○ RIVAL (Karma x Reader x Asa...

By alienbaejing

123K 18K 4.2K

Rival , seseorang yang dianggap setara serta dapat diajak bersaing dan berlomba-lomba dalam suatu hal. Itulah... More

PROLOG
Keping 1
Keping 2
Keping 3
Keping 4
Keping 5
Keping 6
Keping 7
Keping 8
Keping 9
Keping yang hilang
Keping 10
Keping 11
Keping 12
Keping 13
Keping 14
Keping 15
Keping 16
Keping 17
Keping 18
Keping 19
Keping 20
Keping 21
Keping 22
Keping 23
Keping 24
Keping 25
Keping 26 (Special)
Keping 27
Keping 28
Keping 29
Keping 30
Keping 31
Keping 32
Keping 33
Keping 34
Keping 35
Keping 36
Keping 37
Keping 38
Keping 39
🍁

🌿

1.8K 201 55
By alienbaejing












Aku ragu untuk menolong pasien itu, aku mengakui kemampuanku yang masih sempit pengalaman. Aku tidak bisa seperti Gakushuu-kun atau Karma-kun yang tanpa keahlianpun pasti bisa menanganinya. Tapi, mengingat tugas seorang dokter dan bagaimana nyawa seseorang tengah dipertaruhkan, aku tidak bisa diam saja.Tanpa berpikir panjang lagi, aku memutuskan untuk melakukan proses operasi pada pasien kecelakaan itu.


'Maafkan Karma-kun, sebagai seorang dokter aku tidak bisa membiarkan pasien kesakitan dan berada diambang kematian, semampu mungkin aku harus menolongnya.'


Setelah berganti menggunakan pakaian untuk operasi, lengkap dengan atribut lainnya aku segera menuju ruangan. Entah kenapa hatiku terasa cemas, dan aku belum pernah secemas ini. Aku merasakan hal buruk akan terjadi. Lalu benar saja, sosok pasien yang terbaring di ranjang operasilah yang membuat tungkaiku lemas seketika.









"Ga-Gakushuu-kun ?!"







"Dokter? Dokter [name] mengenali pasien ini?"






THIRD POV



[name] segera menghampiri Gakushuu yang sudah berlumuran darah di dadanya itu. Bahkan sebisa mungkin [name] mencoba menahan air matanya, namun ia tak mampu. Dengan mengerahkan sepenuh kekuatan dan kemampuannya, [name] mencoba untuk melakukan operasi pada Gakushuu. Sebisa mungkin [name] fokus, [name] mencoba untuk tidak mengingat siapa pasien yang kini ia bedah. Dengan telaten [name] mengeluarkan peluru yanag bersarang pada dada dan bahu Gakushuu, kemudian membedah infeksi dari peluru yang kini telah membahayakan jaringan lunak pada tubuh Gakushuu.

"Dokter [name]! Selamat atas pencapaian anda, anda hebat sekali." Puji Dokter Ino.

[name] yang dipuji hanya tersenyum sembari menatap cemas, "Maafkan saya dokter, saya telah melakukan operasi tanpa ada bimbingan dari dokter senior dan izin pada pih-"

"Sudah - sudah , jika operasinya berjalan lancar tak usah ada yang dikhawatirkan. Ini prestasi dokter [name] , kurasa jabatan dokter magang pun harus segera dicabut. Aku akan membantumu untuk segera menjadi dokter ya bukan sekedar dokter magang lagi. Kau memiliki kemampuan luar biasa, kau tau itu?"

"Jangan khawatir tentang birokrasi rumahsakit dan aturan lain tentang pelaksanaan operasi, aku yang bertanggung jawab." Lanjut Dokter Ino yang membuat [name] menjadi tenang.

Ya begitulah, memang [name] berhasil melakukan operasi, hanya saja kasus baru muncul karena [name] yang notabenenya masih dokter magang tidak diperkenankan untuk melakukan operasi. Bahkan [name] pun tidak memiliki ijin dan sertifikasi dokter bedah. Hanya saja Tuhan dan dewi fortuna yang kini mendukungnya, dan mungkin kekuatan cinta pada Gakushuu yang berpengaruh juga rupanya?


"Yaampun! Janjiku dengan Karma-kun! Astaga." [name] segera mencari - cari ponselnya kemudian segera menghhubungi Karma, namun nihil jawaban. [name] pun memutuskan untuk datang saja ke kafe tempat mereka janjian. Berlari menuju kafe sana, tiba dengan bercucuran keringat sosok si surai merah tak nampak.


"Apakah Karma-kun sudah pergi ya?" Pikir [name] kemudian ia bertanya pada pelayan disana. "Permisi apa tadi siang ada laki - laki berambut merah kemari?"


"Ada nona, sekitar dua jam yang lalu ia baru saja pergi."


"Ah terimakasih." Jawab [name] kemudian pergi dari kafe tersebut.

Ya, mana mungkin Karma sebodoh itu menunggu [name] yang terus di telepon dan tidak memberi jawaban. [name] masih berusaha untuk menghubungi Karma tapi tak kunjung mendapat jawaban.

"Karma-kun maafkan aku, kumohon angkat teleponku!" [name] mulai kalang kabut. Ia benar - benar merasa bersalah kepada Karma, jika Karma hilang kabar dan tak mau menemuinya lagi, [name] benar - benar akan mengutuk dirinya sendiri. Terlebih hati [name] tidak bisa munafik kalau ia merindukan sosok bernama Akabane Karma itu.


Ketika [name] memutuskan untuk kembali ke rumahsakit, satu pesan muncul pada ponselnya.


From : Karma


Aku berada di apartemenmu.



"Nani kore? " Kaget dan bahagia dalam satu waktu, [name] tersenyum dan memaki secara bersamaan. Tak lagi cemas, dengan semangat empatlima [name] segera pulang ke apartemennnya. Ini pun sudah pukul tujuh malam, dan tugas [name] di rumahsakit pun sudah selesai harusnya.


Menekan pin pintu apartemen, setelah bunyi klik terdengar dengan semangat [name] memasuki apartemennya. Mencari sosok surai merah yang telah dirindukannya, namun ternyata dissana lampu belum dinyalakan. [name] jadi curiga jika Karma berbohong, apalagi tak ada tanda - tanda kehidupan disana.




"BOOO!"




"WAAAAAAA!!!!" [name] berteriak sampai kepalanya mencium tembok.


"Yaampun Karma-kun!!"


"Hahahahahhaha mukamu terlihat bodoh sekali saat kaget ahahahahhahaha." Karma Akabane tertawa sangat puas pemirsa.


"Pekerjaan saja seorang birokrat, tinggi badan saja yang makin tinggi, kenapa usil nya tetap?" Omel [name].


"Oh jadi kau ingin keusilanku juga bertambah?"


"Tidak begitu yaampun Karma-kun!!"


Groooowl~


Demo cacing di perut [name] sampai ke telinga Karma. Dengan pekanya Karma segera menyalakan lampu kemudian beranjak ke dapur. "Kau pasti lapar."


[name] hanya bisa membalas dengan cengiran. Lagipula dia benar - benar sibuk dan cemas sampai lupa makan. Ingat kan, janji mereka berdua adalah makan siang bersama tapi acaranya batal dan kini sudah malam. Bisa saja agendanya jadi makan malam bersama sebenarnya.


"Kau memang seorang dokter, kau memang yang menolong dan membantu orang - orang untuk tetap sehat, tapi kau harus menjaga kesehatanmu juga [name]." Nasehat Karma yang kini tengah asyik memasak dengan apron ungu kesayangan [name].


"Tadi hanya mendesak saja, aku juga sebenarnya benar - benar di ujung tandu, aku belum berpengalaman melakukan operasi dan tadi dengan nekat aku melakukannya."


"Berhasil tapi kan?" Tanya Karma.


"Iya, dan kau tahu Karma-kun, siapa pasien yang aku operasi?" [name] balik bertanya dengan suara rendah nan serius.


"Hm tidak, mungkin teman kita semasa SMP atau SMA kah? Atau pejabat kah?" Tebak Karma.


[name] memang terkagum terlebih dahulu pada tebakan Karma sebelum akhirnya membalas, "Gakushuu-kun. Gakushuu kecelakaan terkena tembakan di dada dan bahu."


Karma menjeda acara memasak omeletnya, "Apa?"

"Entah apa yang terjadi, tapi aku merasa sedih dan bangga bersamaan ketika harus mengoperasinya. Aku sedih karena rupanya Gakushuu dalam bahaya dan bangga karena aku bisa menolongnya sebagai dokter dan teman."

