○ RIVAL (Karma x Reader x Asa...

By alienbaejing

123K 18K 4.2K

Rival , seseorang yang dianggap setara serta dapat diajak bersaing dan berlomba-lomba dalam suatu hal. Itulah... More

PROLOG
Keping 1
Keping 2
Keping 3
Keping 4
Keping 5
Keping 6
Keping 7
Keping 8
Keping 9
Keping yang hilang
Keping 10
Keping 11
Keping 12
Keping 13
Keping 14
Keping 15
Keping 16
Keping 17
Keping 18
Keping 19
Keping 20
Keping 21
Keping 22
Keping 23
Keping 24
Keping 25
Keping 26 (Special)
Keping 27
Keping 28
Keping 29
Keping 30
Keping 31
Keping 32
Keping 33
Keping 34
Keping 35
Keping 36
Keping 37
Keping 38
Keping 39
🌿

🍁

1.4K 141 53
By alienbaejing







Aku ragu untuk menolong pasien itu, aku mengakui kemampuanku yang masih sempit pengalaman. Aku tidak bisa seperti Gakushuu-kun atau Karma-kun yang tanpa keahlianpun pasti bisa menanganinya. Tapi untunglah, Dokter Ino bersama timnya tiba kemudian segera menangani pasien tersebut.

“Ah syukurlah.” Gumamku.
“Baik kalau begitu, maaf dokter [name] telah mengganggu anda.” Ucap perawat itu.
“Ah daijoubu.”

THIRD POV

Ternyata hanya hambatan sementara, janji [name] dengan Karma tetap bisa terpenuhi. Hampir lupa, ia sudah terlambat lima belas menit dengan janjinya. Berjalan cepat menuju kafe yang dituju dan melupakan niatnya untuk sambil menelepon Gakushuu.

Pemuda tampan bersurai merah itu tak henti – hentinya melihat ponsel guna melihat waktu. Tak jarang juga ia menyisir rambutnya ke belakang dengan jari guna membenahkan penampilan. Bahkan pelayan disana beberapa kali mendekat dan bertanya pada Karma untuk menanyakan pesanan. Entah memang bertanya pesanan, modus atau sebagainya.

Jujur juga, Karma tidak bisa bohong jika sekarang ia gugup. Ayolah sudah hampir dua tahun mereka belum sempat bertemu lagi secara langsung. Terlebih Karma yang beberapa kali ditempatkan di luar negeri. Ingat, Karma akan bertemu dengan gadis yang masih mengisi hatinya. Tentulah ia tidak bisa biasa saja, terlebih lagi rencana Karma yang sekarang akan langsung menodong [name] dengan lamaran.
Ingat kan, saat Karma dan Gakushuu memata – matai [name] yang tengah bermain ke rumah Isogai? Percakapan antara kedua rival itu,

“Lalu? Kamu merasa menang dan kamulah pacar [name] sesungguhnya? Kamu ingin membuka seolah – olah kalau kalian itu berhubungan sebagai pacar di belakangku?” Tanya Gakushuu dengan sinis.
“Kalau dibilang iya sih tidak juga tapi dibilang tidak tapi iya. Aku tidak berniat memacari [name],” ucap Karma membuat Gakushuu terlonjak.
“Lalu kalau gitu untuk apa kau terus mendekati dia? Menggangguku saja.” Sahut Gakushuu.
“Aku tidak berniat memacari [name].” Ucap Karma.

Jeda.

“Tapi berniat untuk langsung menjadikannya pasanganku nanti.” Lanjutnya dengan tatapan polos.

Dengan itu, Karma memang menepati kata – katanya. Bodo amat dengan perjanjian antara memilihnya atau Gakushuu. Setidaknya menodong lamaran seperti ini akan menjadi kemenangan mutlak bagi Karma.

Lonceng pintu kafe terdengar kala seorang pengunjung baru saja membuka pintu. Benar saja, dengan rambut h/c sebahunya , [name] telah tiba. Ia mengedarkan padangan ke seluruh penjuru guna mencari sosok bersurai merah itu. Tak membutuhkan waktu lama, [name] segera menemukannya.

“Karma-kun!”
“Ah hallo cantik.”
[name] langsung dibuat memasang derp face karenanya. “Ah apa – apaan sudah menggombal saja,”
“Tidak kok, aku jujur. Kau lebih cantik daripada yang ada di foto profilmu.”
“Dan kau ternyata tidak sedewasa yang aku bayangkan hahahahaha tetap saja terlihat Karma yang usil, hanya saja tinggimu tidak manusiawi.” Balas [name].
“Bilang saja jika iri. Ah kau mau pesan apa?”
“Kau yang teraktir kan?” Tanya [name].
“Ya? Oh bukannya kau yang meneraktir? Pajak jadi dokter magang?”
“Ah ayolah Karma-kun hahahahhaa.” Tawa mereka pun lepas, seakan sesuatu yang telah lama kini kembali menyelimuti. Karma maupun [name] sangat bahagia dan tulus dengan tawanya.

