Einstein Student (On Going)

By Virgou_99

160K 29.2K 3.6K

[FOLLOW SEBELUM BACA] Bagaimana rasanya jika kalian sekolah di SMA ternama dunia? Persaingan yang sangat keta... More

Warning⚠️
About EHS
Part1|| Akomodasi💫
Part 2 || Ajudikasi
Part 3|| Eliminasi
Part 4|| Koersi
Part 5|| Konversi
Part 6|| Stalemate
Part 7|| Arbitrase
Part 8|| Displacement
Part 9|| Mediasi
Part 10|| Konsiliasi
Part 11|| Segregasi
Part 12|| Kompromi
Part 13|| Diskriminasi💫
Part 14|| Afeksi💫
Part 15|| Asosiasi💫
Part 16|| Antropologi💫
Part 17|| Retraksi💫
Part 18|| Predisposisi💫
Part 19|| Sedisi💫
Part 21|| Quasi💫
Part 22|| Koherensi💫
Part 23|| Kontravensi💫
💫💫💫
Part 24|| Represi💫
Part 25|| Mistifikasi💫
Q
Part 26|| Legislasi💫
Part 27|| Legitimasi💫
Info
Part 28|| Askripsi💫
Part 29|| Strukturasi💫
Part 30|| Asumsi💫
Part 31|| Simbolisasi💫
Part 32|| Konfigurasi💫
Part 33|| Improvisasi
Part 34|| Resistensi💫
Part 35|| Regulasi
-
Just read
Part 36|| Klarifikasi💫
Part 37|| Koersif💫
Part 38||Pretensi💫
Part 39|| Revokasi💫
NEWS‼️

Part 20|| Ratifikasi💫

2.6K 580 49
By Virgou_99


"Rindu tidak butuh ungkapan. Melainkan butuh pertemuan."

Einstein

Minggu pagi...

Hujan lebat mengguyur Indonesia pagi itu. Shanz menyibakkan gorden yang menutupi jendela nya, pemandangan pertama yang ia lihat adalah sebuah lapangan. Di bawah sana juga tampak sepi.

Shanz membuka pintu balkon dan berdiri di sana sambil mengadakan tangannya pada rintikan hujan, semerbak petrichore tercium sampai ke lantai lima.

Hampir seluruh jendela asrama tertutup rapat. Sudah lama sekali rasanya tidak mendapati hujan selama di Indonesia, Shanz merindukan suasana itu. Dulu, ia sering bermain hujan dengan Alexa di rumah neneknya.

Bicara soal Alexa, Shanz jadi teringat dengan sepupunya itu. Kemana dia? Setelah hadir di persidangan kemarin, Alexa tidak menampakan lagi batang hidungnya.

Seketika, lamunan Shanz terusik ketika suara bell kamarnya berbunyi. Ia berjalan ke arah pintu kamar dan membuka nya.

"Pluto class is waiting for you to have breakfast together," ucap pelayan tersebut.

Shanz hanya mengangguk, setelah itu ia mengambil jaket cukup tebal dan segera keluar dari Villar nya.

Shanz berjalan melewati lorong Villar, sepertinya teman-teman nya sudah berkumpul semua. Mungkin, hanya tinggal dirinya saja.

Ceklek

Salah satu pintu Villar yang berjejer rapi itu terbuka, menampilkan Austin yang baru saja keluar.

"Hai Shanz," sapa nya. Shanz membalasnya hanya dengan senyuman.

"Ayo sarapan, kita udah nunggu lho dari tadi," ucap Austin sambil menggandeng tangan Shanz.

"Kok tahu?"

"Aku kembali lagi kesini karena ponselku ketinggalan," jawab Austin.

***

Suasana ruang makan Pluto Class sudah sangat ramai. Kedatangan Shanz dan Austin menjadi pusat perhatian mereka, suasana nya seketika senyap ketika Shanz menarik salah satu bangku dan duduk di sana.

Kali ini berbeda, bukan lagi Leo dan Glen yang duduk di kedua kursi paling ujung meja. Melainkan Shanz dan Zico. Tempat duduk itu memang di khususkan untuk ketua dan wakil kelas.

"Ketua kelas nya udah datang, kita mulai aja yuk sarapan nya," ucap Alice. Murid yang lainya mengangguk setuju.

"Kita berdoa dulu sesuai kepercayaan masing-masing," ucap Shanz.

Siswa-siswi mulai berdoa dan setelah itu mereka sarapan. Tidak ada pembicaraan apapun ketika sarapan itu berlangsung, suasana ruangan hanya di isi oleh suara dentingan sendok dan piring.

"Kenapa kau tidak makan?" bisik Grace pada Austin.

"Aku tidak sarapan ini," jawab Austin sambil mendorong piring berisi roti panggang itu. Ia hanya meminum susu saja setengah gelas, kemudian mengamati orang lain yang sedang menikmati sarapan pagi ini.

Grace pun mengerti, ia tidak bertanya kembali. Austin memang tidak menyukai roti dari kecil katanya. Entahlah, apapun alasan itu tidak membuat Grace ingin tahu lebih jauh.

Maklum saja, Pluto Class tidak mempunyai banyak menu makanan, baik untuk sarapan ataupun makan siang. Semuanya terbatas karena terhalang oleh posisi. Dimana semakin naik kelas, maka semakin istimewa juga fasilitasnya. Itulah sedikit tekanan EHS kepada muridnya agar terus bersaing dan mempertahankan prestasi.

Jika di katakan tidak adil. Maka ini pernyataan 'Salah'. Sekolah disini tentu saja adil bukan? Jika ingin mendapatkan kamar Villar lebih baik, maka prestasi pun harus semakin naik. Begitupun yang lainya, termasuk menu makanan.

Sepuluh menit telah berlalu, sarapan pagi itupun berakhir. Para pelayan membersihkan meja mereka dan menggantinya dengan beberapa makanan ringan saja. Semacam Snack dan buah-buahan untuk menemani mereka ketika mengobrol.

"Zico, soal aniv EHS gimana? Apa sudah ada rencana untuk pertunjukan kelas kita?" tanya salah satu siswi Pluto.

Kenapa dia bertanya pada Zico terlebih dahulu? Bukankah ketua kelas nya Shanz? -batin Austin.

"Tanyakan saja pada Shanz, dia kan ketua kelas nya. Aku hanya wakil," jawab Zico.

Siswi dengan name tag 'Desya Elena' itu melirik dengan sedikit takut-takut pada sang ketua kelas. Shanz memang cukup di segani, karena gadis itu sangat jutek dan tidak akrab dengan nya.

"Soal aniv?" tanya Shanz sambil melemparkan tisu pada tong sampah.

"Santai aja, masih sebulan lagi kok," jawab Shanz dengan enteng.

"Itu artinya sebentar lagi," ucap para siswi.

"Sebulan itu bukan waktu yang lama untuk mempersiapkan pertunjukan penting ini. Setidaknya kita mempersiapkan dari sekarang, kau ini bagaimana sebagai ketua kelas? Sama sekali tidak tegas!" tukas Leo.

"Bisa kau katakan sekali lagi kalimat terakhirmu?" tanya Shanz dengan nada dingin.

Leo meliriknya, "aku rasa pendengaran mu masih berfungsi. Jadi itu tidak perlu."

"Betul. Yang kau katakan memang betul, pendengaran ku masih berfungsi dengan baik. Apalagi ingatanku. Sebanyak apapun ucapan mu sekarang, hingga sepuluh tahun yang akan datang tetap ku ingat. Cause I'm not bad reminder," ucap Shanz.

Shanz berdiri dari duduknya. Namun sebelum itu ia berkata demikian, "jangan lupa aktifkan ponsel kalian pukul satu siang!"

Siswa-siswi hanya mengangguk patuh, tidak ada yang berani bertanya ataupun menyangkal ucapan Shanz. Terkecuali, Leo dan Glen.

"Ketua kelas macam apa dia itu? Datang terlambat dan pergi seenaknya setelah memerintah kita sesuka hati," gerutu Leo.

"Harusnya kau yang berpikir! Kau itu siapa? Sudah jelas di ketua kelas, bagaimanapun keputusan nya harus kita hargai." Zico mendelik kesal ke arah Leo.

"Kamu lebih membela ketua kelas yang buruk itu?" tanya Leo sambil berdiri dari duduknya.

"Lebih buruk mana dengan ketua kelas mental kerupuk yang memilih untuk mengundurkan diri di tengah-tengah jabatan," tukas Austin.

"Justru itu lebih buruk," Alice ikut menambahkan.

Setelah itu, Leo ...

Mati kutu.

***

Shanz berjalan di lantai dasar, ia memandangi rerumputan basah yang terguyur air hujan. Sampai saat ini, rintikan itu masih cukup deras. Sama sekali tidak menunjukan bahwa hujan akan segera reda.

Cafe EHS juga sudah buka, sepertinya menikmati secangkir cokelat panas di cuaca seperti ini bukanlah ide yang buruk. Akhirnya, Shanz berbelok dan memasuki cafe yang terbilang masih sepi itu. Hanya ada beberapa pengunjung saja di sana.

Cafe Einstein High School

"Cokelat panas."

Setelah memesan, Shanz menopang dagu nya mengamati ke luar jendela. Tampak seorang laki-laki yang sedang kesusahan mengenakan payung, melintas di lapangan utama sambil membawa tumpukan buku.

Shanz mengusap kaca cafe itu yang sedikit berembun untuk memperjelas penglihatan nya.

Xan. Lelaki itu adalah Xan-Tuyul EHS.

Buku yang di bawanya berjatuhan, mungkin karena terlalu berat. Di waktu yang bersamaan, Hujan bertambah deras. Tentu saja buku-buku itu menjadi basah.

Shanz masih termenung mengamati nya dari kejauhan. Beberapa detik kemudian, ia tersadar dan segera melangkahkan kaki nya keluar dari cafe. Shanz berlari secepat mungkin menghampiri Xan.

Setelah sampai, Shanz memunguti buku-buku itu dan menutupinya dengan jaket yang ia kenakan. Gadis itu sama sekali tidak peduli dengan tubuhnya yang sudah basah kuyup.

Xan yang menyadari hal itu segera memayungi Shanz. Meskipun terasa percuma, karena tubuhnya sudah basah.

Xan menarik Shanz ke tempat yang teduh, tepatnya di depan cafe.

"Kenapa Lo malah hujan-hujanan kayak gini bodoh?" ucap Xan.

"Gue bantuin Lo tuyul!" Shanz berbalik dan masuk ke dalam cafe, dalam keadaan pakaian yang sudah basah kuyup.

Xan menitipkan buku-bukunya terlebih dahulu di cafe. Ia menarik Shanz untuk keluar dari sana dan mengajaknya memasuki escalator.

"Lo ngapain sih?"

"Villar Lo di lantai lima kan? No 327? Kita ke sana," jawab Xan.

"Mau ngapain?" tanya Shanz sambil berusaha melepaskan rangkulan Xan.

"Lo kedinginan. Nanti masuk angin!" jawab Xan sambil melepaskan jaketnya dan memakaikan nya pada Shanz.

"Jaket Lo juga basah!"

"Seenggaknya bisa nutupin tubuh Lo," jawab Xan dengan datar.

Shanz baru tersadar, ia hanya memakai kaos tipis dengan lengan pendek. Hingga tubuhnya menggigil kedinginan. Jaket yang tadi ia pakai sudah basah sepenuhnya untuk menutupi buku Xan.

Pintu escalator terbuka.

Tepat di depan nya, Alexa membulatkan matanya melihat mereka.

Xan segera melepaskan rangkulannya dan membungkuk hormat, ketika melihat pin Matahari pada jas Alexa menandakan ia adalah Einstein.

"Shanz kamu kenapa?" tanya Alexa.

"Dia tad-"

"Sudah ayok ke Villar saja dan ganti baju," potong Alexa sambil menarik Shanz menuju Villar nya. Xan masih berdiri di sana.

Apa Einstein Alexa kenal dengan Shanz?

______________________

💫Makasih yang udah baca EHS💫
✨Bantu 1k voted ya✨
Yang sering voted aku ingat kok
Kalian the best readers💜

___________________

Continue Reading

You'll Also Like

796K 60.6K 30
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
2.5M 133K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.3M 74.5K 53
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
6.5M 278K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...