"Teman kan?" Tanya Karma memastikan.


"Ahaha iya, dia temanmu juga kan?"


"Bukan tuh." Jawab Karma sambil menyajikan dua piring omelet di meja makan.


Keduanya sudah siap untuk makan malam, sudah memegangi sumpit juga.

"Ittadakimasu!"

Belum juga satu suapan tiba di mulut [name]. Ponsel [name] terus berbunyi pertanda ada panggilan penting. Terpaksa menjeda aktivitasnya, [name] mengangkat terlebih dahulu telepon itu.


"Ya Arin-san."


"..."


"Aku sudah tidak di rumahsakit, ada apa?"


"..."


"Iya? Hah? Ah baiklah aku segera kesana."


"..."


"Tidak masalah, itu sudah tanggungjawabku terimakasih sudah mengabari Arin-san."

[name] menutup ponselnya kemudian akan segera beranjak, namun Karma segera menahan, "Ada apa?"

"Gakushuu-kun, dia baru saja sadar aku har-"


"Kau bahkan belum memakan sesuap pun [name], setidaknya makanlah dulu!" Tukas Karma emosi.

"Ba-baik."

Usai makan dengan cepat, [name] kembali ke rumahsakit diantar oleh Karma. Dikabari oleh suster bernama Arin, [name] harus segera bergegas untuk mengecek keadaan Gakushuu. Ah tidak, sebenarnya itu bisa diatasi oleh dokter lain, namun mengingat bagaimana paniknya [name] tadi siang, dan pasien yang menjadi kelinci percobaan perdana [name] melakukan operasi adalah teman dekatnya, tentu [name] menitipkan pesan untuk mengabari jika Gakushuu sadar. Apalagi mendengar keluhan Arin jika pasien yang ini sangat - sangat butuh kekuatan mental lebih untuk menghadapinya.


"Tidak, aku hanya ingin diperiksa oleh dokter [name]."


"Tak usah aku bisa sendiri."


"Jangan memegangku, kau bukan [name]."


"Dimana dokter [name]? Kenapa dia membiarkan pasiennya begini?"


"Tidak mau akau hanya ingin dokter [name]."


Ah jika tidak belajar etika keperawatan, entahlah pasti kemarahan suster Arin sudah meledak mendengar ocehan pasien bernama Asano Gakushuu ini.


"Gakushuu-kun!"

"Ah lama sekali, dokter." Omel Gakushuu.


[name] mencoba memakluminya dan langsung memeriksa keadaan Gakushuu. Tak lupa juga Karma yang sedaritadi membuntuti [name] membuat kaget Gakushuu. "Oi apa - apaan ini? Kenapa ada setaan merah mengikutimu?"

"Heh~ apa katamu setan marah? Ya ampun sudah hilang rasa ibaku padamu Asano." Balas Karma jengkel. Jujur Karma kaget juga mendengar jika rivalnya yang super arogan dan kuat itu pertama kalinya terlihat lemah tak berdaya. Akan tetapi, sikap menyebalkannya yang tetap ada mengurungkan rasa kasihan Karma.

"Jahitan operasimu akan membaik setelah tiga hari, tapi karena peluru yang terkena jaringan lunakmu dan melukai syarafmu jadi kau harus dirawat lebih lama." Jelas [name].

"Ah begitu," jeda. "Menyedihkan, tapi tak masalah jika dokternya kau."

"Eh?"

Karma sudah jengkel sekali, "Sudah - sudah [name]-chan dia sudah kembali menyebalkan seperti biasa, dan kau sudah mengecek keadaannya juga kan? Sekarang mari kita pulang, kau harus istirahat [name]-chan."

"Ah ya, sistem imunmu bagus Gakushuu-kun. Jadi semoga saja kau cepat pulih, kalau begitu aku kembali lagi besok ya." Ujar [name].


"Baiklah, aku tunggu jangan terlambat. Pukul tujuh pagi kau harus sudah disini." Jawab Gakushuu.


"Kita lihat saja besok ya, yasudah aku pamit pulang dulu. Sampai jumpa, cepat sembuh ya!" Pamit [name] dan berbalik pergi.


