Part 43 | Dunia Buatan Ku

8.5K 1.7K 165
                                    

"Sayang, sini lihat adik barumu. "

Seorang wanita awal 30-an berjalan masuk ke dalam rumah mewah 2 lantai bersama seorang anak perempuan berusia 5 tahun. Didepannya, seorang anak lelaki berusia 8 tahun menatap penuh tanya wanita yang ia panggil 'mamah'.

"Afhin, sini kenalan dulu, sayang. "

Anak lelaki itu maju dan menerima uluran tangan sang ibu. Matanya kemudian menatap penasaran gadis kecil berkuncir dua yang membawa boneka beruang lusuh ditangannya.

"Mamah, aku punya adik? " Bocah itu bertanya lugu. Memperlihatkan pesona polos seorang anak usia 8 tahun.

"Iya, sayang. " Lengan putihnya mengelus lembut puncak kepala putranya dengan sayang.

"Ayo, perkenalkan nama kamu. "

Bocah perempuan yang sedari tadi diam, kini mulai mengulurkan tangan kecilnya dan mulai membuka suara, "Halo kakak, aku Thana. Thanaya Vebryana. " Senyum manis menjadi penutup dari perkenalannya.

Belum sempat Afhin membalas uluran tangannya, suara dari sang ibu menginterupsi pergerakannya. Tidak hanya ia, gadis yang mengaku sebagai Thana pun memandang wanita itu dengan pandangan bingung.

"No! Bukan Thana, tapi Cecil. Namamu bukan lagi Thana, sayang. Namamu telah berubah. "

Gadis kecil itu berkedip dua kali dan bertanya dengan wajah polosnya, "Cecil? Bukan Thana? Apa maksudnya itu, tante? "

Sekali lagi, wanita itu menggeleng. "Iya sayang, mamah telah membuat akta kelahiran kamu menggunakan nama Cecilia Amora Lubis. Mulai hari ini, namamu telah berganti. Lalu, Mamah, bukan tante. Apa kamu mengerti? "

Dengan polos, gadis kecil itu mengangguk patuh. "Jadi, nama Thana telah dibuang, mamah? "

"Tidak, sayang. Bukan dibuang, melainkan diganti. "

"Mengapa harus di ganti? Apa karena namaku tidak cantik? Tapi, itu tertulis di kalung ku. "

"Sayang, waktu telah berubah. Begitupula dengan namamu. Biarkan nama itu tersimpan rapat untuk dirimu sendiri. Apa kamu mengerti? "

"Aku tak mengerti, mamah. Tapi, aku akan berusaha untuk mengerti. " Gadis kecil itu tersenyum cerah bagai matahari. Binar polos dimatanya membuat sang ibu angkat tersenyum miris.

"Lalu, ini anak mamah, kakak kamu. Namanya Chaffinch Vahrenza. Kamu dapat memanggilnya kak Afhin. "

Bocah lelaki itu tersenyum menjabat tangan kecil adik barunya. "Kakak, " panggil Cecil kecil dengan senyum cerah.

Melihat senyum secerah itu, membuat Chaffinch tak mampu menahan debaran jantungnya yang kacau. Tangannya tak dapat ia hentikan untuk menyentuh puncak kepala adik barunya.

Senyum polos bocah lelaki itu juga terbit dengan cepat. Sang ibu, yang menyaksikan bagaimana indahnya gambaran didepannya tak mampu menahan senyum bahagianya.

Biarkan jika ia tak bisa memiliki seseorang yang mampu menjaga mereka. Ia sendiri pun mampu menanggung semua konsekuensi itu.

...

"Kakak! Aku dapat peringkat 1 lagi! "

Gadis yang dulu selalu mendekap boneka lusuh di keteknya kemanapun ia pergi, kini telah menjadi seorang gadis berusia 10 tahun.

Mute VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang