Gavin untuk Givea (Tahap revi...

Bởi Loudstarr

252K 16.4K 2.4K

"Pilihan lo cuman dua pergi atau mundur?" "Sampai kapanpun pilihan aku cuman satu kak, tetep mencintai kamu s... Xem Thêm

Part 1 : Bekal (Sudah revisi)
Part 2 : Tak menyerah (Sudah revisi)
Part 3 : Nebeng (Sudah revisi)
Part 4 : Keluarga kepo (Sudah revisi)
Part 5 : Rizal Chandra Mahardika (Sudah revisi)
Part 6 : Merasa bersalah (Sudah revisi)
Part 7 : Sorry (Sudah revisi)
Part 8 : Chatting (Sudah revisi)
Part 9 : Sebuah pilihan (Sudah revisi)
Part 10 : Salahkah mencintai? (Sudah revisi)
Part 11 : Gosip netizen (Sudah revisi)
Part 13 : Berhenti? (Sudah revisi)
Part 14 : Rasa sakit (Sudah revisi)
Part 15 : Serpihan masalalu (Sudah revisi)
Part 16 : Tentang rasa (Sudah revisi)
Part 17 : Siska Audreylia (Sudah revisi)
Part 18 : Cemburu (Sudah revisi)
Part 19 : Pasar malam (Sudah revisi)
Part 20 : Titik terendah (Sudah revisi)
Part 21 : Ada apa dengan hati? (Sudah revisi)
Part 22 : Jatuh (Sudah revisi)
Part 23 : Menjauh (Sudah revisi)
Part 24 : Jangan pergi! (Sudah revisi)
Part 25 : Kehadiran Lina (Sudah revisi)
Part 26 : Tawaran
Part 27 : Gombalan Givea
Part 28 : Sebuah keputusan
Part 29 : Rumah sakit
Part 30 : Rumah sakit (2)
Cast🖤
Part 31 : Mulai membaik
Part 32 : Kejadian di kantin
Part 33 : Ungkapan Rizal
Part 34 : Gavin pergi jauh
Part 35 : Pelukan
Part 36 : Siska berulah lagi
Part 37 : Gagal move on
Part 38 : Kebohongan
Part 39 : Gavin emosi
Part 40 : Menghilang
Part 41 : Disekap?
Part 42 : Kembali bertemu
Part 43 : Ancaman
Part 44 : Kobaran dendam
Part 45 : Pamit
Part 46 : Ujian sekolah
Part 47 : Rahasia Dinda
Part 48 : Teror
Part 49 : Teror kedua
Pengumuman

Part 12 : Givea marah? (Sudah revisi)

5.5K 446 51
Bởi Loudstarr

Happy Reading😊

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Seperti biasa bel istirahat berbunyi, waktu yang sangat ditunggu-tunggu bagi siswa-siswi SMA Karya Bakti akhirnya tiba. Karena apa? karena banyak jajanan di kantin yang selalu membuat perut mereka semua terasa keroncongan.

Sama halnya seperti Givea, Dinda juga Farah yang kini sedang duduk di pojokan meja kantin. Tak heran jika mereka bertiga memilih duduk dipojokan, karena yang datang terakhir pasti hanya akan mendapatkan tempat duduk yang tersisa.

"Giv gue mau nanya nih sama lo," ucap Farah sembari memasukkan satu gelinding bakso ke dalam mulutnya.

"Nanya apa?"

Farah terlihat berpikir sebentar. "Ya sebenarnya ga penting-penting amat sih, tapi gue penasaran!"

"Iya apa anjir, cepetan jangan bikin gue penasaran," sungut Givea kesal.

"Kok lo tadi pagi bisa berangkat bareng sama Rizal sih?" tanya Farah.

"Uhukk uhuk!" Givea yang lagi asyik makan pun tersedak saat mendengar pertanyaan dari sahabatnya itu.

Kaget. Itulah reaksi Givea saat ini, gadis itu hanya mampu menelan ludahnya ketika ditatap intens oleh kedua sahabatnya mungkin karena tingkah anehnya, satu hal Givea bingung ia harus menjawab apa soal pertanyaan Farah.