"Yo, menyedihkan sekali ya si Asano yang selalu merasa hebat ini sekarang terkapar lemah. Tetap putus asa dan jangan cepat sembuh ya, wlee~" Pamit Karma yang lebih pada ejekan.


"Akabane!" Geram Gakushuu.


[name] dan Karma telah kembali di apartemen [name]. Selepas mandi, [name] kaget karena rupanya Karma masih ada disana, malah dia menyerobot masuk kamar mandi ketika [name] baru saja keluar. Tentu saja [name] tidak bisa menahan rasa kagetnya, apalagi detak jantungnya. Selesai mandi lagi - lagi Karma membuat [name] kaget karena ingin menginap.

"Tidak." Tolak [name].


"Ayolah, bukannya dulu sejak SMP aku sering menginap juga kan di tempatmu?" Balas Karma dengan senyum jahilnya.

Ya, tepatnya dulu, dulu sekali ketika mereka masih SMP. Karma dan [name] sering belajar bersama, sampai - sampai mereka ketiduran dan jadilah Karma menginap. Tak sedikit juga kejadian yang membuat [name] kaget kala itu, seperti bangun - bangun Karma yang tengah memeluknya, ataupun wajah mereka yang berdekatan. Ah, [name] selalu dibuat gugup dan salah tingkah, apalagi ketika Karma menyinggungnya.

Pagi - pagi sekali [name] sudah bangun, membiarkan Karma masih tertidur di sofa kamarnya. Ingat ya , sofa. Usai mandi, ia menyiapkan sarapan dan mulai membangunkan Karma. Kesal tak bangun, bangun [name] pun memutuskan untuk pergi saja sarapan duluan. Namun, Karma menarik tangan [name] sehingga kini badannya menimpa badan Karma.

"Eh?"


"Bisakah tetap dalam posisi ini dulu?" Lirih Karma.


"Ayolah Karma-kun! Aku harus segera ke rumahsakit, jangan bercanda." [name] memberontak tapi pelukan Karma lebih kuat.

"Jahat sekali pada calon suamimu sendiri,"


"Heh? Apa katamu?" Balas [name].


Karma melepaskan pelukannya, kemudian duduk begitu juga [name] yang kini berdiri. "Nanti kamu selesai bekerja jam berapa?"


"Mungkin sore, nanti aku kabari." Jawab [name].


"Baiklah, ingat ya nanti akan aku jemput. Ada sesuatu yang penting yang harus kita lakukan dan bicarakan."


[name] mengangguk, "Baiklah."

Sesampainya di rumahsakit, [name] berjalan terburu - buru. Ia tiba di lobi pada pukul tujuh lewat sepuluh menit. Ia terlambat, sudah bisa ditebak Gakushuu akan mengomel mati - matian padanya.

"[name] kau terlambat duapuluh menit."


"Bagaimana kau ini? Sebagai dokter kau harus loyalitas [name], kita tidak akan pernah tau apa yang terjadi pada pasien. Bisa saja telat beberapa detik pun kau bisa melayangkan nyawa seseorang." Oceh Gakushuu.


"Iya aku paham, dan tolong ingat, aku disini belum menjadi seorang dokter profesional. Aku masih seorang dokter magang, Asano-san."


"Eh apa - apaan dengan panggilanmu tadi?" Protes Gakushuu.


"Berhenti mengoceh atau aku akan membiarkanmu." Ancam [name] yang membuat Gakushuu menurut.






==============








"Jadi kau sudah siap melamar [name], Karma?" Tanya Nagisa.


"Ya doakan saja."


"Luar biasa, percayalah pasti [name] akan menerima lamaranmu. Lagipula, itu cara yang tepat untuk menebus janji [name] yang akan memilih kau atau Asano."


"Begitulah."

Setelah reuni kecil Karma dengan sang sahabat, Karma mulai bersiap untuk menjemput [name]. Tak terlewat ia mengurusi dulu penampilannya dan juga sengaja memotong rambutnya. Tak hanya itu, dia bahkan sengaja membeli baju baru agar terlihat lebih keren.

Tiba, di parkiran rumahsakit Karma mulai menelepon [name]. Akan tetapi tak ada jawaban, seperti biasa. Ia pun memutuskan untuk datang ke ruangan si rival, akan tetapi tak ada siapa - siapa disana.

"Permisi suster, pasien di ruangan ini kemana ya?"


