Einstein Student (On Going)

By Virgou_99

160K 29.2K 3.6K

[FOLLOW SEBELUM BACA] Bagaimana rasanya jika kalian sekolah di SMA ternama dunia? Persaingan yang sangat keta... More

Warning⚠️
About EHS
Part1|| Akomodasi💫
Part 2 || Ajudikasi
Part 3|| Eliminasi
Part 4|| Koersi
Part 5|| Konversi
Part 6|| Stalemate
Part 7|| Arbitrase
Part 8|| Displacement
Part 9|| Mediasi
Part 10|| Konsiliasi
Part 11|| Segregasi
Part 12|| Kompromi
Part 13|| Diskriminasi💫
Part 14|| Afeksi💫
Part 15|| Asosiasi💫
Part 16|| Antropologi💫
Part 18|| Predisposisi💫
Part 19|| Sedisi💫
Part 20|| Ratifikasi💫
Part 21|| Quasi💫
Part 22|| Koherensi💫
Part 23|| Kontravensi💫
💫💫💫
Part 24|| Represi💫
Part 25|| Mistifikasi💫
Q
Part 26|| Legislasi💫
Part 27|| Legitimasi💫
Info
Part 28|| Askripsi💫
Part 29|| Strukturasi💫
Part 30|| Asumsi💫
Part 31|| Simbolisasi💫
Part 32|| Konfigurasi💫
Part 33|| Improvisasi
Part 34|| Resistensi💫
Part 35|| Regulasi
-
Just read
Part 36|| Klarifikasi💫
Part 37|| Koersif💫
Part 38||Pretensi💫
Part 39|| Revokasi💫
NEWS‼️

Part 17|| Retraksi💫

2.7K 630 73
By Virgou_99


Persiapkan posisi kalian senyaman mungkin ketika membaca part ini!

Note: jangan ikut heboh kayak Si Xan ya😂

______________

"Sidang dibuka." Mr Ziland menjadi ketua persidangan Einstein High School mengetukkan palu sebanyak tiga kali.

Shanz dan Caitlyn duduk di hadapan hakim dengan jarak dua meter.

Ancaman Caitlyn ternyata benar-benar terjadi, ia melaporkan Shanz karena sikap Apartheid nya pagi tadi. Selain itu, ia juga terlibat dalam kasus pelanggaran peraturan EHS. Dimana sekolah begitu melarang keras yang namanya Rasisme.

Sidang tersebut di hadiri oleh Mrs Anna, Mr Lucky, Mrs Agatha, Sepuluh Einstein EHS, dan masing-masing tiga perwakilan dari setiap kelas. Termasuk C'Class.

Kelas Pluto di wakili oleh Leo, Austin dan Zico.

Ketua dan wakil ketua Organisasi Jurnalistik beserta sekretaris nya juga turut hadir, mereka bertiga akan melaporkan Shanz atas kekerasan fisik pada salah satu anggota nya.

Suasana gedung tempat di laksanakan nya persidangan tampak menegangkan. Kebanyakan dari masing-masing perwakilan kelas memihak pada kubu Caitlyn. Wajah gadis itu terlihat sangat siap sekali untuk menjatuhkan Shanz. Jika ia menang, ia akan di anggap hebat oleh seluruh angkatan. Begitulah pikir Caitlyn.

Sedangkan Shanz, gadis itu tampak malas sekali. Kedua mata sendu nya terlihat sangat mengantuk, entah kenapa sidang di adakan malam-malam begini. Ia benar-benar tidak niat sekali untuk melakukan apa-apa. Suasana tegang di sekitarnya tidak membuat gadis itu juga ikut merasakan hal yang sama, Shanz hanya berusaha menahan kantuk nya.

"Jadi bagaimana pengaduan mu Caitlyn?" tanya Mr Lucky.

"Begini Mr. Shanz telah mengatakan kalimat yang tidak seharusnya ia ucapkan. Ia memanggil saya dengan sebutan, maaf 'Black'. Dan saya tidak terima, karena sebutan itu adalah sebuah penghinaan bagi saya. Bukankah sekolah ini juga melarang Rasisme?"

"Sekarang giliran Shanz, apa pembelaan mu?"

"Aku hanya mengatakan fakta yang ada. Dia kan memang Black."

Kalimat barusan membuat sebagian orang tertawa kecil.

"Sudah? Itu saja?" Shanz mengangguk.

"Masalah selanjutnya, bisa di jelaskan?" ucap Mr Lucky. Kali ini giliran tim Jurnalistik yang mengadu.