"Giv, lo gapapa kan?" tanya Dinda memastikan.

Givea menggeleng. "Gapapa kok."

"Giv?" panggil Farah membuat Givea mendadak gugup.

"Iy-iya Far?"

Farah menyipitkan kedua matanya. "Lo belum jawab pertanyaan gue, jangan bikin gue makin penasaran!"

"Iya Giv, jujur gue sebenarnya juga penasaran dari tadi pagi soal gosip lo yang berangkat bareng Rizal. Kok bisa sih lo bareng sama anak baru itu, secara kan dia sama lo rumahnya beda jarak!" ujar Dinda ikut kepo.

"Gue harus jawab apa nih, ga mungkin kan gue jawab kalo kak Gavin yang nurunin gue dijalan terus Rizal nebengin gue, bisa-bisa jadi huru hara nih, mereka pasti ga akan terima kalo gue di gituin sama Gavin," batin Givea bersuara.

"Em enggak, tadi itu gue mau nunggu taksi. Tapi nggak sengaja ketemu sama Rizal, terus ditebengin deh," ujar Givea berbohong.

"Ohh jadi gitu ceritanya." Dinda mengangguk-anggukkan kepalanya paham. Kini tak lagi penasaran mereka.

Farah terlihat masih curiga. "Tapi kok tumben lo naik taksi, kemana mobil lo?"

"Dibawa sama Gilang lagi."

"Yaudah ya guys, gue mau jalan-jalan dulu nyari cogan buat cuci mata. Siapa tau malah ketemu kak Gavin, kan mayan juga buat senam jantung, byee." Givea meletakkan kembali sendok serta garpunya ke dalam mangkok kosongnya yang sudah tak terisi bakso lagi, kemudian bangkit dan berlalu pergi meninggalkan mereka.

Sedangkan kedua sahabatnya masih melongo memandangi punggung Givea.

"Lo yakin itu sahabat lo?" tanya Farah menatap Dinda.

"Nggak tau, gue rasa enggak!" balas Dinda tak mau menganggap.

"GIVEA SINTING!" teriak mereka berdua kompak.

*****

"Pucuk dicinta ulam tiba, baru dicari-cari eh ketemu juga. Emang yah jodoh tuh nggak kemana," monolog Givea sambil memandang ke arah tiga cowok yang kini sedang duduk di rooftop. Jika kalian bertanya untuk apa Givea ke rooftop? Mencari Gavin tentu jawaban utamanya. Givea tidak ada kapok-kapoknya setelah diperlakukan buruk oleh Gavin.

Gadis itu memperhatikan cowok dipojok kiri yang kini sedang tertawa renyah hingga menampakkan deretan gigi putihnya. "Gantengnya kak Gavin kalo lagi ketawa kayak gini, nikmat Tuhan mana lagi yang akan engkau dustakan Givea Isabella," monolognya.

Baru saja Givea ingin beranjak menghampiri tiga cogan, tiba-tiba sebuah tangan kekar mencekal pergelangan tangannya.

Gadis itu berbalik dan—

Grep.

Seorang cowok dengan tubuh tegap, tinggi, serta tangan kekarnya tiba-tiba merangkul pundaknya, tangan satunya lagi menarik lengannya untuk memaksa Givea berjalan kembali ke lantai bawah.

"Heh mau ngapain lo!" sentak Givea menatap Rizal yang mengajaknya tanpa permisi.

"Sssttt diem aja," balas Rizal sambil membawa Givea menuju ke ruang laboratorium.

"Zal, lo ngapain sih bawa gue ke laborat?" tanya Givea menatap bingung.

"Santai aja kali gausah galak-galak kayak singa gitu," ujar Rizal terkekeh pelan.

"Ya elo sih ganggu gue aja, gue tuh mau nyamperin seseorang, malah lo seret-seret kesini," gerutu Givea sebal.