"Oh beberapa waktu yang lalu baru saja dipindahkan ke ruang ICU." Jawab suster yang berpapasan dengan Karma itu.


"Terimakasih."

Satu jam, dua jam menunggu. Karma masih belum bertemu dan mendapatkan kabar [name]. Sampai kini, seorang gadis berjas putih yang tengah dicarinya sedang berjalan terburu - buru. Karma langsung mengejar dan memanggil, tapi [name] tidak menggubrisnya.

"Ah sepertinya dia sedang sibuk." Karma pun mengurungkan niat dan memutuskan untuk pulang ke apartemen [name].

Hingga tengah malam, Karma menunggu tapi rupanya [name] tidak kunjung pulang. Karma pun memutuskan untuk kembali saja ke rumahnya. Untuk apa juga terus berada di tempat yang berkabut.

Keesokan harinya dan esok harinya lagi, Karma masih belum bisa menjumpai [name] secara intens. Padahal, waktunya di Jepang hanya tinggal dua hari lagi. Tapi sampai saat ini, tujuan pamungkasnya pulang ke Tokyo belum juga tercapai. Sampai hal yang tak diduga datang, [name] meneleponnya lebih dulu. Sebuah keajaiban bagi Karma.

"Moshi moshi¸[name]-chan akhirnya!"

"Gomen ne Karma-kun, aku tidak bisa menepati janjiku. Kurasa beberapa hari kedepan pun aku akan mendapat tugas yang berat. Tolong, jangan siksa dirimu untuk menungguiku terus di rumahsakit. Maaf sepertinya malam ini juga aku tidak bisa menemuimu. Gakushuu-kun berulah lagi, jadi dia harus kembali dioperasi." Jelas [name] tak memberi kesempatan bagi Karma untuk memotong.

"Kenapa bis-" Nah kan, baru saja Karma akan bertanya ia sudah disela [name].


"Aku perang omong dengannya, dan dia malah bertindak bodoh untuk melepas infusnya dan juga berlaku bodoh lainnya, jadi aku harus kembali membantu Dokter Ino untuk mengoperasinya. Hontou ni sumimasen, Karma-kun." Dengan itu [name] menutup panggilannya.

Menggigit bibir bagian bawahnya dan meremas ponsel keras, Karma ingin berteriak sekarang juga. Tapi ia tak mampu, ia menyesali keadaan ini. Ia ingin menyalahkan sang rival, tapi ini memang sudah hukum alamnya seperti itu.Menerima keadaan yang terjadi, Karma pun memutuskan untuk mengemasi barangnya. Ya, besok pagi ia harus berangkat ke California untuk menjalankan tugasnya. Tak da lagi harapannya baginya. Kini nyali seorang Karma Akabane tengah meluap.


'Asano si licik, mau bagaimana pun pasti dia akan terus mengungkung [name].' Batin Karma.




Namun, seketika nasihat seseorang terngiang di kepalanya.




"Ingat lah anak - anak, pemenang akan tetap menjadi pemenang. Bagaimanapun caranya, meski lawanmu menggunakan cara yang licik, tetap saja jika kau adalah pemenangnya kau akan tetap menang."


Nasihat sang guru berwujud gurita itu terdengar dalam batinnya. Karma tak bisa munafik untuk tidak sedih, ia meraskan jika sosok gurunya itu tengah mendekapnya dan memberinya kekuatan.

Karma kembali meraih ponselnya, dan mengetikkan pesan untuk [name],






[name] semangat bertugasnya. Maaf jika aku selalu mengusik dan mengganggu waktu bertugasmu. Aku hanya ingin berpamitan, besok pukul 9 pagi aku harus berangkat ke California Aku harap kau bisa izin sebentar atau apalah itu untuk sekedar berpamitan denganku, ya meski aku yakin kau tidak akan datang. Aku mencintaimu.




[NAME] POV



Hari ini sangat melelahkan, sampai - sampai aku harus bermalam lagi di rumahsakit. Ah menyebalkan, bahkan sudah dua hari aku tidak mandi. Pokoknya besok aku harus pulang dan membersihkan diri. Terlebih sekarang akupun benar - benar kesal dengan Gakushuu-kun.

Otaknya benar - benar lipan yang berbisa, dengan otak jeniusnya dia memutarbalikkan fakta. Aku tidak bisa melawannya, ini membuatku tertohok dan sedih. Orang yang selalu melindungiku, membantuku, kini seakan menyerangku?


