Spin

By Syfaaxx

41K 5K 1K

SunaOsa × SakuAtsu Kehidupan cinta Suna Rintarou dan Miya Osamu Beserta Sakusa Kiyomi dan Miya Atsumu More

Spin 1
Spin 3
Spin 4
Spin 5
Spin 6
Spin 7
Spin 8
Spin 9
Spin 10
Spin 11
Spin 12
Spin 12.5
Spin 13
Spin 14
Short conversation
Spin 15

Spin 2

3.8K 478 62
By Syfaaxx

Spin
Syfaaxx
Haikyuu © Haruichi Furudate

Warning! OOC! TYPO!






"Atsumu, apa Osamu belum bangun?"

Atsumu menghentikan acara makan paginya, dan menatap sang ibu.

"Belum, dia mungkin sedang demam—"

"Oh, kenapa kau tidak bilang dari tadi" Protes sang ibu. "Kaa-san akan keatas untuk melihatnya, kau siapkan air hangat" perintah ibu.

"—ohh, Osamu!"

Belum ibu berjalan, Osamu sudah menuruni tangga dengan muka pucatnya, bibirnya putih dan mata sembab. Dengan memakai pakaian longgar dan rambutnya yang berantakan membuat Osamu terlihat sangat kacau.

"Kenapa turun? Kembali ke kamarmu dan istirahat lah—"
Sang ibu terlihat cemas, sedangkan Atsumu hanya melihat dan mengepalkan tangannya.

Ternyata benar dua pukulan tidak membuatnya puas. Ia akan menambah lagi nanti.

"Tidak kaa-san, aku perlu pergi ke kampus"
Jawab Osamu dengan suara seraknya. Ia menyadari bahwa tubuhnya sangat panas namun ia tetap harus pergi ke kampus.

"Tidak perlu berangkat, Atsumu akan menyampaikan izin kepada dosenmu—"

"Hari ini ada test, jika aku tidak datang akan berpengaruh buruk pada nilaiku"

"Baiklah-baiklah, sekarang duduk dan makan terlebih dahulu. Kaa-san akan menyiapkan obat untukmu. Kau boleh pergi jika kau berjanji akan langsung pulang jika test sudah selesai. Jangan keluyuran—" Osamu mengangguk lemah, ia sudah tidak fokus. Kepalanya sangat berat.

"—Atsumu, kau jaga Osamu. Oke?"

"Ya,  kaa-san"

.

.

.

.

"Berubah pikiran? Ingin kembali?"
Atsumu bertanya dengan nada cemas ketika melihat Osamu memegangi kepalanya.

"Tidak—" Jawabnya singkat.

Saudara kembar itu sedang duduk kereta bawah tanah menuju kampus, yang kebetulan tidak begitu ramai. Hanya beberapa orang saja, karna memang mereka berangkat hampir pukul 11 siang, semua dosen mendadak memundurkan jadwal testnya.

Atsumu bersyukur, setidaknya Osamu tidak merasa tidak nyaman.

Atsumu menempelkan punggung tangannya pada dahi Osamu "Hangat—" Ucapnya.

Osamu menoleh kearah Atsumu "Tidak apa-apa jangan khawatir—"

"Selepas keluar dari ruangan, langsung pergi ke kafetaria. Tunggu aku disana dan jangan kemana-mana. Test ku mungkin agak sedikit lama. Mengerti?"

"Iya—"

Pada dasarnya, Mereka mengambil jurusan yang berbeda. Hanya pada saat jadwal mereka sama saja mereka berangkat bersama. Seperti sekarang ini.

Kereta berhenti, namun mereka masih akan berjalan sekitar 50 meter untuk sampai ke tujuan.
Selama itu mereka tetap diam, tidak membahas apapun. Sampai Atsumu memulainya.

"Tadi malam, Suna datang—"

Perkataan Atsumu membuat Osamu berhenti melangkah persekian detik, dan berjalan kembali ketika ia sudah menguasai dirinya sendiri.