Rizal nyengir tak berdosa. "Hehe maaf Giv, terlanjur."

Mereka berdua kini sudah sampai di dalam ruang laboratorium IPA. Entah apa alasan Rizal membawa Givea kesana.

"Yaya gue maafin. Langsung to the point aja, lo mau ngapain bawa gue kesini?" tanya Givea menatap Rizal dengan tatapan menyelidik.

"Ajarin gue makai mikroskop!" balas Rizal tanpa mengalihkan pandangannya dari Givea.

Givea melongo setelah mendengar ucapan Rizal barusan. "L-lo gabisa makai mikroskop nih? seriusan?" tanyanya memastikan tanpa ada sedikit kecurigaan kalau Rizal bisa saja membohonginya.

Rizal hanya menggeleng lemah sebagai jawaban, sedangkan Givea menepuk jidatnya pelan.

"Yaudah bawa sini gue ajarin!" ujar Givea menyuruh.

Rizal membawa mikroskop itu mendekati bangku depan Givea berdiri, lalu dengan sangat telaten Givea menjelaskan dan mengajari cara menggunakannya mikroskop yang benar.

"Sebenernya gue sangat bisa Giv makai mikroskop tanpa lo ajarin, cuman gue sengaja bawa lo kesini, karena gue pengen deket sama lo," batin Rizal bersuara.

"Maafin gue udah bohongin lo!" lanjutnya dalam hati.

"Gimana udah ngerti kan?" tanya Givea namun tak ada sahutan.

Gadis itu mendongak menatap Rizal disampingnya, namun Rizal ternyata sedari tadi hanya sibuk memandangi wajahnya.

Terlintas sebuah ide jahil di benaknya.

"ULAR, ZAL! AWAS ZAL, DI BELAKANG LO ADA ULAR ITU! teriaknya kencang.

Rizal berjingkat kaget. "MANA, MANA ULARNYA? TOLONG, TOLONG MAMA TOLONG RIZALL TAKUT ULARR!" teriak Rizal panik, cowok itu belum sadar bahwa Givea hanya mengerjainya.

Sedangkan Givea yang berhasil mengerjai Rizal pun sudah tertawa kencang, saat melihat reaksi Rizal yang lucu menurutnya.

Rizal yang tidak tau apa-apa pun mengerjap pelan, mencari-cari keberadaan ularnya. Tapi kemudian Rizal tersadar bahwa dirinya tengah dikerjai oleh Givea.

"Lo ngerjain gue?" tanya Rizal mendelik kesal.

"Hahaha anjir, haha iya maaf! sumpah lo lucu banget sih lo, hahaha." Givea masih terbahak-bahak.

Rizal mendengus sebal. "Bodoamat lah." kesalnya sembari melangkah keluar lab.

"Ciee ngambek," goda Givea menyusul Rizal sembari menoel-noel lengan cowok itu.

"Nggak! Ngapain juga gue ngambek," balasnya santai.

"Becanda doang Zal, abisnya lo sih gue capek-capek jelasin lo-nya malah ga sibuk merhatiin wajah gue, gue tau gue cantik," ucap Givea dengan pd-nya.

Rizal yang ketahuan ketangkap basah pun tersipu malu. "Iya deh lo emang cantik," pujinya blak-blakan membuat Givea langsung diam.

"Canda Giv canda doang wlekk," ujar Rizal berbalik meledek.

"Anjir lo ya emang!" Givea sudah bersiap menjambak rambut Rizal namun Rizal berlari menghindar.

Mereka berdua pun kini saling kejar-kejaran seraya tertawa, seperti tak ada yang mau mengalah untuk berhenti.

Dan tanpa mereka ketahui, ada sepasang mata yang menatap mereka dengan sorot benci.

*****

Gavin kini sedang mondar mandir tidak jelas di depan kantin, dirinya bingung memikirkan apa yang dirasakannya kali ini. Entah mengapa dirinya menjadi merasa sedikit bersalah ketika mengingat tadi pagi dirinya menurunkan Givea di pinggir jalan, pasti gadis itu sangat terluka. Rasa iba dan kasihan tiba-tiba muncul di benaknya. Apa ia sudah keterlaluan? 