Aku bingung, apakah aku yang harus kalah dan memilih untuk berlabuh saja padanya agar damai, atau aku yang harus benar - benar meninggalkannya?


Akan tetapi, aku sudah bisa menebak setidaktenteram apa nanti jika aku memilih memusuhi Gakushuu-kun.


Keesokannya pagi - pagi sekali, aku menyempatkan untuk memeriksa keadaan Gakushuu-kun yang masih koma. Bodoh yang pintar, dia membahayakan diri sendiri hanya karena egonya. Air mataku otomatis keluar, aku merasa bersalah. Tidak, Gakushuu-kun menjadi sosok yang arogan dan menyebalkan seperti ini karena dia kurang kasih sayang kan? Apa ini saatnya aku harus memberinya kasih sayang?


Sesuai dengan rencanaku, aku memutuskan untuk pulang lebih dulu untuk mandi. Di musim pagi ini, mandi air hangat tidak buruk juga. Hingga aku keluar dari rumahsakit, lelaki berambut putih yang tak asing bagiku berpapasan denganku.


Hei itu adalah teman Karma yang waktu itu saat festival cosplay dan menikmati aku yang jatuh?


"Hei kau." Ah rupanya dia yang menyapa terlebih dahulu.


"Eh ya, kau-"


"Aku tau, kau barang milik Asano yang juga milik Karma." Sela lelaki bernama Itona itu, jika tidak salah. Karma-kun pernah menceritkannya.


Perempatan imajiner muncul di kening [name], "Hei apa maksudmu!"


"Eh ada apa kau kemari? Tidak biasanya."


"Ada bisnis antara perusahaanku dan rumahsakit ini." Jawabnya , wah rupanya dia sudah memiliki perusahaan juga ya untuk umurnya yang masih muda.

"Kau tidak mengantar Karma ke bandara?" Tanyanya.


"Ha? Ke bandara?"


"Dia kan akan berangkat ke California pagi ini jam sembilan, memangnya kau tidak diberitahu apa?"

Tanpa menjawabnya lagi aku langsung mengambil ponselku ditas. Lalu mengecek ponsel, herannya Karma tidak menyerangku dengan panggilan tidak terjawab. Dia hanya memberiku satu pesan, ya satu pesan saja.



"Karma-kun..."


Ya, aku merasa menjadi gadis paling bodoh di dunia ini. Apa dia terluka dengan perkataanku kemarin? Sudah pasti!


Ya ampun, [name] yang bodoh kenapa bisa aku sebodoh ini? Lagipula untuk apa aku mengkhawatirkan lipan berbisa itu?


Dengan segera aku melupakan acaraku untuk pulang dan mandi, lalu aku segera memesan taksi dan menuju bandara. Kulihat arloji yang bertengger di lengkanku, ah dengan waktu kurang lebih empatpuluhlima menit lagi, apakah bisa aku bertemu dengannya?

Tak peduli dengan uang kembalian yang kubayarkan pada supir taksi. Aku langsung berlari memasuki bandara dan mencari si surai merah. Banyak pasang mata yang melihatku, saat aku sadari ternyata aku masih memakai jas dokter, belum lagi rambutku yang tidak tertata dan wajahku yang apa adanya tanpa polesan apapun.


Bodo amat, yang pasti aku harus bertemu dengan Karma-kun!


Baru saja memasuki tempat menunggu, aku berpapasan dengan anak - anak kelas 3E waktu SMP dulu. Ah disana ada Isogai juga.


"Isogai-kun!" Panggilku.


"Ah, [name]. Apakah kau akan mengantar Karma?"


"Iya tentu."


"Sayang sekali [name], Karma baru saja pergi ke tempat boarding pass." Sahut yang lainnya, Kayano si selebriti.

"Ya Tuhan."

Si surai biru langsung menepuk pundakku, "Kejarlah aku yakin Karma belum jauh."


Ya betul, aku meninggalkan mereka dan berlari kencang ke arah boarding pass. Dengan sekuat tenaga aku berteriak memanggil namanya. Tidak peduli ditegur oleh petugas keamanan. Lalu benar saja, terlihat olehku sosok surai merah yang tengah berbalik badan melihatku. Aku berlari menghampirinya dan memeluknya erat.


