MUTIARANYA KANG PUR

By AnSus0219

882 86 42

Namaku Sampurno, begitulah orangtuaku memberi nama padaku. Katanya supaya aku bisa menjadi lelaki sempurna ak... More

1. Mutiara
2 : Ekspresi Menggemaskan
3 : Modus
4 : Senyummu mengalihkan duniaku.
5. Korban Bullying
6. Musibah Membawa Nikmat
7. Mut Imut VS Yuyu Kang Kang
8. Wis-sudah wisuda
9. Patah Hati 💔
10. Gagal Move On
11. Kuterima Suratmu
12. Pilihan Sulit
13. Baktiku, Mematahkanmu
14. Bahagia dan Patah
15. Terminal Tirtonadi ninggal janji.
16. First Kiss
17. Witing tresno jalaran saka kulina
18. Tragedi Sepeda Lumpur
19. Promil
info
21. Sebuah Rahasia (2)
22. Oseng cumi
23. Video call
24. Saira

20. Sebuah Rahasia (1)

32 3 0
By AnSus0219

Pov Ayuni

Apa yang akan kamu lakukan ketika kamu merasakan sesuatu yang tak beres terjadi di tubuhmu? Mudah lelah, sering mimisan bahkan pingsan. Awalnya aku kira itu hal biasa. Sampai suatu sore aku ditemukan pingsan di dapur pondok saat membantu memasak untuk keluarga ndalem. Aku memang tetap melanjutkan mondok setelah lulus Aliyah untuk mengabdi di keluarga pondok menjadi abdi ndalem sekaligus mengamalkan ilmu menjadi pengajar di sana.

Itu adalah pingsan yang kesekian kalinya. Maka Pak Kiai dan Bu Nyai sudah tak mau lagi menyimpan rahasia sakitku pada Bapak Ibu. Entahlah saat aku bangun dari pingsanku aku sudah berada di ruangan serba putih dan bau obatnya yang menyengat. Dan saat aku membuka mata sudah ada kedua orangtuaku yang menangis, haru atau sedih aku belum begitu sadar.

Namun saat kutanya ada apa mereka menangis, mereka hanya diam dan mengatakan semuanya akan baik-baik saja. Meski aku merasa ada sesuatu yang mereka tutupi tentang penyakitku. Setelah kudesak sedemikian rupa, akhirnya mereka jujur tentang penyakitku yang ternyata penyakit sangat serius.

Rasanya langit runtuh kala itu, duniaku hancur karena satu kata "leukimia". Ya! Aku menderita leukimia stadium awal. Meskipun masih stadium awal aku yang awam akan ilmu kedokteran, jiwaku sangat terguncang karena berita itu.

Sudah lama aku memang merasakan sesuatu yang aneh pada tubuhku, saat aku jadi sering mimisan, pusing dan sering pingsan jika terlalu lelah. Namun aku selalu meminta teman-teman serta Pak Kiai dan Bu Nyai agar tidak memberitahu orangtuaku, karena ku pikir penyakit ini biasa saja.

Karena penyakit ini, akhirnya Bapak Ibu memutuskan aku untuk boyong dari pondok agar mereka bisa lebih menjagaku dan memberikan pengobatan yang baik.

Seminggu awal aku yang masih terguncang seperti kehilangan arah. Aku banyak berdiam di kamar bahkan makan saja kadang diantar ibuku ke kamar, juga aku menolak berobat. Bagiku berobat hanyalah kesia-siaan karena setahuku leukimia tak ada obatnya. Satu satunya tempat paling nyaman tempat aku curhat yaitu menulis di buku diary. Buku yang biasanya hanya aku isi saat aku pulang ke rumah. Kalau di pondok aku tak bisa membawanya, bisa-bisa diambil petugas keamanan pondok.

Entah ini suatu musibah atau nikmat. Ibuku menemukan diaryku tergeletak di meja. Dan beliau membaca isi bukuku. Padahal di sana ada seseorang yang selalu mengisi lembar demi lembar buku diary merah muda itu.

Dia Mas Pung, pemuda yang baik hatinya, rupawan parasnya. Yang bisa membuat pipiku merona hanya dengan menyebut namanya. Membuatku berdebar hanya dengan melihat senyumnya dari jauh. Dan membuatku terpukau mendengar suara adzannya. Katakanlah aku lebay, ya memang sedalam itu aku mencintainya dalam diam. Mungkin diantara kalian ada yang pernah mengalaminya? Nah seperti itulah rasanya.

