○ RIVAL (Karma x Reader x Asa...

By alienbaejing

122K 17.8K 4.2K

Rival , seseorang yang dianggap setara serta dapat diajak bersaing dan berlomba-lomba dalam suatu hal. Itulah... More

PROLOG
Keping 1
Keping 2
Keping 3
Keping 4
Keping 5
Keping 6
Keping 7
Keping 8
Keping 9
Keping yang hilang
Keping 10
Keping 11
Keping 12
Keping 13
Keping 14
Keping 15
Keping 16
Keping 17
Keping 18
Keping 19
Keping 20
Keping 21
Keping 22
Keping 23
Keping 24
Keping 25
Keping 26 (Special)
Keping 27
Keping 28
Keping 29
Keping 30
Keping 31
Keping 32
Keping 33
Keping 34
Keping 35
Keping 36
Keping 37
Keping 38
🍁
🌿

Keping 39

1.4K 162 19
By alienbaejing

A/n : Jangan lupa vote dan komennya minna~ ^^

Siapkan diri kalian!!!!

















Keping 39

PRANGGGG

Gelas kaca itu pecah karena terjatuh. Sang pelaku yang menjatuhkan gelas masih terpaku diam.

PRAKKKK

Benda kedua yang jatuh adalah ponselnya.

“Ayah?”

Aunty Rachel berjalan terburu – buru menuju dapur, terkejut kala melihat keadaan sang keponakan.

“[name] kau baik – baik saja kan?”
Aunty, ayah aunty,” Bulir air mata mulai memenuhi manik e/c [name].
Aunty Rachel memeluk [name], “Yang kuat [name], tenanglah kita serahkan semuanya pada Tuhan.”
“Tapi ayah,”
“Percayalah ini yang terbaik, masih ada aunty disini yang akan bersamamu [name]. Ingat besok adalah hari upacara kelulusanmu. Tolong yang kuat ya.”

[name] mengangguk, kini ia tengah berada dalam duka. Kabar sang ayah yang ditemukan bunuh diri di kota Busan, Korea Selatan membuatnya rapuh. Terlebih kabarnya harus ia terima di satu hari sebelum kelulusan. [name] tak bisa untuk tidak sedih. Ayahnya, Nakamoto Asa, satu – satu orang tua baginya telah meninggal dunia karena bunuh diri.

Kenyataan memang pahit.

Hingga tengah malam, [name] terus menangis. Tak ada rasa kantuk yang tiba, hanya tangisan yang seakan terus memenuhi pikiran. [name] sudah tak peduli dengan matanya yang sembab, ia benar – benar terpuruk sekarang.
Tertidur pukul empat pagi membuat [name] kesiangan bangun untuk kelulusannya. Karena seorang dewan komite, Aunty Rachel harus datang lebih dulu. [name] memang sempat dibangunkan oleh sang bibi, tapi tetap saja telat, karena kelelahan menangis [name] malah tertidur di bathtub kamar mandi.
“SIAL!”



======================

Para siswa kelas duabelas SMA Kunugigaoka telah mulai memenuhi aula sekolah. Begitupun dengan orang tua dan wali para murid. Para petinggi dan guru pun sudah mulai menduduki tempat duduknya. Akan tetapi, satu kursi kosong terus membuat konsentrasi kedua manusia bernama Akabane Karma dan Asano Gakushuu gelisah.

“[name] kemana?”
“[name]-chan tidak mungkin lupa dengan hari kelulusan kan? Padahal Rachel sensei sudah ada, kenapa dia tidak ada?”

Gakushuu pun telah dipanggil untuk menuju belakang panggung untuk sambutan dari perwakilan siswa. Hal ini tandanya upacara kelulusan akan segera dimulai, dan gadis bernama [fullname] belum juga tiba. Gakushuu dibuat gelisah jadinya, runtutan kalimat sambutan yang telah ia siapkan menjadi buyar perlahan.

“Tidak aku tidak boleh begini, aku pasti bisa, [name] hanya terlambat biasa.” Monolog Gakushuu memotivasi dirinya sendiri.

Diam- diam, Karma mencoba menelepon [name] tapi hasilnya nihil. Hingga panitia kelulusan menegur Karma, dan Karma terpaksa menyimpan kembali ponselnya. Pada akhirnya upacara pun dimulai, dengan tempat duduk [name] yang masih kosong.

“[Fullname] tidak datang?” Tanya salah satu sensei yang mengecek.
“Entahlah sensei, mungkin ia terlambat.” Jawab Isogai yang kebetulan tempat duduknya berada di samping [name].

Karma yang mendengarnya dibuat semakin gelisah.

“… em maksud saya jasa dari sensei yang tak bisa dihitung.”

Di tengah pidatonya Gakushuu mengalami kesalahan. Membuat siswa lainnya merasa heran. Tak pernah seorang Asano Gakushuu mengalami kesalahan di tengah pidatonya. Tak lain lagi, alasannya adalah [name]. Ketika sang indera penglihat tertuju pada kelasnya, kursi kosong milik [name] membuatnya terganggu.

“Ah sial, memalukan.” Gakushuu mengepal tangannya erat setelah turun dari mimbar. Keringat turun dari pelipisnya, baginya pidato barusan adalah yang terburuk dan yang paling gugup.

[name] kau baik – baik saja kan?’ Monolog Gakushuu.

Drrrrttt drrrtttttt

Kini getaran ponsel di saku Karma menginterupsi si empunya. Diam – diam Karma melihat siapa penelpon, “[name]?”

Dengan segera Karma beranjak dan ijin ke kamar mandi untuk mengangkat panggilan [name].

“[name]?”
“Ka-Karma-kun..”
“Iya ini aku, kenapa? [name]-chan kau masih dimana? Apa yang terjadi?” Karma sedikit panik karena mendengar suara di sebrang sana yang terdengar lemah.
“Upacara kelulusannya sudah mulai ya?”
“Iya, masih sambutan. Jika kau mau kesini tak apa – apa datanglah. Aku akan menunggumu dan kembali ke aula bersamamu.”
“Ja-jangan, tolong kembali ke aula dan jangan tutup teleponnya ya?”
“Maksudmu?”
“Cepat lakukan Karma-kun.”
“Lakukan saja! Atau aku tidak akan memilihmu.”

Note : bisa sambil diputar video di bawah ya :)

“Ah, baiklah.” Karma menuruti , ia kembali ke aula dengan panggilan [name] yang masih tersambung di ponselnya.

Setibanya di aula, acara telah berada di sesi pelantunan lagu mars sekolah. Di sisi lain, [name] yang mendengarnya dari telepon tersenyum dengan tenang, rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuhnya seakan terobati perlahan. Dengan sekuat tenaga [name] berusaha terus bertahan, terus bernafas, walaupun matanya seakan susah untuk dibuka.

“Nona? Anda?”
“Tak apa – apa , maafkan tapi tolong jangan tutup teleponnya.” Lirih [name] tak berdaya.
“Bertahanlah nona.” Ujar petugas ambulan tersebut sembari setia memegangi ponsel [name].

Semua memori [name] seakan terpanggil kembali kala mendengar lantunan lagu itu. Dimulai ketika ia masuk sebagai murid baru, bertemu dengan Isogai dan Rio, belajar di kelas 1B kemudian terus dikejar oleh Karma dan Gakushuu. Bahkan pengalaman dirinya yang pingsan di pelajaran olahraga pun teringat kembali, begitupun dengan momen ketika pelantikan klub. Momen dimana ia berkemah ke gunung, kemudian Karma menyusul sebagai penolong, dan malamnya ia satu tim bersama Karma dan Gakushuu.