Selama menunggu pesanan datang mereka saling berbagi kisah. Mulai dari membicarakan pekerjaan masing – masing. Kemudian perbedaan yang kini saling dimiliki masing – masing dan sama – sama puberty goals. Hingga menyinggung masa lalu, karena tak afdol rasanya jika sepasang teman lama tidak membicarakan kisahnya dulu. Mulai dari pengalaman saat SMP, saat [name] pindah ke Kyoto, saat kasus vaksin dan Koro sensei, hingga kisah kasih saat di SMA. Sampai pembicaraan mereka pun tiba pada Gakushuu.

“Oh ya benar, tadi aku itu akan mengajak Gakushuu-kun juga untuk ikut. Sebentar aku coba telepon lagi ya.” Ucap [name] seraya menyimpan sumpitnya dan meraih ponsel.

Karma pun membatalkan suapan wagyu yang baru setengah jalan menuju mulut, “Apa? Si Ahono? Hei kenapa kau mengajaknya? Ini kan acara kita berdua.”
“Jarang – jarang kita bisa berkumpul, sekarang pun hari libur sekolah kan? Harusnya Gakushuu tidak bekerja hari ini, tenang saja Karma-kun ada sesuatu yang lebih penting.”
“Apa?” Tanya Karma jengkel.
“Janjiku pada kalian berdua dulu.”

Dengan seketika Karma mendelikkan mata. Ah padahal tak apa tak usah dibahas lagi pikirnya. Namun ternyata sambungan nada telepon terhenti tanda panggilan terjawab.

“Gakushuu-kun ? Ah moshi moshi?”
“Halo, selamat siang denga Rumahsakit Tokyo, apa ini dengan kerabat pemilik ponsel?”
[name] kembali menjatuhkan sumpitnya, “Arin-san? Tunggu kenapa bisa?” [name] mengerutkan dahi kala suara yang menjawab adalah suara yang tak asing.

“Apa ini dokter [name]?” Tanya seseorang di seberang sana.
“Arin-san apa jangan – jangan pemilik ponsel ini?” [name] mulai cemas, begitupun Karma yang tak melanjutkan lagi makannya.
“Betul dokter, pemilik ponsel ini Tuan Asano  baru saja mengalami kecelakaan dan sekarang sedang dioperasi.”

[name] membeku hingga panggilan diputus olehnya. Memandang Karma penuh tanya kemudian segera beranjak dari sana.

“Karma-kun kita harus ke rumahsakit.” [name] menarik tangan Karma pergi, begitupun Karma yang pasrah saja ketika ditarik tangannya. Tak lupa juga Karma menyempatkan untuk membayar terlebih dulu ke kasir. Sayang sekali padahal makanan mereka belum habis setengahnya.

Tiba di rumahsakit [name] berlari seakan dikejar setan. Ia benar – benar panik sekarang. Tangannya gemetar, belum juga kakinya yang terasa lemas. Tak bisa dipungkiri kalau [name] sedang berkeringat dingin, kesana kemari mencari perawat guna menanya keadaan Gakushuu. Disana Karma hanya setia mengekori, tanpa ada niatan untuk berbicara sedikitpun.

Aneh dan kecewa.

Hanya dua rasa itulah yang kini memenuhi dada Karma. Kepercayaan dirinya runtuh secara perlahan. Ia sadar ini bukanlah Karma Akabane yang seperti biasanya. Namun melihat bagaimana paniknya sorot mata [name] yang seakan menangis. Bagaimana kini [name] hanya terfokus pada Gakushuu semuanya membuat Karma perlahan mundur.

‘Apa yang terjadi pada mereka ketika aku pergi?’ Itulah pertanyaan yang terus terngiang di otak Karma.

Sampai mereka berdua tiba di depan ruangan Gakushuu, [name] benar – benar menjatuhkan air matanya.

“[name]?” Lirih Karma.
Tanpa aba – aba [name] langsung memeluk pemuda bersurai merah itu. Menangis tersedu – sedu sampai bahunya bergetar. Baru kali ini Karma melihat [name] menangis sehebat ini.

“Karma-kun aku bodoh,”
“Ha?” Karma tak paham ia mencoba mendongakkan wajah [name] tapi itu gagal.