Aku tak tahu kapan aku mulai mengagumi pemuda itu. Mungkin dulu saat dia menolongku terjatuh di sawah penuh lumpur. Aku yang saat itu masih berusia 10 tahun selalu senang berpetualang. Percaya atau tidak masa kecilku agak tomboy, itu karena aku sering bermain dengan Mas Yudha. Jadi jangan salahkan aku yang suka main sepak bola, main petak umpet, main layangan sampai mengejar layangan putus sampai ke Desa sebelah juga pernah. Hasilnya kalau pulang pasti Mas Yudha kena jewer Ibuk, hihiii sebenarnya aku kasihan sama Masku satu itu. Sebelum main memang Ibu sudah mengingatkan kami jangan main jauh-jauh. Jadi kalau ibu khawatir karena kami pulang saat surup (senja hampir maghrib) pastilah yang jadi sasaran kemarahan Ibu ya Mas Yudha. Padahal aku juga bandel disuruh pulang dulu nggak mau, malah ikut main sama temennya Masku yang ganteng itu meski semua lelaki. Padahal temen Mas Yudha itu usianya jauh diatasku, mereka rata-rata sudah SMP kelas 2 dan 3.

Setelah kejadian Mas Pung menolongku saat jatuh dari sepeda ke dalam lumpur aku tak bisa menghilangkan pikiranku tentang anak laki-laki yang usianya 2 tahun diatasku itu. Aku sampai diledek sama Mutia karena kecil-kecil kok sudah jatuh cinta. Dari dulu aku dan Mutia sangat dekat. Meski rumah kami jauh tapi keluarga Bapak sering mengadakan pertemuan keluarga minimal dua kali setahun. Semua saudara sepupu dari Bapak sangat akur dan pasti heboh kalau sudah kumpul. Mas Yudha sama Mas Rasyid pastinya akan jadi orang yang paling rame dan paling usil. Syukur sekarang mereka sudah ketemu pawangnya, jadi kalau mereka kumat dengan keusilannya akan ada yang nyubit perut atau menjewer telinga mereka. Iya pawangnya ya para istri, mereka kan raja bucin, hihiii. Tapi aku bahagia memiliki keluarga dan saudara mereka.

Cuma Mutialah yang tahu rahasiaku dari kecil. Meski aku pernah menyebutkan nama Mas Pung tapi dia tak pernah tahu siapa nama lengkap lelaki yang kucintai dari kecil itu. Mutia juga cukup baik jadi penyimpan rahasia, jadi rahasiaku selama ini tak pernah terbongkar.

Kadang aku pura-pura membeli makan ke rumah Ibunya Mas Pung Mak Srimi, untuk membeli sarapan atau memang aku janjian dengan Arum adiknya. Aku memang berteman dengan Arum meski usia kami terpaut lima tahun. Namun aku jarang bertemu Mas Pung. Kalau aku pas pulang pondok dia gak dirumah, atau pas dia di rumah aku yang sudah balik pondok. Tapi saat kami sama-sama di rumah aku malah takut ke rumahnya. Aku malu kalau ketahuan curi-curi pandang.

Hatiku selalu berdesir saat mendengarkan suara adzan yang dilantunkan oleh Mas Pung. Suaranya merdu dan khas setiap subuh selalu menjadikan alarm bangunku saat aku ada di rumah. Beberapa kali Bapak juga mengutarakan kekaguman pada pemuda itu. Tentang ibadah sholat dan ngajinya yang rajin, prestasi di sekolah, tentang tata krama pada orang tua maupun tetangganya, dan itu membuat rasa kagumku makin menumpuk. Meski kami sangat jarang bertegur sapa, tapi diam-diam cinta ini tumbuh ibarat lumut yang tumbuh di bebatuan. Mustahil tapi nyata adanya.

Aku kaget saat keluarga Pak Rajak datang ke rumah untuk melamarku untuk anak lelakinya Sampurno. Tak dapat dipungkiri hatiku membuncah bahagia, bagaimana tidak lelaki yang selama ini kukagumi melamarku. Namum ketakutan juga melanda. Banyak pertanyaan yang belum bisa kutemukan jawabannya. Saat aku memastikan sendiri, Mas Pung meyakinkan kalau dia melamarku bukan atas paksaan. Meskipun aku merasakan ada sendu yang coba dia tutupi dari hatinya. Entahlah semoga keputusanku menerima pinangannya tepat.