Masa - masa sekolah, masa liburan ke Disneyland, dan masa - masa menyenangkan lainnya. Sampai momen pahitnya pun terlintas kembali, ketika siswa lain memojokkan [name] bahkan fitnah Inori di kala itu. Semua kejadian yang terjadi di SMA Kunugigaoka melintas dengan tertib di pikiran [name]. Banyak sekali yang telah terjadi, dan itu membuat [name] terharu. Semua terjadi seakan sangat cepat.

Namun sebelum lagu itu benar – benar selesai, [name] telah kehilangan kesadarannya.
“Nona!”

===================

“Apa? [fullname] kecelakaan?” Manik Gakushuu melebar tak percaya, seluruh badannya gemetar tidak karuan.
“Iya, berikut kami mendapat laporan dari polisi. Seorang siswi berseragam SMA Kunugigaoka ditemukan kecelakaan di jalan fuka, siswi itu bernametag [fullname].” Ulang Kakashi sensei yang menerima laporan.
“Sial!”

Kakashi sensei menahan lengan Gakushuu, “Tenanglah, setidaknya tetaplah disini sampai pemanggilan nama dan pemberian ijazahmu. [name] telah dilarikan ke rumahsakit.”

Berbeda dengan Karma, ia kembali ke kamar mandi untuk berbicara dengan [name]. Akan tetapi, ia heran karena suara yang ada di seberang sana bukan gadis pujannya.

“Kau siapa?”
“Aku petugas ambulan dari rumahsakit, mohon maaf anak muda, pemilik ponsel ini telah mengalami kecelakaan dan kini tengah berada di perjalanan menuju rumahsakit.”
“APA?”

Tak perlu pikir panjang bagi Karma. Ia segera pergi meninggalkan aula sekolah dan menuju rumahsakit. Seorang Karma Akabane yang selalu ditinggal orang tua ke luar negeri tidak perlu khawatir, ia hanya datang sendiri di acara kelulusannya. Tak masalah baginya untuk pergi dari acara kelulusan.

[NAME] POV

Semua terasa begitu cepat dan tak terkendali. Memakai seragam sekolah sembari menuruni tangga, kemudian mengikat rambut asal sambil berjalan menuju pintu rumah, itulah aku sekarang. Acara kelulusan akan dimulai sepuluh menit lagi, sementara aku masih berada di rumah. Tiba – tiba saja ingatanku kala pingsan karena melewatkan sarapan terlintas. Jika nanti aku pingsan ketika upacara kelulusan apalagi saat pemanggilan namaku itu sangat tidak elit kan?

“Tidak , tidak boleh. Sekarang yang penting aku harus cepat ke sekolah!” Tukasku sembari menggelengkan kepala.

Aku berlari menuju depan komplek, menunggu bus akan percuma. Lagipula biasanya juga aku berjalan ke sekolah. Tak peduli dengan tatapan orang – orang di sekitar aku terus berlari, tak kuat berlari ya aku berjalan cepat. Ah, mungkin setibanya di sekolah penampilanku sudah tidak karuan karena keringat.

“Ayah aku ingin itu.”

Atensiku teralih pada suara manis di seberang sana. Seorang anak kecil bersama ayahnya di samping toko bunga. Si anak menunjuk sebuah pot gantung berisi bunga anggrek. Dengan seketika aku teringat juga pada mendiang ibuku. Beliau sangat menyukai bunga anggrek, ditambah kini si anak tengah digendong ayahnya. Membuatku teringat kembali kabar kematian ayahku.

TAP

Aku menghentikan langkahku. Cengengnya, air mataku kembali meleos seenaknya. Sedih sekali, sekarang aku hanya seorang anak yatim piatu. Hari ini aku lulus, dan aku masih mengambang untuk melanjutkan pendidikanku ke bidang apa.

Ah menyedihkan sekali bukan?

Seakan perahu ditengah lautan, aku tidak tau kapan ombak besar akan datang, tidak tau arah, dan tidak tau kapan dapat berlayar menuju daratan. Pikiranku pun melayang.

