Orchidea Hanindya Kusuma nyatanya telah menjadi rapuh. Terus menerus menghadapi jalan sulit dimana kerikil telah menjadi batu besar dan berjumlah tak hingga menghadangnya terus menerus. Seluruh luka hidup yang ia kira telah berhenti nyatanya bertahun-tahun terus menerus mengeluarkan darah hingga membusuk di dalam dirinya. Ia sadar ternyata dirinya tidak seikhlas itu dalam menyikapi hidupnya. Kepedihan yang ia pikir telah dirinya sikapi dengan memaafkan dan menghapusnya ternyata telah menggunung jauh di dalam sana dan meledak di saat waktu krusial di hidupnya. Hukuman untuk dirinya sendiri telah menjadi rutinitas wajib setiap hari. Hal itu nampak jelas berdampak pada sikapnya yang mendorong jauh orang di sekitar serta prinsip hidupnya yang dulu ia pegang erat, rutinitas kesehariannya yang kacau, hingga tubuh dan rupa yang nampak mengurus itu. Nyatanya dia yang seringkali dianggap penyembuh yang tepat oleh orang lain telah gagal menyembuhkan dirinya sendiri. Seperti wadah yang menampung bala semua orang namun sudah mencapai batas akhir dalam menahan keretakan yang menghiasi penuh wadah itu. Cerita ini hanyalah fiksi belaka sehingga mohon maaf jika ada ketidaksengajaan atas kemiripian yang ada di dalam cerita ini dengan apa yang terjadi dengan pembaca. Tulisan ini murni imajinasi penulis tanpa meniru cerita di tempat manapun. Terima kasih. Time After Time The Cure "Happiness or Pain, Who's the cure" Second story R_flaw Present