HIPOTESIS

By rweinda

2.4M 403K 1.4M

Nayaka Aldevaro, Purna Paskibraka Nasional 2021. Sosok laki-laki superior dengan paras tampan, tubuh atletis... More

PROLOG 0.0
PROLOG 0.5
01 - Blok M
02 - Jajanan Bandung
03 - Unit Kabur Sekolah (UKS)
04 - It's (Syail)a Playing Time!
05 - Ekskul Paskibra
06 - Naka Menyebalkan!
07 - Mengenal Syaila
08 - Mengenal Naka
09 - Bersama Nadin
10 - Little Thing
11 - Sesuai Ekspektasi?
12 - Jangan Syaila
13 - Dana Usaha
14 - 17 Agustus 2022
16 - Dharma Putra
17 - Jurit Sore
18 - Flying Fox
19 - Jurit Malam
20 - Misi Pencarian Nyawa
AESTHETIC BOARDS & MUSIC PLAYLIST⋆˙⟡♡
21 - Tentang Dia yang Sakit
22 - Womanizer
23 - Kedatangan PPI
24 - Ke SMA Derlangga
25 - Pelatihan Tingkat Kota
26 - Butterflies
27 - Seleksi Tingkat Provinsi
28 - Chosen
29 - Cantik
30 - Daya Pikat
31 - Realita
32 - Nasib Sial
33 - Sefrekuensi
34 - Keangkuhan Naka
35 - Pemeran Utama
36 - Seleksi Tingkat Nasional
37 - Lara
38 - Kehendak-Nya
39 - Berbagi
40 - Tuhan itu Adil
41 - She is Fine
42 - Janji
43 - Hari Kemerdekaan RI

15 - Dipaksa Lomba

41.8K 8.4K 24.8K
By rweinda

Siapa yang kangen?? Absen sesuai tempat tinggal kalian yukk!!🥰

Yuk share, vote, dan komen duluu. Udah belomm??🦋

Btw, parah kalian comment gacor banget, belom berapa lama udah tembus aja😩💛

Pasti udah siap spam vote dan spam comment tiap paragraf, kan??💛

———

SYAILA menatap bingung ke arah Izora, Lanie, dan Inarah yang sedang berbincang dengan salah satu anak laki-laki kelasnya. Semakin penasaran saat ia mendekat, mereka malah berbisik-bisik pelan.

"Ngomongin apa?" tanya Syaila, ia jadi ketinggalan obrolan gara-gara telat masuk kelas.

"Gapapa," jawab Izora sambil berdiri dari tempat duduk. "Lho, mau ke mana?" tanya Syaila.

Dengan isyarat mata mengajak Lanie dan Inarah yang terlihat jelas di depan Syaila, Izora berkata, "Kita bertiga keluar dulu ya, Sya. Mau ke kantin, nanti lo nyusul aja."

Syaila mengerutkan kening tak suka. "Maksudnya? Kenapa gak bareng?"

Ia melemparkan pandangan pada Izora, Lanie dan Inarah. Ditatap seperti itu Lanie hanya menunduk, sedangkan Inarah melempar tatapan balik pada Izora, pertanda menyuruh gadis itu yang menjawab. Gemas setengah mati, Syaila jadi melirik salah satu cowok yang cuma diem-diem aja semenjak dia datang, tapi tak kunjung pergi.

"Udah pokoknya kita pergi duluan bentar, nanti lo nyusul," putus Izora sambil menarik tangan Lanie dan Inarah. "Ya kenapa gue ditinggal—"

"Gue mau ngomong, Sya," potong si cowok. Akhirnya bersuara juga.

"Nah itu dia alasannya. Yaudah, byeeee, Sya!" pamit Izora yang dihadiahi pelototan Syaila.

Setelah mereka pergi, Syaila menatap cowok itu, "Lo yang nyuruh mereka pergi?" tanyanya yang dibalas anggukan.

"Ada apa?" tanya Syaila lagi, yang setelahnya menggerutu dalam hati.