“Nona permisi.” Suara seorang paman yang membawa gerobak kembali menyadarkanku. Dan kini aku teringat lagi pada upacara kelulusanku.

Oke apapun yang terjaadi yang penting sekarang aku harus tiba di sekolah dulu. Mulai berlari lagi, ponselku terus bergetar. Ah paling itu Karma-kun  atau Gakushuu-kun dan aku tau sepertinya mereka menelepon karena upacara akan atau sudah dimulai. Tak kuhiraukan aku terus berlari, hingga saat aku menyeberang aku tidak sadar jika ada sebuah truk sedang melaju dengan cepat dari arah kananku.

TIDIDDDD

BRUKKKKK

Lagi – lagi air dari mataku mengalir, namun kini alirannya ditemani cairan merah.Kepalaku terhantam dan sakitnya luar biasa sakit. Semua badanku mati rasa, sampai banyak orang mulai mengeremuniku. Satu diantaranya sibuk menelpon ambulan.

“Bertahanlah nona.”

Kini kepalaku mulai berdenyut dengan menggila, tangan dan kakiku serasa patah. Hingga sirine ambulan mulai samar terdengar dan akhirnya tiba. Aku diangkat dan ditemani seorang perawat pria. Tak tertinggal juga disana ada polisi yang sebelumnya mencatat beberapa informasi tentangku.

Ambulan mulai kembali melaju, sampai aku berusaha sekuat mungkin mengeluarkan ponsel dari sakuku. Tidak, setidaknya sebelum aku mati aku bisa merasakan dan mendengar suasana upacara kelulusan,dan aku bisa mendengar suara orang – orang terdekatku. Untuk terakhir kalinya,

“Paman apa aku boleh minta tolong?” Pintaku.
“Kenapa?”
“Tolong telepon balik kontak ini, aku ingin meneleponya.”
“Tak usah memaksakan nona, kau sudah sangat lemah. Biar saya yang mengabari.”
“Kumohon, terakhir kali saja. Aku ingin mendengar bagaimana suasana diupacara kelulusan dengan telingaku sendiri. Apakah tidak menyedihkan ketika temanku yang lain berada di upacara kelulusan sedangkan aku malah kecelakaan?”
“Baiklah jika anda memaksa nona.” Jawab paman itu kemudian menginterupsi pak supir agar mematikan sirinenya karena permintaanku juga.


THIRD POV

“Heh Akabane.” Panggil seseorang.


Tak lama dari itu suara lainnya menambahkan, “Setidaknya ambil dulu ijazahmu jangan main langsung pergi saja.” Itu Gakushuu, dia menyodorkan map berisi ijazah Karma tanpa menghilangkan sisi arogannya.

“Terimakasih.” Sahut Karma seraya menerima ijazahnya, hal tersebut sukses membuat Gakushuu mengangkat alisnya sebelah. Tak biasanya manusia bersurai merah itu tidak tengil.


“Bagaimana dengan [name], sudah ada kabar?” Tanya Rachel.
“[name],” Karma menggantungkan ucapannya, membiarkan senyapnya lorong ruang tungu UGD itu menyelimuti.
“Kenapa?” Gakushuu dan Rachel bertanya bersamaan.
“[name] koma.”

Hari demi hari berlalu, [name] sudah dipindahkan ke ruang ICU. Ia masih belum juga sadar dari komanya. Gakushuu maupun Karma pun tak pernah absen untuk menjenguk. Setiap hari seakan sama bagi mereka, melangkahkan kaki ke rumahsakit dengan harapan sang pujaan hati akan segera sadar.


