. "Abisnya enak." Arka geregetan sendiri melihatnya sampai giginya bergeletuk. Hingga ia tidak bisa menahannya dan mencubit kedua pipi chubby itu.

"Ihh gemesin banget siii jadinya pengen cubit kannn," ucapnya gemas. Tau kan gimana nada orang ngomong sambil geregetan karena gemas? Ya gitu lah kira-kira.

"Kenapa si kok pada suka cubit pipi Abel. Bunda, Kak Arka, Zion, Vano, dan banyak lagi. Kadang Abel mikir emangnya mereka gak punya pipi sampai harus mencubit pipi Abel? Punya kan? Terus kenapa harus Abel yang jadi korban mereka?" Abel memasang wajah cemberut.

ARKA-ABELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang