RED LIGHT (GaaSaku) ✓

By AmJiyeon

11K 1.7K 289

The Marionette's Series : Book 1 RED LIGHT GAARA x SAKURA Cinta yang bahagia bisa berubah menjadi duka kapan... More

Prolog
Red Light-1.
Red Light-2.
Red Light-3.
Red Light-4.
Red Light-5.
Red Light-6.
Red Light-7.
Red Light-8.
Red Light-9.
Red Light-10.
Red Light-11.
Red Light-13.
Red Light-14.
Red Light- 15.
Red Light-16.
Red Light-17.
Red Light-18.
Red Light-19.
Red Light- 20.
Red Light- 21.
Red Light- 22 End

Red Light-12.

452 74 42
By AmJiyeon

Perasaan, tidak pernah bisa di bohongi. Gaara, mengalahkan ego nya.



•••



Gelap, tapi hangat. Ada sesuatu yang masuk ke dalam darah nya, rasanya berdesir di bagian tangan kiri nya, namun tangan kanan nya terasa hangat. Apakah seseorang sedang menggenggam nya?

Gaara perlahan membuka matanya hingga sepenuhnya tersadar. Hal terakhir yang ia ingat adalah tubuhnya di pukul keras oleh mahluk yang sangat kuat. Tapi, dimana dia sekarang? Jam berapa ini? Apakah sudah pagi? Berapa lama ia pingsan?

Gaara menghela napas dalam, tubuhnya tidak leluasa bergerak, karena ia merasa tidak mampu untuk menggerakkan nya. Aroma obat-obatan memenuhi indra pernciuman nya.

Oh, ini bau rumah sakit. Ada yang menyelamatkan ku? Untunglah, aku masih hidup.

Perlahan Gaara menoleh ke kanan, ia ingin melihat kenapa tangan kanan nya begitu hangat. Seketika ia menarik tangan nya reflex, begitu melihat Sakura tertidur sambil menggenggam tangan nya.

"Sakura?"

Gadis itu tersentak bangun, ia kemudian menatap Gaara khawatir.

"Gaara, kau baik-baik saja? Apa ada yang terasa sakit sekarang? Aku akan segera memanggil dokter."

Gaara menghela napasnya, ia bisa melihat jelas kalau Sakura dalam keadaan kacau, apa gadis itu tidak bercermin dulu sebelum datang ke rumah sakit? Rambut nya berantakan, baju nya terbuka, ia memakai piyama yang hanya di balut cardigan tipis. Jika saja Gaara bisa melihat sandal yang di gunakan Sakura, bahkan sudah kotor karena berbahan tipis dan terbuat dari kain khusus.

Sakura menelpon Kakashi dan memberitahu kalau Gaara sudah sadar, ia tidak mau meninggalkan Gaara sehingga menelpon kakaknya untuk sekalian memanggilkan dokter, padahal Kakashi sedang menguruskan biaya administrasi untuk Gaara.

"Beberapa bagian tubuh mu cedera dan itu termasuk dengan bagian wajah juga kepala mu, kau akan kesulitan untuk menggerakkan badan."

Gaara menatap Sakura sekarang, ia melihat tatapan khawatir yang di pancarkan jelas oleh mata emerald itu. "Aku bisa menggerakkan tangan kanan ku, juga cukup lancar menggerakkan rahang ku. Jangan terlalu khawatir, aku baik-baik saja."

"Bagaimana bisa aku tidak khawatir?!" Sakura tidak bisa menahan emosi nya. "Begitu datang kemari aku melihat pakaian mu yang penuh darah di buang oleh dokter setelah mereka selesai menjahit luka mu yang terbuka, bibir mu juga masih lebam, wajah mu tidak menandakan kau baik saja!"

Sakura menangkup wajah nya, ia menahan diri untuk tidak menangis.

"Aku tidak mengerti, kau menghilang dan tiba-tiba muncul dalam keadaan seperti ini, siapa yang menyerang mu? Kenapa kau bisa terluka di sana?"

Gaara memejamkan mata nya sejenak untuk mengingat apa yang terjadi padanya, tapi ingatan yang muncul hanya lah kalau dirinya pingsan di sana. Ia tidak ingat darimana mendapatkan luka-luka itu, dan di serang oleh siapa.

Gaara sungguh tidak ingat, kenapa? Dia tidak mungkin mengalami kecelakaan akibat menaiki kendaraan, dia tidak sedang berkendara malam itu.

"Sakura... aku tidak ingat... aku tidak ingat apapun yang terjadi."

Sakura mendesah pelan, ia harusnya tidak menanyakan rentetan pertanyaan seperti itu karena Gaara pasti masih bingung dengan keadaan sekarang. Sakura mengutuk diri nya sendiri dalam hati, ia selalu ceroboh.

"Tidak apa-apa Gaara, kau tidak perlu memaksakan untuk mengingatnya, maafkan aku." Sakura kemudian beranjak dari kursi nya. Gadis itu mengambil segelas air untuk Gaara dan membantu Gaara menaikkan kasur nya agar pria itu bisa minum dengan mudah.

Gaara merasa diri nya melewatkan sesuatu yang penting untuk di ingat, tapi sekeras apapun ia mencoba,ia tidak ingat apa yang terjadi. Yang ia ingat hanyalah ia sedang jogging, itu saja.

Ia harus segera keluar dari rumah sakit, ia harus mencari tau apa yang terjadi pada nya. Mungkin saja di apartemen nya ada sebuah petunjuk kan?

"Gaara, apa kau ingat kita bicara di telpon tadi malam?" Sakura tiba-tiba bertanya lagi, gadis itu ingin memastikan kalau diri nya tidak berkhayal.

Gaara menghela napasnya malas, "Tentu saja. Kau mengganggu tidur nyenyak ku."

Seketika Sakura tersenyum manis, ia senang sekali kalau yang terjadi itu bukan mimpi semata. Namun Gaara Nampak terkejut, ia ingat tentang itu tapi tidak ingat apa yang terjadi setelahnya, ia memutuskan untuk berolah raga karena terus menerus memikirkan Sakura lalu apa yang terjadi?

Gaara ingin sekali memukul kepalanya sendiri tapi tangannya tidak mampu melakukan itu dalam kondisi buruk ini, ia benar-benar tidak ingat.

"Sakura." Gaara memanggilnya, ia tidak akan memikirkan dulu tentang kejadian apa yang telah menimpa nya. Lebih baik Gaara berbicara dengan gadis yang sedang tersenyum sendirian itu.

"Ya?"

"Kau baik-baik saja?"

"Hm, tentu saja." Senyum Sakura masih belum luntur, kemudian gadis itu tersadar bahwa telah terlihat bodoh di depan Gaara. "Eh, maksudku... hm... apa kau menanyakan keadaan ku yang saat ini atau keadaan ku sejak kau pergi?"

Gaara mengalihkan pandangan nya dari Sakura, ia bagai pria yang tidak tau diri sekarang. Ucapan Sakura menandakan dengan jelas kalau gadis itu terluka ketika Gaara pergi begitu saja. Menghilang dari kehidupan Sakura yang sudah terbiasa dengan nya.

"Aku berusaha dengan baik, untuk bisa melakukan segala nya tanpa mu." Jawab Sakura akhir nya, gadis itu menebak kalau Gaara memang menanyakan keadaan diri nya setelah pria itu menghilang.

"...Walau itu sulit," Sakura menunggu Gaara kembali menatap pada nya. "Tapi dua minggu itu ternyata waktu yang sebentar meski rasa nya bagai berbulan-bulan, sekarang bertemu dengan mu lagi di sini, aku tidak terlalu terluka."

"Maafkan aku, Sakura. Aku—"

"—Aku tau Gaara, kau pasti memiliki alasan yang tidak bisa kau ceritakan pada ku. Itu urusan pribadi mu dan aku tidak ingin mengetahui nya." Sakura langsung memotong ucapan Gaara.

Pria itu kini merasa bersalah pada Sakura. Ia sendiri tidak tau kenapa hati nya seperti ini sekarang. Padahal ia dan Sakura tidak memiliki hubungan lebih dari yang di kira nya.

Tapi dari tatapan Sakura, Gaara bisa tau dengan jelas kalau gadis itu sangat terluka oleh nya. "Kau boleh menampar atau memukul ku. Aku pantas menerima nya. Setelah menyatakan hal yang membuat mu bingung, kemudian aku pergi begitu saja. Bukankah aku brengsek?"

Sakura tampak sedih dan menggelengkan kepalanya pelan, air matanya sudah menumpuk di pelupuk matanya, bersiap untuk jatuh kapan saja. Gaara kini jadi bingung.

Tanpa bicara, Sakura langsung menerjang Gaara dengan sebuah pelukan erat, membuat pria itu meringis hebat karena tubuhnya sakit, tapi semua rasa sakit itu seolah hilang setelah mendengar Sakura menangis sambil memeluknya.

"Syukurlah kau masih hidup dan bisa bicara dengan ku hari ini, aku tidak peduli apa yang terjadi sebelum nya tapi aku senang kau mau minta maaf pada ku."

Gaara menarik senyum kecil mendengar ucapan Sakura di sela-sela tangis gadis itu. Ia padahal sudah siap jika saja Sakura akan memaki nya habis-habisan.

"Kau pikir bagaimana rasa nya jika setiap hari kita selalu bertemu dan bersama lalu tiba-tiba kau menghilang begitu saja?!" Sakura berseru kesal, ia melepaskan pelukan nya dan seketika senyum Gaara luntur begitu saja.

"Dasar pria jahat, bagaimana bisa kau melakukan itu pada ku? Kau membuat perasaan ku campur aduk dalam semalam lalu pergi setelah itu? Sekarang kau muncul dalam keadaan seperti ini, kau menghancurkan perasaan ku berkali-kali jika begini! Aku benar-benar khawatir sampai tidak peduli dengan apa yang aku kenakan saat ini."

Gaara tarik kembali pemikirannya, ternyata Sakura mengomeli nya. Padahal Gaara sudah berharap Sakura bisa lebih tenang walau sedikit saja.

"Ketika mendengar kau terluka di sana, aku benar-benar ketakutan." Sakura mengusap jejak air mata di pipi nya dan menatap Gaara serius.

Gaara perlahan mengangkat tangan nya walau sakit hanya untuk menyentuh pipi Sakura dan  membantu menyeka air mata gadis itu. 

"Kenapa kau ketakutan?" Gaara bertanya. "Yang terluka kan bukan diri mu."

Sakura berdecak pelan, ia sedikit kesal dengan pertanyaan pria yang perlu di ketuk pintu kepekaan nya ini. "Kau tidak peka dan pura-pura bodoh, atau memang kau tidak peduli dengan setiap perkataan ku?"

"Tentu saja aku ketakutan karena mu, Gaara! Aku takut kau terluka parah, aku takut kehilangan mu selamanya sampai tidak bisa bertemu dengan mu lagi! Kau pikir kenapa aku begini selama ini pada mu?" 

Gaara masih menampakkan wajah datar nya, ia menarik tangan nya dan kini menatap Sakura tajam. "Kenapa?"

"Karena aku suka pada mu! Aku menyayangi mu, Gaara." Jawab Sakura dengan tegas. "Aku sangat menyukai mu sampai sulit rasa nya untuk tidak memikirkan mu sehari saja."

Gaara hampir merasakan jantung nya berhenti berdetak karena memikirkan ucapan Sakura.

"Kau ini pria dingin dan pria paling bodoh yang pernah aku kenal! Bagaimana bisa kau tidak menyadari semua petunjuk yang sudah aku berikan sebelumnya?"

Gaara masih belum bisa berbicara karena pikiran nya mendadak kosong, Sakura menyerangnya dengan sebuah ungkapan perasaan yang ekstrem. Gadis itu membeberkan segalanya dengan kesal pada Gaara tanpa terlihat ada niatan untuk berhenti.

Gaara belum pernah menerima pernyataan rasa suka semacam ini seumur hidup nya. Gadis yang menyukai nya dalam kondisi memakai piyama, sepatu dan sandal bersirangan tidak sama belum lagi Sakura itu ternyata belum mandi.

Tapi entah kenapa di mata Gaara, Sakura sangat cantik saat ini.

"Puas? Kau puas sekarang? Ya, aku suka pada mu, aku bahkan menyatakan semua nya tanpa rasa malu sekarang karena aku tidak mau menyesal dalam seumur hidupku jika tidak pernah sempat mengatakan semua ini pada mu." Sakura akhirnya melemaskan bahunya, gadis itu menjauh dari Gaara yang sama sekali belum memberikan respon berarti selain menatap Sakura dengan shock.

Apa Sakura bicara terlalu cepat? Ataukah Gaara tidak mengerti dengan semua yang Sakura bicarakan sejak tadi? Demi Tuhan, Sakura ingin memukul Gaara sekarang jika saja pria itu tidak dalam kondisi buruk. Sakura akan sangat malu jika Gaara tidak paham dengan semua nya.

"Sakura. Aku ingin kau tau sesuatu."

Sakura akhirnya segera menoleh kembali dengan antusias. "Apa itu?"

"Aku pernah merasakan sangat ingin sekali mencium mu ketika kita sedang bersama di apartemen ku."

Sakura membulatkan matanya, ia sangat terkejut dengan ucapan Gaara.

"Kurasa kau bisa menebak seperti apa perasaan yang ku tampik selama ini pada mu. Aku tidak pandai berkata dan mungkin kau bisa menafsirkan nya sendiri." Gaara akhirnya menghela napas dengan lega setelah itu.

"Katakan satu kalimat saja, yang mungkin bisa membuatku melompat pada mu sekarang!"

"A-aku su-" Suara Gaara memang datar namun mampu membuat Sakura berteriak kegirangan dan sedikit melompat-lompat hingga akhirnya ia menerjang Gaara lagi dan memeluk nya erat. Padahal Gaara belum selesai bicara.

Tidak peduli dengan erangan Gaara yang merasa kesakitan, Sakura asyik memeluk Gaara sambil tersenyum. 

Kakashi membuka pintu ruangan dan terdiam untuk beberapa saat karena terkejut melihat Sakura bertingkah seperti itu. Ia tidak percaya kalau adiknya akan memeluk Gaara dengan erat.

"K-kakashi—." Suara Gaara yang tercekat membuat Kakashi tersadar dan segera menarik adiknya menjauh.

"Kau akan membunuh Gaara jika tidak segera melepaskan nya Sakura!!"

•••

Gaara menghela napas nya lega, Sakura akhirnya mau pulang dulu untuk membersihkan diri dan berdandan lebih rapi setelah Kakashi memaksa. Setidaknya, Gaara bisa memiliki ruang sendiri untuk memikirkan banyak hal.

Ia tidak terlalu ingat tentang diri nya sendiri, mungkin sebagian efek dari obat bius? Tapi memangnya Gaara mendapat suntikkan bius? Lagi pula ia pingsan, dokter bisa saja memberikan tindakan cepat tanpa membius nya terlebih dahulu.

Di samping ranjangnya, ada sebuah meja kecil dan terdapat sebuah dompet hitam di sana. Gaara langsung teringat, itu seperti dompet miliknya. Tangan nya berusaha meraih dompet tersebut hingga akhirnya berhasil.

Gaara melihat kartu identitas nya, dan juga ada sebuah kartu ID agen, pria itu menghembuskan napas dengan kesal. Ia ingat sekarang, pria itu dalam sebuah misi rahasia untuk menangkap buronan berbahaya yang selama berpuluh-puluh tahun belum tertangkap.

Misi berbahaya ini hampir membuatnya benar-benar mati, lalu bagaimana sekarang? Gaara ingat aturan dengan jelas. Saat ini status nya sebagai Gaara yang pernah bekerja di perusahaan Sakura kembali di temukan, apalagi Gaara dalam keadaan sekarat, identitasnya sebagai agen FuM akan di hapus karena itu sudah konsekuensinya.

Gaara gagal dalam misi ini dan juga di pecat tanpa peringatan. Itu memang sudah tercantum dalam kontrak yang ia tanda tangani untuk misi berbahaya Red Light sejak awal sebelum di rubah menjadi misi solo.

Artinya mulai sekarang Gaara akan hidup normal, bukan sebagai mata-mata.

Ada sisi baiknya juga bukan? Ini artinya, aku bisa memikirkan masa depan ku dan juga... Sakura.

Gaara yang terlarut dalam lamunan tidak sadar kalau Sakura sudah kembali dengan membawa banyak bekal makanan, gadis itu dengan senang menyiapkan semuanya di atas meja di ujung ruangan.

"Oh, Sakura?" Gaara berseru, lamunan nya terusik. "Sejak kapan kau tiba?"

"Sejak tadi, kau itu asik melamun sampai tidak menyadari aku sudah sibuk sendiri di sini." Jawab Sakura. Gadis itu kemudian mendekati Gaara dan membantu pria itu untuk duduk.

"Kau ingin duduk di kursi roda? Kurasa akan menyenangkan jika kita bisa makan bersama di sana." Sakura bertanya, Gaara tidak terlalu menanggapi apa yang Sakura tanyakan, pria itu malah memperhatikan wajah Sakura dan juga penampilan gadis itu dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Bagi Gaara, hari ini Sakura lebih cantik berkali-kali lipat dari biasanya, apakah Sakura selalu secantik ini namun Gaara selama ini tidak pernah menyadarinya? Bodoh sekali kau Gaara.

"Gaara?" Sakura menyerukan nama nya. "Kau tidak bisa bangkit atau kau ingin aku suapi di sini saja?"

Gaara mengerjapkan matanya berkali-kali, "T-tidak! Aku bisa duduk di kursi roda, kau hanya perlu membantu ku, sedikit."

Sakura terkekeh kecil, Gaara gengsi sekali padahal dia tidak perlu malu untuk meminta bantuan Sakura. Apalagi kondisi tubuhnya sedang separah ini.

"Dasar pria." Sakura bergumam sendiri sambil membantu Gaara untuk duduk di kursi roda agar mereka bisa makan bersama walau Gaara masih kesulitan menggerakkan kedua tangan nya. Setidak nya, ada satu tangan yang bisa ia gunakan dengan bebas.

Walau hanya makan bersama dengan menu sederhana yang di buatkan oleh Sakura dan Gaara juga tidak terlalu yakin dengan rasa makanan itu, tapi semuanya terasa spesial. Hal sesederhana ini bisa membuat Gaara merasakan degupan jantungnya tidak teratur lagi, kedua sudut bibirnya seolah berdenyut, ingin terus-terusan tersenyum walau wajah nya itu hanya bisa berekspresi datar.

"Sakura."

Satu kata yang di lontarkan Gaara, bisa membuat Sakura hilang akal. Jujur saja, baginya, suara Gaara yang memanggil nama nya dengan suara serak begini, sangat terdengar seksi.

"Kau menambah kan cabai berapa banyak pada masakan ini?" Gaara menahan desahan kepedasan nya, Sakura memberikan makanan super pedas pada Gaara hingga wajah pria itu memerah dan suara nya sedikit serak.

Gaara sedikit kesulitan untuk mengambil air minum dan Sakura sama sekali tidak menyadarinya. Sakura segera membantu Gaara dengan wajah nya yang mulai panik. Terlebih, ia sudah terlalu percaya diri kalau Gaara akan bersikap romantis, nyata nya pria itu sedang dalam kondisi memprihatinkan karena makanan yang terlalu pedas.

"Gaara! Astaga, maafkan aku! Aku tidak mengira kalau sebelas cabai bisa membuatnya sepedas itu untuk mu."

Gaara masih terengah dengan hawa panas di dalam mulut nya walau ia sudah minum. "S-sebelas?"

Sakura mengangguk pelan, "Sebelas cabai merah yang besar dan segar lalu sedikit taburan cabai bubuk merah..."

Setelah selesai memakan makanan yang bisa membuat Gaara diare kapan saja, Sakura membiarkan Gaara beristirahat. Pria itu duduk di dekat jendela yang terbuka hingga angina masuk dan membelai wajah pria tampan tersebut. Kamar nya memang berada di lantai yang tidak terlalu tinggi tapi angin juga tidak terlalu berhembus kencang hari ini.

Sakura sesekali mencuri pandang, melihat betapa tenang nya Gaara menikmati hari. Kenapa Gaara begitu menawan dan membuat hati nya berdebar meski pria itu tidak melakukan apa-apa selain terpejam beberapa saat kemudian melamun lagi? Sakura mengusir pikiran tidak penting nya, ia sedang melihat-lihat olshop untuk membelikan Gaara beberapa pakaian baru.

Sakura tidak tau kalau Gaara juga memperhatikan nya, pria itu secara diam-diam melihat gerak dan tingkah lucu Sakura yang mencuri pandang. Ketika hal itu terjadi, seketika juga Gaara memikirkan banyak hal tentang Sakura yang menjadi incaran Red Light. Bagaimana selanjutnya? Gaara sudah tidak bersama FuM, ia yakin agensi itu sudah menganggap Gaara gugur dalam misi.

Gaara sendiri tidak yakin jika agensi nya tau diri nya masih hidup, karena malam itu dia sudah bisa menebak pasti ada banyak korban lain, melihat dari parahnya luka yang ia dapat. Red Light bukanlah target yang mudah, ketika perlu bertahun-tahun untuk menangkapnya, semua nya selalu gagal.

"Sakura, apa selama aku tidak ada bersama mu, apa kau merasa ketakutan?" Gaara tiba-tiba bertanya hingga Sakura sedikit terperanjat. Keadaan sedang hening dan pria itu bersuara dengan cukup keras.

"A-apa maksud mu? Takut bagaimana?"

"Apakah ada yang mengikuti mu akhir-akhir ini? Atau ada orang mencurigakan yang mungkin bisa membuat mu dalam bahaya?" Tanya Gaara lagi, ia berusaha untuk terdengar lebih spesifik.

Sakura menghela napas nya. "Satu-satu nya yang membuat ku dalam bahaya, kan Cuma diri mu."

"Sakura, aku serius." Gaara memutar pandangan nya bosan.

"Aku juga serius," Sakura terlihat yakin. "Karena kau tak ada, aku jadi selalu sendirian. Jikapun ada pengganti mu, mereka tidak secakap diri mu, tau."

Sudah Gaara duga, lagi-lagi Gaara berharap terlalu banyak pada Sakura yang memang tidak mungkin memberikan jawaban yang dia inginkan.

"Tapi memang akhir-akhir ini aku selalu merasa ada yang mengawasi ku. Awal nya aku mengira itu adalah orang utusan Kakashi untuk menjaga ku tapi rasa nya berbeda."

Sakura kali ini berhasil menarik atensi Gaara yang langsung menatap nya intens. "Berbeda seperti apa?"

"Ya berbeda, aku merasa terancam walaupun hanya di awasi. Jika yang mengawasi ku memang akan melindungi ku, lantas kenapa aku malah merasa takut? Kau pasti mengerti, rasanya sangat berbeda. Di awasi untuk di lindungi atau di awasi untuk di celakakan."