Izora, Lanie sama Inarah tega! Mau aja disuruh-suruh cowok kayak gini. Bukannya nemenin, malah ninggalin!

Dan astaga... berapa banyak botol parfum yang laki-laki itu pakai? Terlalu pekat sampai mengganggu indra penciumannya.

"Jadi gini Sya, gue mau minta tolong lo jadi perwakilan cewek kelas kita buat lomba tarik tambang. Gimana?" ujar si cowok sambil tersenyum menyebalkan.

"Gak ah." Jelas Syaila tidak mau, sejak awal memang namanya tidak ada di daftar perwakilan kelas. Ia tidak berminat mengikuti lomba, lebih baik jadi supporter dan duduk-duduk saja di lapangan atau jajan di kantin.

"Yahhhh, kok gitu sih?" Syaila mengernyit, "Kok gitu apanya? Dari awal gue emang gak jadi perwakilan, lo minta yang lain aja."

"Satu perwakilan kelas kita sakit, Sya, jadi perlu diganti orang lain. Yang kepikiran di otak gue cuma lo doang."

"Ya jangan mikirin gue kalo gitu," balas Syaila cepat. "Mana bisa gak mikirin lo, sih," jawab si cowok pelan yang masih bisa terdengar di telinga Syaila.

"Ayolahhh, Sya, demi kelas kita juga. Bantuin yaaa?" Ia memohon sambil memegang tangan Syaila secara tiba-tiba.

Secepat kilat Syaila melepaskan tangan tersebut. "Sorry ya, gue gak mau ikutan. Lo cari anak lain aja," putus Syaila sambil pamit undur diri, ingin menyusul ketiga temannya.

"Ngapain ngikutin sih?!" gerutu Syaila mendapati laki-laki itu mengikuti langkahnya yang mulai keluar dari kelas.

"Sya, bantuinlah. Lo tega sama gue harus cari anak lain lagi??"

"IYALAH TEGA. EMANG LO SIAPA?!" Rasanya Syaila mau jawab gitu di depan mukanya, tapi sayang hanya terucap dalam hati.

Tak nyaman, Syaila mempercepat gerak kakinya, bahkan hampir berlari kecil. "Seriusan jangan gue, lagian bikin kalah doang. Udah sana cari yang lain aja!" suruh Syaila tanpa menoleh ke belakang.

"Sya!" panggil si cowok sambil menahan pundak Syaila paksa, membuat langkah gadis itu terhenti dan menghadap dirinya.

"Tolong dong, jangan sombong banget kek." Syaila menatap cowok itu sebal, what the hell lo yang maksa orang malah ngatain dirinya sombong.

"Gini aja deh, lo bantuin buat main tarik tambang, nanti gue traktir makan malem deh yaa?" tanya si cowok penuh harap.

Syaila menahan matanya untuk tidak berputar malas. Takut membuat sosok pemaksa di depannya tersinggung. Basi, bilang aja mau modus jalan sama Syaila!

Gadis itu berpikir beberapa detik. Ia harus menolak dengan cara apa lagi? Keadaan seperti ini adalah salah satu hal yang Syaila benci. Ia takut karena penolakannya, orang-orang akan menghakimi dirinya terlalu sombong dan banyak gaya.

Trust her, menjadi perempuan yang sering dimodusi tidak seenak yang orang kira. Tidak juga semenyenangkan yang orang-orang pikirkan. Tiap kali ingin menolak selalu takut menjadi topik berbincangan dan dibenci karena dianggap sok cantik.

"Jangan maksa kalo dia gak mau." Suara berat dan serak laki-laki terdengar. Wangi citrus bercampur woody yang begitu menggoda milik Naka mulai tercium.

"Gue gak maksa, Kak. Tapi ini demi kelas kita. Kelas dia sendiri, masa gak mau bantuin?" jawab si cowok tak mau disalahkan. Lebih tepatnya, takut bermasalah dengan Naka.

"Bukan demi kelas, lo aja yang modus," jawab Naka sekenanya.

"Lah kakak aja gak tau keadaannya gimana. Kenapa jadi fitnah gue? Dia kan bagian dari kelas, ya berkorbanlah jadi perwakilan. Jangan mau hadiahnya doang pas menang, giliran disuruh main gak mau," cerocos laki-laki itu tak terima disalahkan.

Mulut Syaila terbuka kecil.

Naka berdecak, "Ulangin yang barusan lo omongin," suruhnya mengambil langkah maju mendekat. Ia bahkan harus menunduk dikarenakan teman sekelas Syaila itu lumayan pendek untuk ukuran laki-laki.

Naka mengernyit, mengerutkan hidungnya sepersekian detik.

Hal itu tak lepas dari perhatian Syaila. Ia melihat dada laki-laki itu dan tidak ada pergerakan di sana. Seolah paru-parunya tidak diisi oleh pasokan udara.

Naka menahan napas?

"En-Enggak, Kak. Lagian gue gak maksa jalan sama dia kok. Masih banyak cewek lain yang mau jalan sama gue," jawab laki-laki itu memberanikan diri sambil berdongak.

Syaila kebingungan, berulang kali menatap mereka berdua bergantian. Melihat aura-aura sengit mulai menguar, tangan gadis itu terarah menahan lengan kekar Naka untuk menyudahi percakapan ini.

"Ya udah nanti gue ikut lomba," putus Syaila meski tak rela.

Si pemilik mata amber itu menengok pada Syaila, kemudian membasahi bibir bawahnya. "Kemauan sendiri atau karena dipaksa sama dia?"

Melihat Syaila yang hanya diam tak menjawab, Naka sudah mendapatkan jawaban. "Udah cari yang lain aja sana." Kemudian menambahkan, "kalo gak ada yang mau juga, berarti muka lo yang gak meyakinkan."

Syaila memandang Naka tak percaya. Setelah mengucapkan itu, laki-laki itu malah tersenyum tanpa dosa. "Kak, kalo beneran gak ada yang mau entar lo diomelin, lho. Disuruh tanggung jawab karena perwakilan siswi kelas X SOS 2 kurang satu," bisik Syaila pada laki-laki itu.

"Siapa yang berani omelin gue?" gerutu Naka pada dirinya sendiri.

"Gampang. Nanti lo—" Naka menunjuk laki-laki itu, "samperin gue kalo sampe gak dapet satu cewe pun. Gue yang ngomong sama mereka."

Setelah mengusir teman sekelas Syaila, Naka memusatkan perhatian pada gadis itu. "Temen-temen lo mana?" tanyanya.

Syaila tak langsung menjawab, ia lebih tertarik melihat Naka yang mengambil napas panjang, meraup oksigen sebanyak-banyak seolah sudah lama tidak bernapas, kemudian mengembuskannya dengan lega.

"Ninggalin ke kantin, cowok itu yang minta," kata Syaila tak sadar seolah sedang mengadu.

Naka mendesah pelan, lalu tanpa disangka menarik pergelangan tangan Syaila pelan.

"Mau kemana, Kak??" tanya Syaila sambil mengikuti langkah panjang Naka. "Eh jalannya pelan-pelan dong," sela Syaila sambil menepuk-nepuk jemari laki-laki itu yang menggenggam tangannya.

Mendengar hal itu, Naka menoleh sebentar lalu memelankan langkah kakinya. "Udah tau panjang, kalo jalan gak inget-inget orang," keluh Syaila.

Naka mengernyit sebentar, ini gimana sih? Gak Mbak Naya, gak Syaila, kok suka ngomongin gede dan panjang?

Kayaknya mereka berdua cocok deh, suka ngomongin ukuran...

Geez, lihatlah tatapan yang dilayangkan pada Syaila. Sebelum Naka menggenggam tangannya saja sudah banyak yang menatap dengan sinis, apalagi sekarang!

Dan apa-apaan Naka ini, Syaila bukan tidak tahu laki-laki itu sengaja mendekatkan diri... pada kepalanya?

