Secret Crazy Girl [Terbit]

By TheCupedCake

9.3M 487K 72K

"Ketika musuh terbesarmu adalah dirimu sendiri. " Aurora Athalla Collins, 16 tahun. Trauma masa lalu membuatn... More

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Last
VOTE COVER & GIVEAWAY

11

138K 16.7K 2.5K
By TheCupedCake

Happy reading 💜

Kring!

Bunyi alarm mengagetkan seorang gadis yang tengah tertidur lelap. Gadis itu mengucek mata perlahan, menyesuaikan cahaya yang terasa menusuk mata.

Tak lama pupilnya membulat mendapati jam yang menunjukkan dirinya terlambat berangkat sekolah. Dia langsung bergegas kedalam kamar mandi.

Saat dia turun, sudah ada segelas susu coklat dan dua lembar roti. Aurora segera melahapnya dengan cepat. Kemudian pergi ke sekolah dengan motor untuk menghindari kemacetan.

***

Sampai di sekolah, gerbang sudah tertutup rapat. Tak sengaja Aurora melihat ada warung kecil di belakang sekolah. Tanpa ragu dia menitipkan motornya di sana.

Aurora menelisik keadaan sekitar, memastikan tak ada orang lain yang melihat aksinya. Lalu dia memanjat dengan mudah. Sampai di atas pagar, Aurora hendak meloncat sembari mengambil ancang-ancang.

"WOY!"

Namun teriakan seseorang, menghentikan rencana gadis itu. Dengan hati-hati, Aurora menoleh. Saat melihat orang yang menginterupsi, dia langsung menghela napas lega.

"Ngagetin lo!" seru Aurora ketus.

"Hehe sorry, btw lo telat juga?" tanya Darren basa-basi. Aurora hanya membalasnya dengan dehaman singkat.

"Ngapain masih di situ? Buruan manjat!" suruh Aurora saat mendapati Darren hanya bengong.

"Ah, iya." Darren lalu ikut memanjat setelah pulih dari lamunannya. Di atas dia berhadapan dengan Aurora.

"Aman nggak?" tanya Darren, Aurora celangak-celinguk.

"Aman," ucap Aurora, Darren mengangguk.

Mereka melompat secara bersamaan dengan mudah.

Bruk!

"Untung nggak ada guru yee," ujar Darren seraya menghela napas lega.

Aurora mengangguk seadanya. Darren menyadari sikap gadis itu pagi ini, sedikit lebih pendiam. Mengenyahkan pemikiran konyolnya, Darren mengikuti langkah lebar Aurora.

Mereka berjalan di koridor yang sudah sepi karena bel sudah berbunyi tiga puluh menit yang lalu.

"SIAPA DI SANA?" teriak seorang guru Bk yang terkenal killer, Bu Dina.

Darren dan Aurora spontan menghentikan langkah kemudian saling pandang. Aurora langsung tanggap dengan merogoh ponsel dalam tasnya.

"Gimana, nih?" bisik Darren dengan panik.

"Tenang." Satu kata dari Aurora yang tak berefek bagi Darren.

Aurora mengetik sesuatu pada benda pipih itu. Tak lama kemudian terdengar suara kucing mengeong.

Meong!

Meong!

"Oh, kucing," gumam Bu Dina saat mendekat, tetapi kemudian membalikan langkahnya kembali menjauh. Membuat Aurora dan Darren mengelus dada lega.

"Udah ayo ikut gue!" Darren segera menarik lengan Aurora sebelum terpergok guru lain.

Aurora menaikkan alis. "Kemana?"

"Bolos lah, ngapain ke kelas kalo ending-nya dihukum juga," balas Darren.

Aurora mengangguk dan berucap, "Oke."

Keduanya membelokkan langkah ke rooftop. Darren mendudukkan diri di sofa, sedangkan Aurora berjalan ke arah pembatas kemudian duduk di sana dengan kaki menjuntai ke bawah.

Darren yang melihatnya langsung mendelik ngeri. "Heh, lo nggak takut, Ra?"