“A-aku, aku harusnya menerima tawaran untuk operasi tadi. Meski aku tak mampu setidaknya tadi aku harus melihat siapa pasien kecelakaan itu, aku... aku bodoh Karma-kun. Jika tau kalau Gakushuu yang harus operasi seharusnya aku…” [name] tak kuasa melanjutkan ucapannya lagi. Di sisi lain Karma paham, pasti sesuatu telah terjadi sebelum [name] berhasil menemuinya.

Sulit untuk dicerna, Karma memang tidak mau jika [name] batal menemuinya dan malah merawat Gakushuu. Akan tetapi melihat sang rival terkulai lemah di ranjang ruang ICU membuatnya iba juga. Pemuda kuat nan arogan yang tidak pernah terlihat sisi lemahnya, kini terbaring di ranjang rumahsakit. Sebagai rival sejatinya Karma ikut sedih, tak ada rasa bahagia sedikitpun , ditambah kini ia mulai sadar jika [name] benar – benar tulus menyayangi Gakushuu.

Hari demi hari berlalu dan Gakushuu pun dirawat oleh [name] selama di rumahsakit. Gakushuu tidak bisa munafik untuk tidak senang, dan Karma pun tidak bisa munafik kalau ia cemburu. Bagaimana melihat [name] merawat Gakushuu, mengganti perban pada bahu Gakushuu, mengecek kesehatan Gakushuu bahkan menyuapi Gakushuu itu membuat Karma muak sebenarnya. Karma rasa , [name] yang dengan telatennya merawat Gakushuu sampai pulih bukan karena hanya merasa bersalah atau yang lainnya, tapi [name] cinta pada Gakushuu.

Sampai Gakushuu pulih pun nyatanya [name] masih terus mengkhawatirkan Gakushuu. Karma membisu kala percakapannya dengan [name] di telepon dipenuhi dengan kisah [name] yang merawat Gakushuu. Gakushuu , Gakushuu dan Gakushuu, semenjak insiden kecelakaan itu [name] terus memperhatikan Gakushuu.

“[name] aku akan kembali bertugas di California, besok keberangkatanku jam sembilan pagi.”
“Ah begitukah? Ya Tuhan padahal kau baru sebentar disini.” Jawab [name] di seberang sana.
Karma memindahkan ponsel dari telinga kiri menuju telinga kanan, kemudian tersenyum masam, “Aku sudah berada di Jepang selama satu bulan, aho!”

“HEH? KAU MEMANGGILKU AHO?”

“Memang. Kau terus mengurusi si ahono sih.”
“Tapi-”
“Iya sudah aku tahu, kau khawatir kau cemas dan kau menyukainya kan?” Serang Karma.
“Aku tau kau memilih dia kan? Maksudku, ya tidak apa – apa aku kalah asalkan kau bahagia bersama si Asano, ya walaupun aku tidak rela. Setidaknya, jika kau masih memberiku harapan untuk mendapatkanmu, tolong datanglah besok ke bandara ya, yaa untuk mengantar begitu? Aahahaha atau pamitan sementara.” Ucap Karma berharap – harap cemas. Karma memandangi kotak cincin yang tergeletak di nakas kamarnya. Ia masih berharap jika [name] yang memakainya, dan ia masih berharap jika besok ia bisa menyematkan cincin itu di jari [name], meskipun di bandara dan waktunya sedikit.

“Ba-baiklah.”

Karma tersenyum setelah panggilan terputus. Entah mengapa ada secercah cahaya lagi baginya. Ia tidak bisa tidur semalaman, sampai akhirnya ia terbangun pukul enam pagi dan kemudian bersiap untuk keberangkatannya. Karma tiba di bandara pukul setengah delapan pagi, dengan harapan [name] akan tiba. Satu persatu rekannya mulai berdatangan, entah itu rekan bekerja ataupun sahabat – sahabatnya dulu di kelas 3E. Ada Isogai, Megumi, Sugino, Itona, Terasaka, Maehara, Kayano, dan Nagisa tentunya.

“Karma, [name] tidak datang?” Tanya Nagisa.

Karma membisu kemudian berusaha menampakkan senyumannya, “Ahahaha tidak, sepertinya dia sibuk. Dia adalah seorang dokter, banyak orang yang lebih membutuhkannya dari pada aku.”

“Ah begitu ya.”

Karma melirik kembali arlojinya, sudah pukul delapan lewat dua puluh menit, ia harus segera pergi juga. Berpamitan dengan temannya yang lain Karma pun menarik kopernya dan pergi. Melambaikan tangan dan benar – benar berjalan pergi. Sepanjang lorong Karma berharap mendengar suara [name] , berharap jika perempuan bersurai h/c itu mengejarnya. Akan tetapi, nyatanya hal itu hanya ada pada film dan drama saja. Karena nyatanya hingga Karma duduk di pesawat, memandangi lahan bandara yang kini mulai ditinggalkannya, [name] tidak tiba.