"Kak, lepas aja deh jangan megang-megang," kata Syaila menginterupsi langkah Naka. Laki-laki itu berhenti, lalu menatap Syaila, "Megang-megang sama megang maknanya beda," jelas Naka.

Setelah berpikir beberapa detik memang konteksnya bisa berbeda. Megang itu menyentuh atau menggenggam, sedangkan megang-megang konotasinya bisa ke arah yang buruk. Ah, ngomong sama Naka bikin mikir!

"Ya, itu lah pokoknya!" Syaila membela diri. Merasa kesal karena Syaila menolak pegangannya, Naka langsung melepaskan. "Yaudah, jalan duluan sana!" suruhnya.

"Mau jalan kemana? Gue tanya aja tadi lo gak jawab mau kemana." Naka mendengkus, harga dirinya masih terluka karena penolakan gadis itu. Ini Naka loh, seorang Naka ditolak!

"Kantin," jawabnya singkat. Meski masih bingung, Syaila tetap jalan saja, lagi pula ketiga temannya memang berada di sana.

Mereka berjalan menuju kantin dengan posisi Naka dua langkah di belakang Syaila. Sebenarnya posisi ini sedikit lebih aneh daripadi posisi menarik Syaila, pasalnya Naka tampak seperti bodyguard gadis itu.

Naka mengikuti langkah kaki Syaila, sambil memberi gadis itu tatapan tidak terbaca. Tatapan yang Naka berikan pada seseorang yang membuatnya tertarik.

Sial, apa Naka baru saja memproklamirkan dirinya mulai terpikat pesona Syaila?

Sambil melangkah, sesekali Syaila menoleh ke belakang tak nyaman. "Kak, jangan di belakang juga kenapa sih?" katanya.

"Bawel, tadi di pegang gak mau," kesal Naka. "Ya jangan di belakang juga dong, lo kayak lagi jagain anak tau gak?" balas Syaila.

"Anak yang bisa buat anak," jawab Naka asal.

Syaila ternganga. "Kak, demi. Gue masih kecil, jangan bahas gitu-gituan lagi."

"Lagi?" Naka mengangkat sebelah alisnya, "gue baru ngomong gituan sekali."

"Apaan? Kemaren lo ngomongin dada—" Syaila menghembuskan napasnya kasar. "Ah udah lah gak jadi!"

"Lagian lo gak kecil, Sya—"

Syaila menginterupsi, "Tuh kan! Udah gak usah ngomong lagi. Omongan lo suka ambigu!"

Naka tertawa mendengarnya. "Maaf-maaf," ucap laki-laki itu masih diselingi tawa.

Jangan ketawa Naka, mukamu terlalu berengsek untuk pertahanan hati Syaila yang—tidak biasanya—melemah ini.

Sesampainya di kantin, banyak pasang mata yang terarah pada mereka berdua. Syaila mengedarkan pandangan, berbeda dengan Naka yang memiliki tubuh jangkung, begitu mudah bagi laki-laki itu menemukan teman-teman Syaila.

Mengikuti langkah Naka, akhirnya mereka sampai di meja Izora, Lanie, dan Inarah. "Udah selesai?" tanya Izora. "Eh, halo, Kak," sapanya bingung melihat Naka di sebelah Syaila.

"Gak usah sok nanya, urusan kalian bertiga sama gue belum selesai, liat aja abis ini!" ancam Syaila yang sebenarnya tidak menyeramkan.

Merasa sudah tak ada lagi yang perlu dilakukan, Naka bersiap-siap untuk pergi. "Temennya dijagain," ucap Naka dengan mata melirik sekilas pada Syaila, "lepas dikit langsung banyak yang deketin."

Bola mata Syaila berputar tanpa bisa dicegah, dasar perayu ulung!

"Kok bisa sama Kak Naka?!"

"Tadi urusan lo gimana? Kenapa bisa dianter Kak Naka?"

"Demi apa sih, Sya, kok bisa Tarzan nemenin lo ke kantin?!!"

