SINGLE MOTHER || Chapter.25

10.6K 961 70
                                    

Happy reading

🍃🍃🍃

Malam hari sekitar pukul 22.00 WIB || Di teras rumah orang tua Anggita..

Meyakinkan hati untuk berjanji pada seseorang jika pilihannya kali ini adalah yang paling tepat dan tak akan keliru adalah satu hal yang sulit untuk di lakukan, setitik rasa ragu mulai merambat dalam diri-bagaimana jika ternyata pilihannya salah dan bagaimana jika pilihannya tak sesuai dengan apa yang selama ini dia harapkan, lalu harus pada siapa dia mengadu jika seseorang yang selalu menjadi tempatnya mencurahkan segala keluh kesah sudah pamit pergi untuk melanjutkan hidupnya sendiri yang selama ini di korbankan untuk kebahagiaan nya.

Dia mendadak seperti kehilangan arah saat ini ketika seseorang yang selalu bisa dia andalkan dalam segala hal sudah tak ada di sisinya. Ini salah nya karena sejak awal selalu menggantungkan hidupnya pada sosok bernama Dirga Utama—pria yang tak pernah menyakiti bahkan sedikit saja, seseorang yang tak pernah meninggalkan meskipun berkali-kali tanpa sadar sudah ia patahkan.

Astaga kenapa jadi seperti ini, sungguh Anggita bukan ragu pada perasaan Reza untuknya tapi dia lebih ragu pada dirinya sendiri.

Apakah yang dia lakukan sudah benar atau malah dia melakukan kesalahan dengan terlalu memaksa Reza untuk membalas perasaan cintanya pada pria itu dan meminta untuk segera menikahi nya.

Anggita menghela nafas lelah, dia tak tahu dengan jalan pikirannya sendiri—dia yang menginginkan ini tapi justru dia sendiri yang meragu. Dasar wanita.

“Nak, kenapa disini? Sudah malam harusnya istirahat.” Suara Toni—ayahnya terdengar dari arah belakang. Anggita menoleh kemudian menampilkan seutas senyum pada sang ayah.

“Nanti.” Jawabnya.

Toni kemudian duduk di sisi kosong sebelah Anggita. Melepas kacamata yang bertengger di hidung mancungnya lalu mengurut beberapa kali.

“Kenapa?” tanyanya spektip.

Anggita menoleh memberi tatapan bingung pada ayahnya. “Kenapa apanya?”

“Kamu kenapa, papa lihat akhir-akhir ini banyak murung—ada yang mau di ceritakan sama papa?” todongnya seakan tahu jika putrinya tengah menanggung beban sendiri.

Seharusnya Anggita bisa langsung menceritakan nya saja pada Toni atau istrinya, tidak perlu menanggung nya sendiri.

Tak langsung menjawab, Anggita justru mengulurkan kedua lengannya untuk memeluk tubuh sang aayah dari samping dan meletakkan dagunya pada bahu Toni.

“Menurut papa, keputusan Anggita benar atau salah?” keputusan tentang dirinya yang menerima lamaran Reza Minggu depan. Meskipun sejak awal ini memang keinginannya tapi dia entahlah dia sendiri kebingungan dengan ini.

“Sudah benar. Bahkan menurut papa ini keputusan paling benar yang pernah kamu ambil.” Sambil terkekeh Toni membayangkan jika semasa hidup, putrinya ini tak pernah sekalipun mengambil keputusan benar unuk dirinya sendiri terutama untuk perihal percintaan.

Buktinya dulu saat memilih Rori untuk menjadi suaminya, sudah sejak awal dikatakan jika pilihannya salah tapi dia tetap tak percaya.

Anggita menggigit bagian bahu ayahnya hingga mengerang tertahan, ini adalah kebiasaan nya jika tengah kesal dengan Toni.

“Harusnya papa ngga bilang gitu ke aku!” rajuknya kesal. Sekedar informasi—Anggita adalah sosok yang seperti anak-anak ketika bersama orang tuanya. Meskipun dia sendiri sudah memilki seorang putri. Tapi bagi Toni dan istrinya—Heni, Anggita tetap gadis kecil kesayangan mereka.

SINGLE MOTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang