Secret Crazy Girl [Terbit]

By TheCupedCake

9.3M 487K 72K

"Ketika musuh terbesarmu adalah dirimu sendiri. " Aurora Athalla Collins, 16 tahun. Trauma masa lalu membuatn... More

01
02
03
04
05
06
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Last
VOTE COVER & GIVEAWAY

07

145K 17.1K 3.3K
By TheCupedCake

ʜᴀᴘᴘʏ ʀᴇᴀᴅɪɴɢ!
...

Pagi ini Ares berangkat sekolah seperti biasa. Pemuda itu berjalan dengan tingkat kewaspadaan tinggi, takut takut ada gadis gila yang muncul secara tiba-tiba seperti biasanya.

Bukan berharap, tetapi Ares cukup trauma pernah dikejutkan oleh gadis itu. Alhasil dengan tidak elite, tanpa sengaja Ares mengucapkan kata-kata yang sangat memalukan atau bisa dibilang latah.

Sejak saat itu Ares menjadi sedikit trauma dan waspada. Apa kata orang kalau ketua geng yang bringas ternyata latah? Memalukan sekali.

Ares mengembuskan napas lega saat sampai di kelasnya. Rupanya gadis itu tidak menghantuinya seperti hari-hari sebelumnya.

Apakah setelah keluar dari rumah sakit otak gadis itu menjadi waras? Ares berdecak kesal, merutuki pikirannya yang tanpa sengaja justru tertuju pada gadis itu.

Ares mendudukkan diri dengan tenang sambil memakai headset dan bermain game di ponselnya.

Lama kelamaan Ares jemu, karena sejak tadi ia masuk tak mendapati tanda-tanda para sahabatnya.

Pemuda itu memutuskan untuk membolos ke rooftop. Ia berjalan menyusuri koridor yang sudah sepi lantaran bel masuk berbunyi tepat saat Ares keluar kelas tadi.

Di depan salah satu kelas, entah mengapa Ares sempat mengintip ke dalam lewat jendela.

Dapat ia lihat seorang guru tengah mengajar di depan. Namun, bukan itu fokusnya, melainkan seorang gadis yang tengah menelungkupkan kepala sambil memejamkan mata dengan bibir yang sedikit terbuka. Melihat itu Ares mendengkus geli.

Dasar konyol, batinnya menghujat. Setelah itu, ia kembali melanjutkan jalannya.

Sesampainya di rooftop, Ares membuka pintu. Tampak di sana sudah ada sahabat-sahabatnya, mereka membolos tanpa mengajak Ares?!

"Loh, Bos, kok baru dateng?" tanya Darren dengan wajah tanpa dosa.

"Kalian bolos nggak ngajak," ketus Ares, ikut mendudukkan diri di samping Arthur.

"Cek ponsel!" suruh Arthur tanpa ekspresi, membuat Ares mau tak mau mengikuti kata Arthur.

Puluhan pesan yang belum terbaca dari para sahabatnya tampak memenuhi beranda WhatsApp-nya. Isi pesan mereka tak lain adalah ajakan untuk membolos.

"Udah?" tanya Arthur. Ares hanya membalas dengan dehaman malas.

Jangan tanya dimana Rey, manusia itu tengah tertidur dengan tidak elite. Kaki dinaikan ke sandaran sofa dan kepala yang menjuntai ke bawah, tak lupa mulutnya yang terbuka lebar.

Ares merogoh sakunya dan mengeluarkan sebatang rokok kemudian menyalakannya dengan pematik. Pemuda itu mengembuskan asap tebal dari mulutnya sampai tertiup angin.

"Gimana hubungan lo sama Aurora, Bos?"

Pertanyaan tiba-tiba Darren membuat Ares menengok kearah pemuda manis itu, pun dengan Arthur. Dia sedikit kepo tentang hubungan kedua sahabatnya itu, ingat sedikit! Artinya tidak banyak.

Yang Arthur tahu, Ares paling tidak suka direcoki privasinya. Namun sejak kedatangan Aurora, Ares terlihat membiarkan gadis itu terus mengganggunya, tanpa respon tegas seperti, bermain fisik.

"Gue nggak ada apa apa sama tuh bocil," balas Ares tanpa beban.

Arthur menyipitkan mata tak percaya. "Yakin lo?"

Ares berdeham. "Lagian gue risih kalo dia ngikutin gue mulu kaya piyik."

Sontak Darren terkekeh. "Biasanya yang kaya gitu yang sering bikin kangen kalo udah nggak ada, Bos."