"Stttt! Diem dulu. Kalian kira masalah yang tadi udah selesai?!" tanya Syaila galak. "Gue gak suka ya kayak tadi, kalian ninggalin gue sendirian," keluhnya.

Izora terdiam mendengarkan. "Kalian kan temen gue, harusnya ada di pihak gue dong. Bukannya di pihak si cowok terus setuju aja diajak kerjasama buat pergi ninggalin gue sendiri." Syaila merasa terkhianati!

"Tega tau gak? Kalian gak boleh kayak gitu lagi," ingat Syaila. "Iya-iyaaaa, sorry Syaila yang paling cantik sedunia." Izora lebih dahulu meminta maaf.

Syaila memberengut dalam diam, tapi apa boleh buat? Meski sudah bersama selama beberapa waktu, mungkin mereka masih dalam proses untuk saling mengenal lebih dekat. Masih perlu waktu untuk tahu betul apa yang satu sama lain sukai dan tidak sukai.

"Iya, jangan diulangin lagi ya," kata Syaila pelan. Pasti mereka berempat akan saling mengenal satu sama lain lebih dalam lagi, seiring berjalannya waktu lewat kejadian-kejadian yang mereka lakukan bersama. Tidak bisa instan, melainkan secara perlahan.

———

Masuk ke dalam kelas, kemudian duduk di bangku miliknya. Syaila lebih memilih duduk menyendiri, membiarkan ketiga temannya yang lain mengobrol entah membicarakan apa.

Syaila larut dalam pikirannya. Ia yakin tadi Naka menahan napas selama beberapa waktu. Tapi, kenapa Naka harus melakukan itu?

Syaila juga menyadari laki-laki itu dengan sengaja mendekatkan diri. Seolah menghidu puncak kepala dan wangi tubuhnya beberapa kali.

Gadis itu mengangguk setelah otaknya menemukan jawaban atas apa yang ia butuhkan. Naka tidak bisa menghirup bau yang sangat menyengat. Teman sekelas yang memaksanya tadi memang menggunakan parfum dengan wewangian yang sangat menusuk. Syaila saja sempat mual dibuatnya.

Namun, apakah hal itu sangat amat mengganggu hingga Naka sampai menahan napas? Sebab tadi bukan waktu yang singkat.

Lalu, setelah teman sekelasnya pergi, Naka dengan sengaja mendekatkan diri. Apa artinya Naka menyukai wangi Syaila?

Orang lain mungkin tidak akan menyadarinya sama sekali karena laki-laki itu pandai mengontrol ekspresi. Naka sendiri mungkin merasa bisa menutupi itu dari semua orang, tapi tidak dengan Syaila. Dengan sekali lihat, Syaila tahu dan bisa membacanya meski raut terganggu Naka hanya muncul sepersekian detik, lalu hilang setelahnya.

Syaila juga tahu Naka suka menolong orang-orang yang membutuhkan—salah satunya anak kecil di Blok M, Naka menyukai makanan yang panas—ia tahu fakta ini ketika mereka makan bersama, Naka rajin berolahraga dan harus sering meminum air putih, Naka is definitely a gentleman, dan beberapa hal lainnya.

Tepukan di bahu menarik gadis itu kembali pada realita. "By?" panggil Syaila.

Ia bisa melihat gadis itu tampak gelisah, sesekali menengok ke kanan kiri. "Kenapa?" Mendengar Syaila yang bertanya, Baby menampilkan wajah muram. "Duh gue mau ngomong sesuatu sama lo, tapi gak enak," ucapnya sendu.

"Ngomong apa?" tanya Syaila tak suka berbelit-belit.

"Tapi beneran, Sya, gue gak ada maksud apa-apa ya," kata Baby dengan wajah cemas.

"Iya ngomong aja." Syaila menyiapkan hatinya untuk mendengar ucapan Baby.