“He~ Asano, tak usah repot – repot mengunjungi [name]-chan tiap hari. Tenang saja ada aku.” Karma dan Gakushuu tak sengaja berpapasan di lobi rumahsakit.
“Tsh, apa katamu? Tak usah bercanda, [name] adalah pacarku jadi wajar aku mengunjunginya setiap hari.” Balas Gakushuu.
“Oh Asano kasian sekali masih siang kau sudah mengkhayal ckck.” Jawab Karma lagi mengejek.
“Cih, diam kau! Lebih baik kau menyiapkan untuk ujian masuk perguruan tinggimu itu, bukankah tujuanmu universitas yang cukup bergengsi?” Tukas Gakushuu.
“Itu sih perkara mudah, kau pikir kemampuan orang yang telah merebut peringkat satumu itu akan gagal begitu saja?” Balas Karma. “Lalu hei aku merasakan firasat buruk, jika nanti [name]-chan sadar lalu malah wajahmu lah yang dilihatnya lebih dulu, kasian nanti [name]-chan malah pingsan lagi.”


Perempatan imajiner muncul di kening Gakushuu, “Apa maksudmu hah? Secara tidak langsung kau baru saja mengejekku jelek kan?”
“Ups bukan aku yang bilang loh, kau sendiri yang menyadari kau jelek.”
“Hah mana mungkin, sudah jelas aku yang lebih tampan darimu. Asal kau tau rambut merahmu itu norak, Akabane.” Balas Gakushuu lagi.


“Hei kalian meributkan apa? Berisik sekali.”

Berterimakasihlan kepada Rachel yang melerai pertengkaran dua anak itu.


Kini mereka bertiga berjalan beriringan menuju ruangan [name] di rawat. Kebetulan sang dokter dan suster baru juga keluar dari ruangan y/n.

“Wah kebetulan, apa kalian kerabat dari pasien atas nama [fullname]?”
“Ya benar, saya walinya.” Jawab Rachel.
“Syukurlah, nona [fullname] telah bangun dari komanya.”
Mata berbinar dan bahagia, ketiganya langsung bergegas memasuki ruangan.
“[name]! Syukurlah…”

[NAME] POV

Aku masih sangat ingat, kapan terakhir kali aku datang ke rumahsakit ini. Kala aku dilarikan ke rumahsakit karena kecelakaan di hari kelulusanku kemudian lanjut kontrol kesehatan setelah kecelakaan waktu itu. Kini sudah beberapa tahun berlalu, semua terasa sangat cepat. Menyedihkan nan mengharukan, kala itu aku jatuh koma dan mengkhawatirkan semua orang terdekatku. Namun, dari kejadian ini aku malah menemukan satu mimpi, satu tujuan dan satu tokoh yang menginspirasiku.


“[fullname]-san kah? Dokter magang dari Universitas Mibuchi?” Tanya seorang dokter bernametag ‘Kaito’.

Aku mengangguk, “Ya benar.”

Tuhan telah menata kisahku dengan sangat sempurna. Tak pernah terbayang olehku jika aku akan menjadi seorang dokter. Akan tetapi berkat kehendaknya yang luar biasa, aku mendapatkan satu tujuan pasti. Ketika aku masih mengambang memilih kelanjutan karirku, dengan cara yang luar biasa aku diberi ilham untuk menjadi seorang dokter. Semua terjadi sejak kala itu, sejak seorang dokter bernama Gaara menyelamatkanku dan sukses menginspirasiku.

Ada rasa bangga tersendiri ketika berhasil menyelamatkan nyawa seseorang.Dokter adalah pahlawan tanpa tanda jasa juga sebenarnya, menolong orang yang sedang kesakitan atau bahkan berada di ambang hidup dan mati.
Tak terasa, kini aku sudah menjadi dokter magang di salah sau rumahsakit di Tokyo. Banyak sekali yang sudah kulewati. Aunty Rachel masih menjadi guru di Kunugigaoka, Gakushuu-kun pun sudah menjadi kepala sekolah di Kunugigaoka, dan Karma sudah menjadi seorang birokrat.