"Mr, Shanz telah melakukan kekerasan fisik pada salah satu anggota kami pagi tadi," ucap Wildan-ketua Jurnal.

Kabarnya, siku kanan tangan siswa bernama Gavin itu sedikit cedera. Buktinya laki-laki itu tidak bisa hadir di persidangan malam ini.

"Berarti sudah jelas dengan apa yang dilakukan siswi bernama Shanz Swillman Eliosia itu salah. Pelanggaran atas peraturan sekolah, dan kekerasan fisik bukanlah masalah sepele di sini. Untuk itu sekolah akan memberikan hukuman yang setimpal atas perbuatanya," ucap Mr Ziland.

"Apa tidak ada sanggahan lagi dari sodara Shanz?"

"Hm"

Mr Ziland, Mr Lucky dan Mrs Agatha terlihat mendiskusikan hukuman yang paling pantas.

Para sanksi disana terlihat sedikit ricuh, menunggu-nunggu pengumuman hukuman yang akan di jatuhkan.

Lihat aku Shanz

Lihat aku!

Ayolah Shanz, lakukan pembelaan!

Lakukan!

SHANZ!

Deg... Deg... Deg...

Tiba-tiba Shanz merasakan hal aneh, mengapa ia merasa jadi tegang seperti ini? Bukankah tadi dia tenang-tenang saja? Ada apa sebenarnya?

Sedangkan seorang laki-laki yang merupakan perwakilan dari kelas nya tengah berusaha memanggil Shanz dalam hati agar melirik ke arahnya.

Shanz lihat kesini!

Ia terus berusaha agar Shanz melirik, namun sia-sia. Sepertinya Shanz sudah nyaman dalam posisinya. Tidak berniat sekali melakukan pembelaan apapun.

Ayolah

Di sisi lain, Shanz tampak gusar. Ia menatap Alexa yang duduk tak jauh darinya. Alexa terlihat sangat cemas. Untung saja Alexa sudah kembali lagi dari Belgia sore tadi.

Shanz merasakan sesuatu yang mengganjal dalam hatinya. Tapi apa?

Kemudian ia melirik ke sebelah kiri. Gerakan tangan yang tidak bisa diam terlihat dari ekor mata nya membuat Shanz menoleh ke sala satu bangku yang di tempati oleh para perwakilan kelas.

Yes berhasil!!

Shanz menyipitkan matanya untuk memastikan bahwa penglihatannya tidak salah. Lucas. Iya, dia adalah Lucastro. Laki-laki itu terlihat mengisyaratkan sesuatu lewat gerakan tangannya. Shanz memperhatikan laki-laki itu, akhirnya ia mengerti maksudnya.

"Baik, keputusan sudah ada. Jad-"

"Tunggu Mr!" sanggah Shanz.

"Apa ada pembelaan?" tanya Mrs Agatha. Shanz mengangguk.

"Silakan," ucap Mr Ziland.

"Yang pertama, saya akan melakukan pembelaan dari laporan Caitlyn. Saya tidak mungkin akan mengatakan seperti itu jika bukan dia yang memulai terlebih dahulu."

"Hey apa maksudmu, aku tidak memulainya!" ucap Caitlyn.

Shanz mengabaikan nya, ia tetap melanjutkan pembelaan dirinya.

"Jika dia mengadukan bahwa panggilan 'Black' adalah sebuah penghinaan baginya, lalu apa kabar dengan nya yang juga mengatakan bahwa aku adalah 'siswi bodoh'? Bukankah itu juga termasuk penghinaan?"

Hening...

"Selain itu, apa di sekolah ini juga di benarkan bahwa menghasut orang lain untuk ikut mencibir sesama siswi EHS itu tidak salah? Apalagi isi hasutan tersebut adalah sebuah pengusiran? Memangnya Caitlyn itu siapa disini? Punya hak apa mengusirku dari EHS? Bisa di jelaskan Nona Caitlyn yang terhormat?"

Caitlyn dibuat bungkam, kini oksigen di persidangan itu terasa semakin menipis. Seluruh kubu yang memihak Caitlyn juga terlihat diam.

Alexa tersenyum tipis ketika Shanz meliriknya.

"Sepupumu benar-benar keren," bisik Fabby.

"Dia sepupu Alexa?" tanya William-Einstein terbaik ketiga.

"Iya, di sepupunya Alexa," jawab Fabby berbisik sepelan mungkin.

"Wow" gumam William.

Quinne tetap tidak berekspresi seperti biasanya. Tampak tidak merasa kagum sedikitpun pada siswi Pluto itu, meskipun Fabby di sampingnya mengakuinya terang-terangan. Ia tetap memasang wajah datar saat ini.

"Tapi Mr apa yang aku katakan memang fakta, dia itu siswi bodoh. Buktinya dia tinggal di kelas Pluto," bela Caitlyn.

"Jangan berbicara tentang fakta jika tidak ingin kalah di persidangan. Karena ketika kau mengatakan bahwa kebodohan ku adalah fakta, maka sebutan Black terhadapmu juga merupakan fakta."

Skakmat

"Great" gumam Lucas dalam hati. Ia bertepuk tangan tanpa suara hingga membuat temanya melirik kebigungan.

"Kau kenapa?" tanya nya. Lucas tidak menjawab, ia hanya tersenyum sambil kembali menatap Shanz.

Wajah Caitlyn menjadi merah padam. Ia kalah telak oleh seorang siswi Pluto.

Mr Ziland dan yang lainya juga tampak setuju dengan pembelaan Shanz. Mereka kembali dibuat bingung untuk keputusan nya.

Caitlyn teringat sesuatu, ia mendelik pada Shanz sambil tersenyum sinis. Kemudian ia mengangkat tangan hingga membuat semua orang mengalihkan perhatiannya.

"Mr, saya akan mengadukan satu hal lagi tentang Shanz."

Ngadu apalagi sih Si Setan -Xan mengumpat pada Caitlyn. Gadis itu benar-benar tidak puas meskipun sudah kalah telak. Lalu kali ini ia akan mengadukan apalagi?

Xan ikut geram menyaksikannya, ingin sekali rasanya mencekik Caitlyn.

"Katakan!" ucap Mr Lucky.

"Sekitar beberapa Minggu yang lalu saat pelaksanaan Examen Part 2, Shanz menuduh saya mencontek. Dan tuduhan itu tidak mendasarkan bukti apapun, bagi saya hal itu merupakan pencemaran nama baik karena orang-orang akan memandang saya seolah-olah tuduhan mencontek itu benar."

Damn it!

Andrew yang juga saat itu menjadi perwakilan dari Kelas Bumi tersenyum meremehkan mendengar pengaduan bodoh Caitlyn.

Sedangkan Lucas, terlihat sedikit cemas. Kali ini sepertinya Lucas tidak bisa membantunya. Tapi Lucas yakin, Shanz tidak akan kalah begitu saja.

"Oh iya, Einstein Quinne dan Einstein Olivia sebagai sanksi nya atas tuduhan tidak terbukti itu," Caitlyn menambahkan. Kali ini ia dapat sedikit merasa lega dan yakin akan memenangkan pengaduan.

"Einstein Quinne dan Olivia, bisa kalian jelaskan?" tanya Mr Ziland.

Quinne berdehem sebentar sambil mengetes mic di depan nya.

"Iya, tuduhan itu memang benar. Ketika Examen Part 2 di laksanakan, tiba-tiba Shanz mengatakan bahwa Caitlyn mencontek. Saya dan rekan saya-Olivia, langsung memeriksanya. Kami melihat sebuah tulisan asing di balik lengan kemeja putih yang di kenakan Caitlyn. Namun dia mengatakan bahwa itu hanyalah tulisan abstrak simbol nama nya menggunakan angka Romawi kuno."

"Baik. Penjelasanya cukup."

"Apa disini ada yang mengerti huruf ataupun abjad-abjad kuno?" tanya Mr Ziland.

Dua siswa mengangkat tangannya, mereka berasal dari kelas Bumi dan Merkurius.

"Andrew" cicit Shanz. Laki-laki itu tersenyum.

Sedangkan dari kelas Merkurius adalah Edward-mantan murid Pluto.

"Saya punya rekaman cctv juga agar lebih memperjelas laporan," ucap Andrew sambil menyerahkan satu kaset rekaman cctv yang di ambilnya dari ruang pengawas.

Semua orang tampak terkejut. Tidak salah lagi, ternyata Andrew sudah mempersiapkannya. Benar-benar niat sekali dia menolong Shanz.

Video rekaman cctv itu di putar dan merekam dari berbagai sisi. Caitlyn terlihat mengawasi pergerakan para pengawas dan Einstein. Perlahan ia membalik lengan kemeja nya, lalu melihat tulisan itu dan kemudian mengisi soal. Caitlyn terus mengulangnya hingga Examen berakhir.

"Menurut prediksi saya gerak-gerik itu menyimpulkan, bahwa Caitlyn memang tengah mencontek," ucap Edward.

"Saya setuju dengan Edward," ucap Justin.

"Saya juga, masalah mencontek tidak mencerminkan perilaku baik di EHS," timpal Eric.

Akhirnya satu-persatu Einstein lainya pun menyetujui argumen tersebut.

"Satu hal lagi, yang Caitlyn katakan itu salah. Tulisan itu bukan simbol abstrak Romawi kuno, melainkan sebuah aksara Paku. Aksara ini merupakan aksara paling tua di dunia, dan penulisannya juga sangat rumit hingga susah di mengerti," ucap Andrew.

"Lagipula aksara Paku terakhir kali di gunakan pada zaman peradaban Mesopotamia. Sudah lama sekali bukan." Edward ikut menambahkan.

Caitlyn sudah benar-benar mati kutu, ia tidak berkutik kali ini.

Dari tempat duduknya Xan mengumpat kesal pada Caitlyn habis-habisan.

Mampos

Sikatt Shanz! Yuhuu

The Black is lose haha

"Xan kamu masih waras kan?" tanya teman sekelasnya.

"Kamu kira aku gila? Woi kalau mau nanyain kewarasan seseorang itu sama orang yang baru keluar RSJ!" jawab Xan menggebu-gebu.

"Iya-iya gak usah sambil melotot juga kali."

Mr Ziland membenarkan kacamata nya, ia meminta pendapat Mr Lucky dan yang lainya. Begitupun kepada Quinne -perwakilan Einstein.

"Baik. Dalam penyelesaian persidangan masalah yang di laporkan Caitlyn di menangkan oleh pihak Shanz. Sebaliknya, posisi Caitlyn sudah di ambang pintu gerbang EHS. Jika di semester dua tidak ada kenaikan kelas, maka Caitlyn akan di keluarkan secara tidak hormat."

"Tapi Mr-"

"Keputusan ini sudah tidak dapat di ganggu gugat oleh pihak manapun. Selanjutnya, persidangan kali ini akan kita tutup. Untuk masalah Shanz dan Organisasi Jurnalistik akan dibahas pada sidang kedua pada hari Senin yang akan datang."

"Kasus pertama dinyatakan selesai." Palu persidangan di ketuk lagi tiga kali. Seluruh murid yang hadir telah bubar dan keluar dari ruangan itu.

Shanz menghembuskan nafasnya dengan lega.

"Ndre, Edward makasih ya," ucap Shanz sambil menghampiri keduanya.

"Yoi. Kalau urusan kayak gini gue selalu sigap bantuin Lo," ucap Andrew sambil tersenyum ramah seperti biasanya.

"Sama-sama, aku bantuin karena alumni Pluto juga hahaha." Edward tertawa ketika mengingat dirinya terlempar di kelas Pluto. Bukan karena ia bodoh, tapi ia tidak mengikuti test saat itu. Jadi di tempatkan asal di kelas EHS.

"Shanz Lo keren banget pokoknya, tapi masih lebih keren gue. Btw, nyebelin banget sih Lo kenapa gak melakukan pembelaan pas awal-awal?" tanya Xan.

Shanz menggembungkan kedua pipinya, ia menahan tawa melihat tingkah Xan. Bukanya lelaki itu dulu sangat membencinya?

"Eh Lo kok jadi akrab sama Si Botak?" tanya Andrew.

"Gak tau, dia yang akrabin gue duluan," jawab Shanz.

Xan jadi terdiam, ia mengubah ekspresi wajahnya menjadi dingin. "Kita masih saingan," ucapnya.

"Bodo amat," ucap Shanz.

"Gue duluan ya, mau kesana dulu," pamit Shanz.

Ketiga lelaki itu hanya mengangguk, lalu mereka sepertinya mulai berkenalan dan menuju cafe sekolah.

Shanz sedikit berlari mengejar Lucas yang semakin menjauh.

"Lucas, tunggu!" panggil Shanz.

Lucas menghentikan langkahnya, ia berbalik menatap Shanz. Setelah jarak semakin mengikis, Shanz berdiri sekitar dua meter di hadapannya.

"Makasih Luc, Lo udah bantuin gue," ucap Shanz.

"Sama-sama," Lucas menarik kedua sudut bibirnya, ia tersenyum begitu manis hingga membuat Shanz bengong.

Gue baru tahu, ternyata di malam hari juga ada pelangi, bahkan yang ini lebih indah -batin Shanz.

Hiyaaaa😂
Gimana part yang ini
Apa yang kalian rasakan?

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 97.7K 43
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
10.6M 674K 43
Otw terbit di Penerbit LovRinz, silahkan ditunggu. Part sudah tidak lengkap. ~Don't copy my story if you have brain~ CERITA INI HANYA FIKSI! JANGAN D...
2.6M 151K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
5.4M 394K 55
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...