"Karma-kun maafkan aku yang bodoh ini. Maaf , maaf maaf, aku terlalu fokus pada Gakushuu-kun dan kurasa itu adalah tindakan yang salah. Harusnya aku menyempatkan untuk bertemu denganmu, Karma-kun maafkan jika perkataan kemarin membuatklmu sakit hati, aku - aku hanya sedang panik." Tuturku sambil bercucuran air mata, ah sial kenapa aku menangis?


"Ya, gurita itu.. benar, nasihatnya membuatku merinding sekarang. Aku pemenangnya kan?"


"Apa?" Tanyaku tidak paham.


Karma-kum hanya terkekeh kemudian mengambil sesuatu dari ranselnya. "Tadinya akan kubuang ini dari jendela pesawat, tapi kurasa barang ini memang tau kalau pemiliknya akan segera datang."


Aku melotot melihatnya, sebuh kotak berwarna merah berisi cincin. Tunggu?






"[fullname], ayo menikah!"


"HE!" Jantungku tidak karuan nafasku sesak, tolong ini sangat tiba- tiba!


"Sudah pasti iya kan?" Dengan sepihak Karma meraih jemariku, menyematkan cincin indah ini di jemari manisku.








Dia mengecup keningku lama sekali, hingga pengumuman terdengar ke seluruh penjuru bandara. "Ah menyebalkan, waktuku tidak lama."

"Aku pastikan untuk kembali secepatnya, sekarang aku tahu jika keberangkatanku sekarang tidak hanya untuk bekerja tapi untuk mengurusi cuti pernikahan juga."

"Heh?"

"Sudah ya, aku pergi dulu sayang! Hati - hati, jaga terus keadaanmu ah dan cepatlah mandi rambutmu sudah bau ayam!"


"YAK!"


Karma-kun oh maaf, maksudku calon suamiku itu langsung berlari pergi. Ya selain waktu yang menipis pastinya karena dia takut dipukul olehku juga. Aku kembali memandangi cincin elok di jemariku. Indah, indah sekali dan aku sangat bahagia. Aku memang belum sempat mengatakan iya, tapi sudah pasti aku tidak akan dapat menolaknya. Ini terlalu tiba - tiba, membahagiakan dan ah aku tidak bisa menjelaskannya lagi secara rinci karena ini terlalu bahagia.


Ya, inilh pilihan terakhirku. Terlantar menjadi anak hilang saat kembalinya aku ke Jepang beberapa tahun yang lalu. Ponsel masuk sungai dan hampir saja diserang berandal, kemudian aku diselamatkan olehnya. Tuhan memang Maha Baik, dengan skenario yang indah, dia datang sebagai penyelamat, pelindung, dan pasangan hidupku yang abadi.







Akabane Karma, ya aku mecintainya.



















FINISH




Selesai sudah perjuangan kedua rival antara Asano Gakushuu dan Karma Akabane!

Bagaimana dengan ending yang kalian pilih?

Ayo jangan lupa kesan pesannya setelah work ini akhirnya selesai minna !

Seidew minta maaf jika selama mengerjakan work ini banyak sekali kekurangan maupun kesalahan, terimakasih juga buat reader-chan yang sudah baca dan mengikuti cerita ini dari awal, love you pokoknya <3

Work ini selesai belum tentu hubungan kita juga selesai ya minna, buat yang ingin berteman sama seidew bole sangat, jangan ragu buat send message ya ;)

Sampai jumpa!



Continue Reading

You'll Also Like

299K 41K 35
[ 𝐒𝐚𝐬𝐮𝐡𝐢𝐧𝐚 ] Hinata mendapati seluruh anggota klan-nya dibantai tepat di depan matanya. Tak ada yang tersisa selain para wanita, semuanya ter...
38.4K 4.9K 35
[Asakru Fanfiction] [Wilujeng_Arthur] [Completed] Sebuah pesan asing yang diterima Karma dan Gakushuu membuat keduanya dipaksa masuk kesebuah portal...
79K 8.6K 21
Karma itu adik kembar Gakushuu. Sayangnya sifatnya itu jahil dan bertolak belakang dengan Gakushuu. Namun, Gakushuu sayang sekali dengan Karma. Karen...
735K 87.2K 86
━ ❝ hanya kehaluan semata yang tidak berguna ❞