Setelah kepergian ayahnya, Rinjani jatuh bangun untuk kembali menata mimpinya. Cita-citanya yang ingin melanjutkan pendidikan ke Universitas, berbenturan dengan kondisi keluarganya. Seolah-olah cahaya tidak pernah terlihat dalam terowongan yang panjang. Seolah-olah dia akan tenggelam dalam duka selamanya. Seperti terowongan yang selalu ada pintu keluar, semesta mempertemukan Rinjani dengan Ardan Aringga. Sosok pria yang bagaikan hujan di tengah kemaraunya yang panjang. Cerita ini bukan kisah manis seperti banyaknya cerita yang dituliskan. Ini hanya tentang kebingungan, kegagalan, keputusasaan, dan penyesalan atas semua keputusan. ****** "Aku tidak tahu, apakah kehadiranmu dalam hidupku sebagai penyelamat, ataukah penghancur."