Ah, betapa merindunya aku pada kejadian – kejadian kala itu. Kala Gakushuu-kun atau Karma-kun saling berlomba – lomba dalam segala hal. Kini, mereka sudah di jalannya masing – masing, kita pun sudah sangat jarang bertemu karena kesibukan dan waktu senggang yang berbeda – beda.
Asal tau saja, aku belum memenuhi janji mereka di saat upacara kelulusan waktu itu. Janji untuk memilih salah satu dari mereka.


DRRTTT DRTTTT


Baru saja aku tiba ke rumah sakit, ponselku langsung bergetar tanda ada panggilan masuk.

“Karma-kun?”

Tentu aku segera mengangkatnya. Seperti biasa ia memang sangat usil, tapi bedanya sekarang dia sering menggombal. Usut punya usut dia meneleponku karena dia sedang berada di daerah yang dekat dengan rumahsakit tempatku bekerja. Dia memintaku untuk istirahat makan siang bersama. Tanpa pikir panjang tentu saja aku menerima ajakannya.

Hari ini tidak begitu banyak tugas dan pasien yang ditangani. Aku merasa semesta mendukung pertemuanku dengan Karma. Ah kenapa tidak ya jika mungkin aku mengabari Gakushuu-kun juga kemudian menepati janjiku yang masih tertunda itu.

Jam istirahat sudah tiba, aku pun sudah melepas jas dokterku dan berbenah untuk pergi ke tempat makan yang tadi Karma bilang.  Sambil berjalan aku pun seraya memegang ponsel untuk menelpon Gakushuu-kun.

“Dokter [name]!” Ketika aku berjalan di lobi seorang perawat tergopoh – gopoh menghampiriku.
“Kenapa?”
“Dokter Kaito masih melakukan operasi lainnya, sedangkan seorang pasien di IGD membutuhkan penanganan secepatnya juga, perlu dioperasi dok.”
“A-apa? Ta-tapi aku bukan ahli bedah.” Balasku.

Jelas aku sangat terkejut dengan permintaan perawat tersebut. Aku hanya sekali memiliki pengalaman sebagai koas saat proses operasi. Selebihnya aku tidak ahli dengan hal itu, ingat nyawa orang taruhannya!

“Tapi dok, jika tidak ditangani pasien akan meninggal. Pasien terkena peluru, hanya dokter [name] yang memungkinkan karena dokter yang lain sedang sibuk menangani pasien dan kegiatan lain, adapun dokter Ino tetapi masih dalam perjalanan..”


Ini membingungkan, aku harus melalukan apa?


Apa memilih momen langka berjumpa dengan Karma setelah sekian lama, atau menolong pasien yang belum tentu aku bisa menolongnya?

TO BE CONTINUED
&
CHOOSE ONE


WARN!

PETUNJUK

Kelanjutan cerita tergantung pada pilihanmu!

🍁 : Lanjutkan langsung pada chapter bersimbol ini jika kamu memilih untuk bertemu Karma

🌿 : Lanjutkan langsung pada chapter bersimbol ini jika kamu memilih menolong pasien tersebut

Continue Reading

You'll Also Like

244K 26.7K 90
Ini Hanya karya imajinasi author sendiri, ini adalah cerita tentang bagaimana kerandoman keluarga TNF saat sedang gabut atau saat sedang serius, and...
145K 17.9K 21
Kimetsu No Yaiba Series #2 Jatuh cinta pada pandangan pertama ketika pemuda berambut panjang hitam dengan warna mint diujung rambutnya itu. Manik hi...
5.4K 821 12
"Siapa yang akan kau pilih?" Tokyo revengers © Ken Wakui Story © Berry0_0 Ficlet | Romance | Drama | Fluff Complete.
1.9K 290 8
Tidak selamanya bulan bersama dengan bintang. Pun tidak selamanya awan dengan pelangi. Jikalau tak ada yang abadi di dunia ini, maka dari itu buatlah...