Baby menarik napas. "Jadi gini, gue denger dari kakak kelas," ujar Baby yang bahkan belum selesai, tapi berhasil membuat dada Syaila sesak, "mereka pada ngomongin lo, Sya, katanya muka lo keputihan. Terus nyatok rambut badai gitu hampir tiap hari. Kayaknya lo terlalu niat buat dateng ke sekolah, deh."

Jantung Syaila seperti diremas, bahkan dadanya sulit untuk bernapas. Ini yang Syaila takutkan.

Diberi anugerah fisik seperti ini, tidak selalu menyenangkan. Seperti yang sudah pernah gadis itu katak, kalau adik kelas lain yang putih atau tampil niat pasti tidak apa-apa, tapi kalau Syaila, pasti akan selalu ada apa.

Belum lagi, bisa saja selain kakak kelas, bahkan teman seangkatannya pun membicarakan dirinya. Syaila jadi takut diam-diam mereka semua tidak menyukainya.

Syaila mengalihkan pandangannya dari Baby. Tak urung Baby meminta maaf karena harus menyampaikan hal yang tidak mengenakkan, tapi menurut gadis itu harus disampaikan agar Syaila tau.

Ucapan Baby sangat berpengaruh bagi Syaila. Sangat. Sampai-sampai keesokan harinya gadis itu memutuskan untuk menguncir satu rambutnya dan menunduk seharian agak tidak menjadi pusat perhatian.

———

GIMANA CHAPTER INI??

1 KATA BUAT CHAPTER INI??

Mana #TeamNakaila??

#TeamNakadin??

#TeamAgaila (Agi-Syaila)??

Atau ada shipper baruuuu?😍

SPAM BUAT NEXT CHAPTER???

BOO MAU LIAT ANTUSIAS KALIAN BUAT CERITA INI DENGAN SPAM: 💛💛💛

BOO AKAN UPDATE SETELAH CHAPTER INI LEBIH DARI 24.5K COMMENTS YAA! Ayo ditembusin dulu biar cepet update😘

———

Untuk temen-temen semua tolong suka, cinta, dukung, dan ramaikan karya-karya Boo yaaa💛💛

FOLLOW INSTAGRAM @RWEINDA @PASKIBRAPEDJOEANG (Untuk tau info dan updatean selengkapnya!!)
Follow Tiktok: @rweindaa
Follow Twitter: @rweindaa
Follow Spotify: @rweinda
Follow Tiktok: @calz.id

Untuk semua akun fanbase dan pembaca Hipotesis, selalu dukung cerita Hipotesis yaa!! Boleh jg dibantu dgn lebih banyak share foto, quotes, scene, editan berwarna kuning, merah, dan putih💛❤️🤍Dengan hashtag #RWEINDA #PASKIBRAPEDJOEANG baik di instagram, twitter, tiktok atau di sosmed kamu. Oke??

Terima kasih sudah membaca cerita Hipotesis dan terus dukung boo dengan selalu meramaikan lapak ini yaa💗 Kalo ada rekomendasi di sosmed apapun jangan lupa rekomendasiin cerita Hipotesis Jangan lupa PAKE HASHTAG diatas dan TAG @PASKIBRAPEDJOEANG

NEXT UPDATE KAPAN??

Semangatin Booo dong😍😍

BTW BOO PUNYA BANYAK BANGET KABAR BAIK, tapi ditahan dulu aja deh😜💙

Continue Reading

You'll Also Like

Best Part By maria

Teen Fiction

1.3M 86.4K 45
You're the one that I desire. Copyright©2016 #2 in relationship (13/09/16) #6 in relationship (19/06/18) #20 in TeenFiction (31/12/16)
4.5M 359K 37
Nara memergoki pacarnya berciuman dengan sahabat terdekatnya. Sakit hati, rasa dikhinati, semua berkumpul memenuhi rongga dadanya. Belum lagi orang-o...
3M 198K 21
Disaat taruhan merubah segalanya.. ©2016
1.1M 102K 56
"Kamu kehidupanku," -Capta "Kamu kematianku," -Picka Tentang Picka, seorang remaja kelas tiga SMA yang hidup dalam bayang-bayang yang terus menganca...