"Nggak," balas Aurora tanpa menoleh  lalu mengeluarkan sebatang nilotin dari saku roknya, mematiknya, menghisapnya, dan menghembuskannya dengan tatapan lurus.

Darren makin membelalak. "Lo ngerokok?"

Tak menjawab, Aurora justru menyodorkan sebungkus nikotin miliknya pada Darren.

"Lo mau?" tawar Aurora.

"Boleh," cengir Darren mengambil bungkus rokok yang disodorkan Aurora.

Mereka menghabiskan waktu membolos bersama di atas rooftop, sembari mengobrol ringan. Tanpa Darren ketahui, Aurora berdecak sebal setelah menginjak batang nikotin yang tinggal setengah. Gadis itu membatin.

Ternyata jadi cewek idiot itu, susah juga, ya.

***

Waktu istirahat, Aurora dan Darren berjalan ke kantin. Hari ini kantin sangat ramai dan berisik seperti biasa.

Semua meja telah penuh. Aurora mengedarkan pandangan, mencari teman-temannya. Setelah menemukan mereka, binar di mata gadis itu berubah menjadi kilatan tajam.

"Sabar ya," bisik Darren dengan nada jahil saat melihat titik pusat penglihatan Aurora. Di meja itu, ada Ares dan Kinar yang duduk bersebelahan. Tak lupa juga Rey, Fani, Valen, dan Adel.

Aurora segera melangkah lebar ke meja mereka. Diikuti Darren di belakangnya.

Tanpa memedulikan eksistensi Kinar di samping kiri Ares, Aurora pun duduk di sebelah kanan pemuda itu.

"Eh, Ra, lo masuk?" tanya Fani.

"Iya."

"Gue kira lo nggak masuk, abisnya lo nggak ikut jam pertama," ucap Valen.

"Hehe, tadi Rara telat, gerbangnya udah ditutup. Terus kata Darren, dari pada masuk dihukum guru, akhirnya Darren ngajak Rara bolos, deh," tutur Aurora.

Sontak Darren tersedak ludahnya sendiri.

"Lo ngajarin dia bolos?" tanya Rey.

Darren menggeleng sembari cengengesan. "Enggak, gue kan cuma ngomong, terus dia mau ikut ya udah kita bolos bareng."

"Jangan ajarin si bocil bolos!" seru Ares tanpa menatap sahabatnya.

Arthur menaikkan sudut bibirnya. "Lo ngotorin otak polos dia."

Polos polos bangsat iya, batin Darren dengan decakan kesal.

"Iya Darren, jangan ajarin Rara yang nggak bener dong," ucap Aurora ikut-ikutan, membuat Darren jengah.

Pemuda manis itu memutar bola matanya malas. "Terus gue harus ajarin lo apa? Pelajaran matematika gitu? Gue juga goblok kalo itu mah."

"Ajarin buat mencintai Ares seutuhnya aja," balas Aurora. Ares menatap lelah pada gadis itu.

"Heh, Ares pacar gue, ya! Lo jangan kegatelan dong jadi cewek!" gertak Kinar emosi.

"Ih orang Rara nggak gatel kok, tadi pagi Rara mandi tuh," cibir Aurora dengan alis menukik.

"Cih, nggak usah berlagak bego deh lo!" sentak Kinar lagi.

"Udah udah, mending lo pesen makan dulu, Ra!" lerai Fani.

"Nggak mau ah, Rara makan berdua sama Ares aja." Mendengar jawaban tanpa beban dari Aurora, Kinar kembali misuh-misuh.

"Ra, ngapain sih lo masih cinta sama orang yang udah punya pacar? Mending lo move on ke gue aja," ujar Rey dengan menyugar rambutnya kebelakang.

"Setia itu mahal, orang murah mana bisa," ucap Aurora tanpa nada, datar.

"Anjir, cocok tuh buat lo, Ren." Arthur menunjuk Darren yang cemberut.

"Iya, lo kan sana sini mau," ejek Rey dengan senyum menyebalkan.

"Enak aja, gue setia sama bebeb Adel seorang!" seru Darren dramatis.