"Begitu?—"

"Yaa—"

"Dia bercerita?" Osamu mengeratkan pegangan pada tas ransel miliknya.

"Sedikit, Karna aku—"

"OSAMU!!"

Teriakan mengintrupsi dengan keras membuat orang disekitar menoleh dan kemudian berbisik.

Saudara kembar itu melihat kesumber suara dan menemukan seseorang yang mereka bicarakan sedang berlari kearah mereka.

Osamu terdiam, begitu pun Atsumu.
Sebenarnya pemilik rambut berwarna abu abu itu ingin berlari menjauh, tapi karna tubuhnya tidak mengizinkan ia hanya pasrah.

Ia hanya percaya pada orang yang saat ini yang sedang menatap tajam kedepan.

Dalam beberapa detik, Suna telah berada di depan mereka dengan sedang mengatur nafasnya, kelelahan karena berlari.

Osamu mundur selangkah dan berada di belakang Atsumu. Karna ia tidak ingin berdekatan dengan pencinta kucing di depannya.

Suna terlihat sedih, tapi mereka berdua tidak perduli.
Dengan jarak itu Osamu bisa melihat lebam di area pipi dan sudut bibir Suna dengan satu plaster menempel disana.

Yang bisa Osamu simpulkan hanyalah.

"Tsumu—" Osamu menarik lengan baju Atsumu perlahan. Atsumu menoleh "hm?"

"Oh.. itu.. Dua pukulan tidak akan membuatnya mati, tenang saja—" Jelasnya santai. "Apa yang kau lakukan Suna, kita akan ada Test sebentar lagi. Beri kita jalan" lanjutnya dengan matanya kembali menatap kearah Suna.

"Osamu, kita perlu bicara. Tolong—"

"Hei, jangan mengacuhkanku—" Kesal Atsumu.

"Osamu—Maafkan aku, Tolong biarkan aku menjelaskannya—"

Osamu tidak menjawab dan semakin menempel pada sang kakak hingga Atsumu dapat merasakan hangat dari tubuh Osamu.

Osamu memegangi erat lengan Atsumu, Kepalanya sangat pusing dan tidak kuat untuk berdiri.

Tolonglah, Osamu hanya ingin cepat-cepat menuju kelas dan pulang. Ia belum siap menghadapi mantan kekasihnya saat ini atau bisa dibilang masih kekasih karna tidak ada kata putus diantara mereka berdua.

"Ayo pergi—" Ucap Osamu lirih.

"Samu tidak ingin berbicara denganmu, kita lakukan lain kali"

Atsumu berusaha untuk tenang, karna bagaimana pun, Suna tetap teman baiknya.

"Atsumu, tolonglah sebentar saja—" Suna memohon dengan memelas pada kakak iparnya.

"Tidak Suna. Menyingkir—"
Atsumu menggeser badan Suna yang menghalangi jalan dan berjalan melewatinya diikuti Osamu dibelakangnya yang terus menempel pada Atsumu.

"Tunggu—"
Pada saat Osamu melewatinya, Suna mencengkal tangan Osamu sebelum lebih jauh pergi. Membuat Osamu menjingkat kaget dan berhenti berjalan.

Suna menyeritkan dahinya, lengan osamu ditangannya terasa hangat, tidak ini panas.

Apa Osamu, sedang sakit?

Atsumu berbalik kearah Suna dengan wajah seram, melihat itu Atsumu melepaskan tangan Suna dari lengan adiknya dengan kasar.

"Aku sudah mencoba berbaik hati padamu, Suna." Geram Atsumu.

"Maafkan aku. Tapi, apa Osamu sedang sakit?—"

"Bukan Urusanmu."

Atsumu berjalan menarik Osamu yang berada dibelakangnya meninggalkan Pria yang menggunakan kemeja putih dan celana hitam itu dipenuhi dengan penyesalan yang dalam.

Namun nasib sial seorang Atsumu belum berakhir, seorang berambut hitam ikal bertubuh tegak datang dari arah depan yang sekali lagi menghalagi jalannya Saudara kembar itu.