Dan saat di kantin tadi Gavin tak melihat tanda-tanda keberadaan Givea yang biasanya menghampirinya. Apa cewek itu marah padanya?

"Sebenernya kasian juga sih tuh cewek gue turunin di jalanan tadi, pasti dia panik banget, mana tadi pagi pas jamnya udah mepet lagi," gumam Gavin bermonolog.

"STOPP! anjir apaansih lo Vin, ngapain juga lo mikirin cewek kayak dia, biarin aja dia ilang sekalian, toh juga dia bukan siapa-siapa lo!" batinnya tak setuju.

"ARRGGHH ANJING! LAMA-LAMA PUSING GUE!" teriak Gavin seraya menendang botol aqua di depannya.

DUK!

"Aww," pekik seseorang membuat Gavin seketika menoleh.

Seseorang itu terlihat sedang meringis sambil mengelus-elus jidatnya, seseorang itu adalah Romli sahabat Gavin yang tidak sengaja terkena tendangan botol dari Gavin.

"Eh lo gapapa Rom? sorry banget gue ga sengaja tadi," ujar Gavin menghampiri Romli dengan perasaan bersalah.

"Anjing, ternyata lo pelakunya? Jahat banget sih sama sahabat sendiri," ujar Romli mendramatis.

"Ya kan gue nggak sengaja goblok!" balas Gavin tak terima.

"Lagian ngapain sih lo pake nendang botol segala? Kalo ada sampah tuh di masukin di tempat sampah, bukan malah ditendang sembarangan!" cerocos Romli menasehati.

"Udah nyerocosnya?" tanya Gavin malas.

"Dih, udah salah bukannya minta maaf, malah ngatain gue lo!" sinis Romli membuang muka.

"Kan tadi gue udah minta maaf njing," balas Gavin kesal.

"Iye-iye gua maafin."

"Eh bentar-bentar tuh muka ngapain ditekuk gitu, kayak kertas rusak haha," sindir Romli sembari tertawa.

"Gak mood," balas Gavin acuh.

"Tumbenan banget, mood lo ilang kemana emang? Masa ikutan ilang saat Givea ilang?" tanya Romli menggoda.

Gavin menoyor kepala sahabatnya itu. "Gausah sotoy bangsat!"

"Yee gini-gini gue masih peduli sama sahabat sendiri bangsat," ujar Romli menirukan gaya bicara Gavin.

"Lo kenapa sih? lagi ada masalah? sini cerita ke pakarnya, dijamin seratus persen bakal cepet clear deh tuh masalah," lanjutnya dengan bangga.

"Lo tuh bukan pakarnya, tapi malah jadi akar masalahnya," ucap Gavin lalu melangkah pergi, meninggalkan Romli yang sedang menggerutu.

"Yee tuh anak main nyelonong aja kayak tuyul," gerutu Romli sebal.

"Kira-kira Gavin kenapa ya? ga biasanya tuh anak kayak begitu. Ini pasti ada apa-apa nih, gue harus selidiki," lanjutnya bermonolog.

"Detektif Romli akan segera beraksi yuhuu," teriaknya sambil berlari menuju ke kelasnya.

****

Jangan lupa Voment💛

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

3.9M 305K 52
📍SUDAH TERBIT! ❝Luka tidak memiliki suara, sebab airmata jatuh tanpa bicara.❞ Keynara Zhivanna, gadis dengan kepribadian jutek dan dingin. Namun, s...
147K 8.2K 62
Apa jadinya jika seorang cewek galak anti pacaran ditantang untuk nembak seorang playboy? Yang cewek galak dan yang cowoknya playboy serta pelit, bag...
788K 55.8K 67
Apa itu Fanatik? Fanatik adalah sikap ketertarikan seseorang terhadap sesuatu secara berlebihan. Contohnya? Ting! @algeriandivanior.fansite menandai...
594K 28K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...