“Terimakasih [name] atas kisahnya, terimakasih karena telah mengijinkanku untuk menyukai gadis sepertimu. Bahagialah dengan Asano.”

[NAME] POV

“Pergilah tak masalah.” Ucap Gakushuu-kun yang masih asyik dengan korannya. “Lagipula aku sudah membaik.”

Kakiku seakan terpaku di ruang makan apartemen Gakushuu ini. Sekarang adalah jadwalku untuk berjaga di rumahsakit bagian shift malam, dan sekarang juga adalah keberangkatan Karma-kun ke California. Aku benar – benar bimbang, bagaimana kemarin pembicaraan dengan Karma-kun itu sangat rumit. Aku tidak ingin terus – terusan memberi harapan padanya jika hatiku memang harus berlabuh pada satu dermaga. Aku harus mengakhiri semuanya, aku harus memutuskan.

“[name]? Kau baik – baik saja kan?” Sorot mata violet Gakushuu-kun yang kini meneduhkan memberiku kepastian.

“Tidak, aku disini menemanimu saja.”

Gakushuu-kun mengangkat alisnya, “Tumben ada apa?”

“Aku sudah memastikan pilihan, aku tidak ingin terus memberi Karma-kun harapan kosong.”

“[name],” Gakushuu-kun menyimpan korannya. “Jika kau memang menyukai Akabane tak apa, lagipula kau memilihku karena merasa bersalah kan? Maksudku, sudahlah lagipula aku juga tidak ingin dioperasi oleh dokter magang yang belum berpengalaman. Saat itu aku memang di tengah ambang kematian kan? Itu sudah pilihan yang tepat [name]. Eh aku tidak bermaksud untuk meren-”

Aku tersenyum geli mendengarnya, “Iya aku paham, aku tidak tersinggung. Aku hanya merasa aku memang benar – benar menyukaimu. Entah kenapa aku selalu merasa jika kamu memang pemilikku. Ehmm seperti bagaimana kau dengan percaya dirinya menggembar – gemborkan kalau aku pacarmu padahal bukan, lalu bagaimana sifat kepemimpinanmu yang menurutku itu sangat keren dan berwibawa, bahkan saat beberapa kali kau membantuku ketika dalam masalah, kau selalu memberiku perlindungan dan aku tidak kuat untuk menahan untuk tidak terpesona olehmu.” Tuturku.

“Ah begitu ya.” Gakushuu-kun tersenyum samar dan itu sangatlah indah!

“Iya dan tetaplah menjadi Asano Gakushuu yang sekarang, meski berambisi tinggi tapi kini kau lebih lembut.” Ucapku.

“Ahahaha tentu saja, memangnya untuk apa aku berusaha merubah diriku agar lebih baik? Itu untukmu [name], dan yaa sepertinya nanti aku harus menelepon Akabane untuk kemenanganku.”

“Hei!”

“Oke oke jadi kapan kita akan menikah [name]?” Di saat itu pula aku ingin mengacak rambut strawberry blonde Gakushuu.



Asano Gakushuu , ya dengan karisma dan wibawanya ia berhasil membawaku untuk berlabuh padanya.



















FINISH


Selesai sudah perjuangan kedua rival antara Asano Gakushuu dan Karma Akabane!

Bagaimana dengan ending yang kalian pilih?

Ayo jangan lupa kesan pesannya setelah work ini akhirnya selesai minna !

Seidew minta maaf jika selama mengerjakan work ini banyak sekali kekurangan maupun kesalahan, terimakasih juga buat reader-chan yang sudah baca dan mengikuti cerita ini dari awal, love you pokoknya <3

Work ini selesai belum tentu hubungan kita juga selesai ya minna, buat yang ingin berteman sama seidew bole sangat, jangan ragu buat send message ya ;)

Sampai jumpa!

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 90.3K 200
Sudah tamat warning 18+ diharapkan bijak membaca ini hanya hiburan semata, author hanya meminjam tokoh (Close request sementara waktu)
531K 38.7K 51
Haikyuu, Jujutsu Kaisen & Tokyo Revengers x reader Haikyuu Au, Jujutsu Kaisen, Tokyo Revengers, song-fic hati-hati 17+ ⚠️cerita hanyalah imajinasi A...
123K 18K 43
Rival , seseorang yang dianggap setara serta dapat diajak bersaing dan berlomba-lomba dalam suatu hal. Itulah hubungan yang mengikat antara Akabane K...
657K 49.2K 71
Yui mendapat surat misterius. Surat itu datang menembus waktu begitu saja. *Ditulis sebelum saya memahami konsep penulisan yang baik dan benar*