Proses akad nikah digelar. Cukup satu bulan dari proses lamaran aku dan Mas Pung melangsungkan pernikahan. Di dalam kamar aku menunggu calon imamku mengucapkan ijab qobul. Ditemani dua saudara sepupuku Mutia dan Mbak Shena. Saat terucap kata SAH, hatiku membuncah bahagia. Tak hentinya syukur kuhaturkan pada Allah. Akhirnya aku bersanding dengan lelaki yang kucintai dan semoga mencintaiku juga.

Saat sampai di depan penghulu aku merasakan tangan Mutia yang menggenggam tanganku terasa bergetar. Dan di depanku Mas Pung terlihat menatapku dengan tatapan kaget dan terluka, ah entahlah kurasa bukan menatapku. Ada apa ini? Ada apa antara Mas Pung sama Mutia?

Saat penghulu menginterupsi kekakuan ini, kami baru menyadarinya. Aku meraih tangan suamiku untuk kucium. Dan ia mencium keningku dengan... Ragu? Entahlah mungkin karena ini yang pertama jadi canggung. Kecurigaan kecil ini kutepis begitu saja. Aku tak mau merusak momen bahagiaku.

Setelah acara selesai, semua saudara memberikan selamat kecuali Mutia. Kemana adik sepupuku itu? Awas saja ya nanti kalau dia menikah aku tak mau memberinya restu.

Acara nikahku memang dibuat sederhana mengingat kondisi tubuhku yang sakit. Tidak ada banyak tamu juga resepsi. Setelah semua acara selesai pas saat adzan zuhur berkumandang, kami masuk kamar untuk berganti baju dan melaksanakan sholat.

Setelah sholat dan istirahat sebentar kami memutuskan untuk keluar kamar dan makan siang karena cacing di perut meronta untuk diisi. Aku berusaha menjadi istri yang baik, kulayani suamiku, mengambilakn makan dan minumnya. Ucapan terimakasih dari bibir Mas Pung membuatku bahagia. Padahal hanya ucapan sederhana tapi kenapa di perutku seperti ada kembang kembang bermekaran? Ah jangan-jangan aku sudah jadi bucinnya Mas Pung.

Setelah makan aku mengajak suamiku berkenalan dengan semua sepupu. Semua memberikan ucapan selamat termasuk juga Mutia. Tapi kenapa wajahnya terlihat sendu?

"Ka, eh. Mas Pur Mbak Ayun selamat ya semoga jadi keluarga sakinah mawaddah warohmah. Rukun bahagia sampai jannah." Mengapa uvapan Mutia terbata-bata? Padahal biasanya gadis itu ceria meski termasuk pendiam kalau baru kenal. Tapi kalau sudah kumpul saudara biasanya dia jadi cerewet.

"Maturnuwun Dik Muti, aku seneng kamu bisa hadir. Eh iya suamiku juga lulusan Unnes lho. Apa kalian saling kenal? Lulusannya juga bareng deh kayaknya." tanyaku. Hal itu baru aku tahu tadi sehabis masuk kamar kami bincang-bincang sebentar. Baru kutahu ternyata dia satu kampus dengan adik sepupuku Mutiara.

"Ah, kenal kok. Tapi ndak dekat Mbak sebatas kenal. Ah iya Mbak, aku ke belakang ya, mau minum gorokanku garing. Dari tadi bercanda sama Mas Rasyid jadi haus." Belum sempat kujawab Mutia sudah pergi ke belakang. Aku seperti membaca raut terluka dari wajahnya. Karena apa? Tubuh Mas Pung juga menegang saat berhadapan sama sepupuku itu.

Apa yang mereka sembunyikan?

----

Mutiara

Pur sama Ayun.

Kamu tim siapa?

Continue Reading

You'll Also Like

SARLA By Ini Al

General Fiction

791K 33.8K 90
[ Follow sebelum membaca!] [Happy reading ] (Lengkap) ⚠️CERITA HASIL PEMIKIRAN SENDIRI⚠️ ⚠️PLAGIAT HARAP MENJAUH!!, MASIH PUNYA OTAK KAN?! MIKIR LAH...
32K 1.8K 20
"Hari ini, saya menutup pintu ke masa lalu saya... Membuka pintu ke masa depan, ambil napas dalam-dalam dan melangkah untuk memulai bab berikutnya da...
284K 1.8K 11
WARNING 18+ !! Kenzya Adristy Princessa seorang putri terakhir dari keluarga M&J group yang diasingkan karena kecerobohannya. Ia hanya di beri satu...
1M 48.1K 46
(BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Warning! Mengandung unsur kata kasar! Harap bijak dalam memilih bacaan! Suatu hal yang paling buruk bagi Atlantik...