"Dih, bocil gitu dikangenin? Nggak guna banget," ujar Ares sembari bergidik.

"Hargai setiap kebersamaan sebelum perpisahan menjelaskan arti kehilangan," kata Arthur bijak.

"Lo ngomong apa, Thur?"

Ares sedikit melebarkan mata sembari menggaruk telinganya dengan kelingking, takut salah dengar. Namun Arthur tak berniat membalas pertanyaan Ares barusan.

"Gue yakin kalo lo udah tertarik sama dia," ujar Arthur.

"Mana ada," elak Ares tak terima.

"Nih ya, Bos. Setau gue lo itu paling anti sama cewek, bahkan kalo ada cewek yang nyentuh lo, pasti langsung lo gampar, tapi Aurora? Lo nggak pernah main fisik sama dia. Lo cuma ngusir dia pake kata-kata kasar, dan menurut gue juga itu nggak sekasar sama perempuan lain yang pernah deketin lo," jelas Darren yang diangguki Arthur.

Ares berdecak sinis. "Sama aja intinya gue benci sama dia!"

"Lo nggak benci dia, tapi lo benci hati lo yang mulai tertarik sama dia," gumam Arthur dengan senyum miring.

"Gue bilang nggak, ya nggak. Sialan!" seru Ares kekeuh, membuat kedua orang itu menghela napas.

Memang Ares keras kepala.

"Terserah lo deh, asal lo bahagia," balas Darren asal karena terlanjur kesal dengan Ares.

Hening.

Keadaan menjadi hening setelah itu karena Darren dan Arthur sibuk bermain ponsel dan Ares yang tengah merokok sambil melamun memikirkan kata-kata sahabatnya tadi.

Menyesal ya? Mana mungkin dia menyesal kalau dia sendiri tidak pernah mempunyai rasa sedikitpun untuk Aurora.

"Bantuin gue," celetuk Ares ditengah keheningan.

"Apaan?" tanya Arthur tanpa menatap sang lawan bicara.

"Cariin gue pacar," ujar Ares lebih spesifik. Mereka sontak menegakkan tubuh dengan mata yang membulat sempurna.

"A-apa pacar?" tanya Darren terbata. Ares mengangguk dan berdeham.

Arthur mengernyit. "Buat apa?"

"Buat jauhin bocil gila itu dari gue," jawab Ares, membuat mereka sejenak terdiam.

"Bocil gila?"

"Ya,  si Aura ... Ara ... aishh siapa sih, pokoknya dia." Ares mendesis kesal karena gagal mengingat nama gadis itu.

"Aurora!" koreksi mereka.

"Nah, itu!"

"Oke, lo serahin aja sama gue. Lo tinggal bilang mau yang apa, cantik, sexy, putih, mulus, bening, pinter, polos, imut-imut, la–" Ucapan Darren terpotong.

"Terserah, yang penting jangan polos," ucap Ares tegas.

"Oke, jadi lo mau yang hot, apa ya–"

"Ck, maksud gue yang nggak norak kaya tante girang, tapi jangan polos!" seru Ares.

"Oke, tenang nanti istirahat lo terima beres aja," ujar Darren, tersenyum sambil mengacungkan jempol.

"Jangan sampe gagal!" pesan Ares yang diangguki Darren dengan pasti.

Arthur menggeleng pelan melihat kegigihan Ares mengusir Aurora dari hidupnya. Entah mengapa, dia sendiri tidak yakin dengan itu.

***

Bel istirahat berbunyi, Aurora dan para sahabatnya kini tengah berjalan menyusuri koridor untuk menuju ke kantin.

Mereka duduk di bangku pojok. Adel dan Valen bertugas memesan makanan, sedangkan Aurora dan Fani mencari tempat duduk.

Beberapa menit kemudian makanan mereka sampai, mereka makan dengan tenang sebelum suara bisik-bisik menghentikan aksi mereka.

"OMG, Kak Ares sama Kak Kinar, tuh!"

"Ih, mereka sweet banget, ya."

"Iya, pake gandengan segala lagi."

"Ck, ck, ck, couple goals banget gila."

"Iya yang satu cantik yang satu ganteng."

"Terus Aurora mau di kemanain, Kak?

"Tau, mendingan sama Aurora."

"Iya cantikan Aurora kemana-mana."

Aurora yang mendengar nama Ares dan namanya disebut-sebut pun menoleh kearah pintu kantin. Pemandangan di depan matanya membuat hatinya mencelos. Di sana terlihat Ares, Arthur, Darren, Rey, dan seorang gadis tengah bergandengan dengan Ares. Yang lebih mengejutkan lagi, Ares tersenyum?