"Oh dewa, Apa kalian bersekongkol!" Teriaknya Frustrasi.

Dua pria tampan yang terkenal sekarang membuat seisi kampus dan orang berlalu lalang dijalan melihat mereka.

Atsumu tau ini adalah drama terbaik yang di disukai oleh orang seperti Ibunya yang suka hal semacam ini.
Cinta segitiga? Atau ini,  Segi empat?

"Atsumu." Panggil pria itu.

"Sakusa, tolong diam saja. Saat ini aku tidak ingin meladeni mu" Kata Atsumu cepat.

"Tsumu, pusing—" Osamu berbicara lirih tapi kedua pria tampan itu masih bisa mendengarnya.

Mereka merasa khawatir pada Osamu terutama Suna karnanya ia tau dirinya adalah penyebab semua itu.

Atsumu berbalik dan memegangi kedua bahu saudara nya dengan cemas. "Apa kita pulang saja, kita akan mengikuti test susulan saja. Bagaimana?"

Osamu hanya menggeleng.

"Osamu, kita pergi ke rumah sakit. Aku akan mengantarmu." Ajak Suna, ia kembali mendekat kearah mereka.

Atsumu kesal. Moodnya sangat buruk. Dan diperburuk dengan suara dari depan.
"Kita bisa mengantarkannya bersama."

"Goddamn it! Tidak bisakah kalian diam!" Atsumu mengacak rambutnya frustasi. Sepertinya sakit Osamu menular. Karna ia sudah merasakan pusing.

Atsumu menarik lengan Osamu dan berlari melewati Sakusa dengan mendorongnya.

Sakusa sedikit terhuyung namun masih bisa mengendalikan keseimbangan, kemudian ia menolehkan kearah belakang melihat Suna terduduk frustasi, kedua tangan meremas rambutnya. Wajahnya menjadi merah, entah karna marah ataupun menahan tangis.

"Apa kau baik-baik saja—" tanyanya pada Suna.

Suna mendongak keatas melihat Sakusa yang diatasnya menampilkan keadaannya yang buruk tanpa menjawab.

"Well, kurasa tidak—"

.

.

.

.

"Minum obat dulu setelah duduk oke? Jangan paksakan otakmu. Kaa-san tidak akan marah jika nilaimu jelek, yang penting itu kesehatanmu. Dan setelah selesai kau langsung ke —"

"Aku tau Tsumu, aku bukan anak kecil lagi"

Atsumu terkekeh, ia tau itu. Tapi satu fakta, Osamu akan menjadi sangat manja jika ia sedang sakit. Padahal biasanya tidak begitu.

Meskipun masih sama-sama mendengar kan ucapan Atsmu sih.

"Baiklah, masuk kedalam. Aku pergi dulu."

.

.

.

.

3 jam kemudian. Setelah dua kali test, akhirnya ia bernafas lega. Hasil kerja kerasnya terbayarkan. Ia bisa menjawab semua pertanyaan dengan sempurna.

Atsumu merenggangkan kedua tangannya keatas dan memejamkan mata menikmati bagaimana persendian nya mulai merenggang setelah kaku selama beberapa jam.

Atsumu beranjak dari tempat duduk dan segera ingin ke kafetaria lalu pulang.

Namun seorang pria tampan menunggunya di depan pintu. Ia berdiri tegak dengan kedua tangan dimasukan kedalam kantong celana hitamnya, Masker menutupi hidung dan mulut.

Dia tidak melakukan apapun, mata pria itu hanya terus menatap lurus padanya namun auranya sangat besar membuat semua orang yang melewati tidak bisa tidak menoleh kearahnya.

Ohh.. Dewa sedang tidak berpihak pada Atsumu hari ini.









—08.12.20—

Continue Reading

You'll Also Like

220K 19.8K 33
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
464K 35K 40
Hidup Linka yang menurutnya flat semenjak keluar dari panti asuhan mendadak berubah saat seorang cowok datang dan mengaku sebagai anaknya. ** Linka t...
47.6K 8.1K 12
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...
46.8K 4.5K 29
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...