Sakura menghela napasnya sejenak. "Faktanya, Kakashi tidak pernah mengutus orang untuk mengawasi ku selain orang pengganti mu yang selalu bersama ku. Tapi aku berusaha untuk tidak merasakan apapun, bersikap seolah tidak ada yang pernah terjadi."

Gaara mendadak merasa sedih, ia merasa semua yang terjadi pada Sakura adalah salah nya. Meski ia tidak tau apa alasan Red Light memilih Sakura untuk menjadi target baru nya.

"Maafkan aku, jika saja aku tidak pergi mungkin semua hal buruk tidak akan terjadi." Lirih Gaara.

Sakura mendekati Gaara, pria yang duduk di atas kursi roda itu mendongak untuk menatap Sakura yang berdiri di hadapan nya.

"Penyesalan itu selalu datang di akhir, setelah semua yang kau sesali terjadi maka kurasa kau tidak perlu minta maaf untuk hal yang sudah terjadi Gaara. Aku sudah tidak memikirkan nya lagi, lagi pula semua itu telah berlalu."

Sakura kini bersimpuh agar wajah nya sejajar dengan Gaara yang duduk. "Yang terpenting adalah kau sekarang bisa bicara dengan ku lagi, yang penting aku bisa melihat mu lagi itupun sudah cukup bagi ku."

Gaara bisa merasakan ketulusan setiap kata yang di lontarkan oleh Sakura. Membuat hati nya tenang, membuat perasaan nya senang. Tidak apa-apa kan Gaara jatuh cinta pada Sakura? Dia juga manusia, selama ini dirinya selalu sendirian bahkan tidak pernah merasakan hal semacam ini sebelumnya karena terlalu fokus pada pekerjaan nya.

Sakura adalah gadis yang tepat untuk nya, ia menyukai gadis itu dan ingin menjaga nya sepenuh hati. Bukan karena pekerjaan, tapi karena perasaan nya.

Sakura menanti Gaara berbicara, gadis itu membiarkan suasana hening seketika setelah ucapan terakhir nya. Tatapan Gaara yang melunak seolah memberikan pertanda pada Sakura yang menanti bibir pria itu untuk bergerak.

Ketika pandangan mata mereka benar-benar bertemu, Gaara mengulas senyum ringan dan memberikan tatapan hangat pada Sakura yang langsung merasa wajah nya memanas.

"Sakura, sepertinya selama ini aku mencintai mu." Ucapan Gaara telah membungkam tubuh Sakura yang kini tidak mampu bergerak sedikit pun.

"Aku mencintai mu sejak lama tapi terlalu bodoh untuk menyadari nya dan terlalu pengecut untuk mengungkapkan nya pada mu."

TO BE CONTINUED... 


Kalau ada typo, tandain supaya nanti aku edit. Karena kadang typo itu suka lolos dari review atau gatau mata aku nya yang terlalu sipit buat baca ketikan sendiri wkwkwkwkwk.

Continue Reading

You'll Also Like

120K 7.1K 20
[C O M P L E T E D - S S S] Haruno Sakura. Guru baru yang memiliki pesona luar biasa, tak pernah menyangka jika ciuman pertamanya akan begitu mudah d...
96.6K 4.9K 13
[REUPLOAD] Meskipun Sasuke dan Sakura bertunangan, tapi Sasuke tak pernah menerima Sakura bahkan sangat membenci dan menyuruh Sakura 'mati'. Ketika i...
933 74 7
Cerita yang auth buat karena kegabutan, hope u enjoy! ini bukan book req ya! and this include Minecraft Rp! Auth buat book ini sebagus mungkin dari a...
150K 15.6K 36
'Haruno Sakura' Sasuke tidak percaya nama itulah yang kini tercantum pada name tag gadis berparas bidadari di hadapannya. Benarkah itu dia? Si merah...