Kalau bersama dirinya, jangankan tersenyum, untuk berbicara saja Ares selalu menggunakan nada tak bersahabat. Bolehkan Aurora iri?

Lebih parahnya lagi, entah disengaja atau tidak tapi mereka berjalan ke meja Aurora dan teman-temannya. Terlihat jelas binar mata Aurora meredup.

"Ehmm!" dehem Rey.

"Kita boleh gabung, nggak?" tanya Darren.

"I-iya boleh," jawab Fani sedikit kaku. Dia menyadari hati salah satu temannya kini tengah tidak baik-baik saja.

Ares mendudukkan diri dengan santai, tak lupa juga Kinar yang masih menggandeng tangannya.

"Ares," panggil Aurora sangat lirih, hampir menyerupai bisikan. Ares mendongak sembari menaikan satu alis.

"Kok, tumben Ares mau deket deket sama cewek?" tanya Aurora.

"Kenapa emangnya? Orang dia cewek gue," balas Ares tanpa beban. Bahkan tanpa sungkan memberi senyuman untuk sosok gadis di sampingnya.

Dimana hal itu jelas membuat perasaan Aurora tak karuan.

"M-maksudnya dia pacar Ares?" tanya Aurora terbata.

"Iya, jadi mulai sekarang lo jauhin gue karena gue nggak mau bikin cewek gue cemburu!" ketus Ares.

"Gitu, ya?" Aurora bergumam sembari mengangguk pelan. Ares masih memantau gerak-gerik gadis itu, sempat tertegun kala tak mendapat reaksi seperti dugaannya.

Gadis itu ... dengan mudah mengiakan putusannya? Tak ada sedikit saja usaha untuk tetap mengejarnya? Ares mendengkus, menyadari pemikiran konyolnya barusan.

Ting!

Bunyi ponsel Aurora mengalihkan fokus mereka, Aurora melihat sebuah notifikasi dari salah satu rekannya.

Kak Tya:
Nona, hari ini kita harus berangkat ke Inggris, sesuai perintah Tuan Alex.

Me:
Oke, Kak.

Aurora menengok kembali kearah mereka semua yang kini tengah memandangnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Ya udah, Rara duluan. Inget ya, bom yang keliatannya mati kalo terus-terusan dibakar, lama-lama meledak juga, loh," ucap Aurora terdengar riang seperti biasa.

Namun justru mampu membuat Ares dan para sahabatnya terdiam.

Dia adalah bom waktu.

Selagi para pemuda di meja itu masih sibuk dengan pikiran masing-masing, Aurora berjalan ke arah Kinar.

"Selamat, kamu baru saja menandatangani kontrak kematian karena telah merebut milikku," bisik Aurora tepat di samping telinga Kinar.

Dengan senyum manis, Aurora menatap mereka semua tanpa disadari ada sedikit seringaian di sana.

Aurora pergi begitu saja meninggalkan mereka yang masih tertegun. Ares kembali memikirkan gerak-gerik Aurora barusan.

Apa-apaan wajah tenang itu? Mengapa pula Ares merasa kesal dengan kepasrahan Aurora kali ini.

Pun dengan Kinar yang masih terdiam, memikirkan kalimat yang Aurora ucapkan, yang seperti sebuah ancaman tertunda.

Ares sebenarnya belum yakin apakah Aurora itu orang yang mereka cari. Namun, bukankah namanya saja berbeda? Maka dari itu Ares tak memusingkan kata-kata Aurora, atau respon aneh gadis itu.





***
Follow Instagram:

@lalae_mtrsr

@auror_aathalla

@aresaldbrn

@arthurrajanendra

@darre_nganteng

@adimasreynaldo4

@allericcrew

****

S E C R E T  C R A Z Y  G I R L

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 129K 52
Ini kisah tentang mereka yang awalnya tak acuh dan berujung acuh. Ini juga kisah tentang mereka yang berawal dari pura-pura dan berujung nyata. Kisah...
2.4M 36.5K 49
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
35.8K 5.3K 65
[Romantis-Komedi-sad] Kau tau hal apa yang palingku benci didunia ini? PERSAHABATAN. Ya persahabatan, persahabatan bisa sejahat ibl...
15.6K 1.3K 70
Alisha Nathalia. Gadis cantik yang disayangi dan dijaga dari kejauhan. Tak segan membunuh siapa saja yang akan menjadi halangan atas kebahagiaannya...