"Jijik bego!" ketus Ares.

"Yee bilang aja sirik lo nggak ada yang disayang sayang," ledek Darren, mengundang laser tajam dari mata Ares.

"Kata siapa? Kan ada gue pacarnya Ares, gue bisa sayang sayang dia," sambar Kinar dengan percaya diri.

"Ih jangan mau, nanti Ares dipakein bedak tebel sama Kinar," cegah Aurora.

"Apa apaan lo bocil?!" kesal Kinar tak terima.

"Jangan panggil Rara bocil, yang boleh cuma Ares!" kesal Aurora dengan mata berkilat tajam.

"Dih."

Aurora membuang muka, malas menanggapi Kinar. "Ares kenapa diem aja?"

"Sariawan kali, Ra," celetuk Rey.

"Oh, Rara punya solusinya buat sembuhin sariawan Ares," ucap Aurora dengan senyum penuh makna.

"Apa?" tanya Ares sedikit penasaran. Ingat sedikit, walaupun sebenarnya dia tidak sariawan.

"Cium Rara, pindahin sariawan nya ke mulut Rara," balas Aurora dengan menaikturunkan alisnya.

"Ogah," tolak Ares tanpa pikir panjang.

"Katanya mau sembuh," kesal Aurora.

"Ya tapi nggak gitu juga, lo cari kesempatan dalam kesempitan," ujar Ares malas.

"Udah Ra, mending lo obatin gue. Gue juga sariawan nih," ucap Rey membuat Ares kembali menatap Aurora.

"Boleh, tutup mata tapi," ucap Aurora, Ares semakin memicingkan mata.

Setelah itu dengan senang hati Rey menutup mata dengan bibir yang dimajukan beberapa senti.

Plak!

Aurora dengan raut tanpa dosa, menggeplak bibir monyong Rey, membuat mereka semua tertawa terbahak-baha. Si empunya masih meringis sambil mengelus bibirnya.

"Sshh ... sakit, Ra!" ringis Rey.

"Mampus," gumam Arthur.

"Rasain lo, makanya jangan modus!" cibir Darren dengan senyum puasnya. Tanpa kata, Ares hanya mendengkus geli.

"Huhu ... sakit njir!" kata Rey lagi, membuat Aurora sedikit kasihan.

"Aduh maafin Rara ya, mana yang sakit?" tanya Aurora iba.

"Ini!" Rey menunjuk bibirnya.

Aurora mengelus bibir Rey dengan lembut membuat Rey tersenyum kemenangan sedangkan yang lain memutar bola matanya malas.

"Nggak usah pegang pegang!" ketus Ares.

"Tap–"

"Dia cuma modus."

Aurora menurunkan tangannya. Dia menghargai perintah Ares.

Diam-diam sahabat Aurora dan Ares tersenyum kala mendapati gelagat Ares yang melarang Aurora menyentuh Rey, sedangkan Kinar berdecak kesal. Kenapa kesannya Ares seperti cemburu?


***
Follow Instagram:

@lalae_mtrsr

@auror_aathalla

@aresaldbrn

@arthurrajanendra

@darre_nganteng

@adimasreynaldo4

@allericcrew

***
s ᴇ ᴄ ʀ ᴇ ᴛ   ᴄ ʀ ᴀ ᴢ ʏ   ɢ ɪ ʀ ʟ

Continue Reading

You'll Also Like

262 113 33
Menceritakan tentang cewek dengan segala kelakuan randomnya dan mood yang selalu berubah-ubah. Namanya Dira, lengkapnya, Anindira Wijaya. Permasalah...
12.2K 593 55
[SELESAI] Mohon maaf bila ada cerita yang kurang lengkap. Semua part sedang saya Revisi. Jadi, mohon pengertiannya🙏🙏 ¤¤¤ #931 Wattpad 2019#793 Rind...
25.3K 1.9K 40
"Gue deketin lo, bukan karena gue bener-bener pengen deketin lo." Altha. ___________________________________________ [ 🎙P E N G U M U M A N 🎙 ] J...
2.3M 34.5K 48
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...