MUTIARANYA KANG PUR

By AnSus0219

882 86 42

Namaku Sampurno, begitulah orangtuaku memberi nama padaku. Katanya supaya aku bisa menjadi lelaki sempurna ak... More

1. Mutiara
2 : Ekspresi Menggemaskan
3 : Modus
4 : Senyummu mengalihkan duniaku.
5. Korban Bullying
6. Musibah Membawa Nikmat
7. Mut Imut VS Yuyu Kang Kang
8. Wis-sudah wisuda
9. Patah Hati 💔
10. Gagal Move On
12. Pilihan Sulit
13. Baktiku, Mematahkanmu
14. Bahagia dan Patah
15. Terminal Tirtonadi ninggal janji.
16. First Kiss
17. Witing tresno jalaran saka kulina
18. Tragedi Sepeda Lumpur
19. Promil
20. Sebuah Rahasia (1)
info
21. Sebuah Rahasia (2)
22. Oseng cumi
23. Video call
24. Saira

11. Kuterima Suratmu

26 3 0
By AnSus0219

Jangan lupa klik ⭐ ya teman.

Boleh follow juga, salam kenal.🖐️

Selamat membaca.

----

Sampai di rumah Juna, aku memarkirkan motor sport'ku. Setelah merapikan penampilan aku mangetuk pintu rumah sahabatku.

Tok tok tok.
Setelah tiga kali mengucap salam, terdengar suara langkah kaki dari dalam.

"Waalaikumsalam. Ya Allah kamu Bro. Nggak nyasar kan tadi? Ayo mari masuk." Terlihat penampilan Juna yang tak rapih. Aku sepertinya paham dan berniat menggoda sahabatku ini.

"Alhamdulillaah nggak nyasar." Aku memandangi penampilan Juna dari atas sampai bawah sambil menahan senyum.

"Eh ngapain sih kowe ngelihatin aku sampek kaya ngono. Sing salah apa sih?"

Tak lama Vika ikut keluar, tapi dia seperti kaget melihat penampilan suaminya. "Yasssalam, Mas lihat toh penampilanmu. Jangan ngisin-ngisini, malu sama Pur tuh."

"Malu, kenapa sih? Tadi Pur senyum senyum sambil lihatin aku sekarang kamu Dek, yang protes sama penampilan aku. Emangnya penampilanku kenapa?"

"Biarin aja Vik, belum nyadar dia. Aku paham kok kalian pengantin baru masih anget angetnya. Pasti tadi buru buru jadinya baju kebalik rambut masih acak-acakan sampek gak sadar. Hmmmmffftt." Aku menahan senyum melihat betapa kacaunya penampilan Juna. Padahal dia itu paling nggak suka orang nggak rapih. Mungkin itu dulu, sekarang sudah tak berlaku lagi. Kalian paham kan apa maksudku?

Juna melihat bajunya, pengantin baru itu langsung melongo dan menepuk jidat menyadari kesalahannya.

"Huss, husss sana Mas, benerin dulu bajunya. Rambutnya juga disisirin dulu biar nggak acak-acakan."

"Jangan lupa keramas dulu Jun. Bwaahahaaa."

"Iya iya Dek. Eh Pur silakan duduk aku ke belakang dulu deh bentar." Tanpa ba bi bu Juna langsung ngacir ke dalam rumahnya. Aku terpingkal-pingkal karena sedari tadi menahan tawa melihat tingkah konyol pengantin baru itu. Apa nanti aku juga begitu kalau jadi pengantin baru sama Mutia? Plakkk, jangan ngawur udah ditolak masih aja berharap terus. Lima menit kemudian Juna kembali lagi sambil cengar-cengir nggak jelas.

"Vik, Jun, maaf ya kemarin aku nggak bisa datang.  Baru bisa datang hari ini. Eh betewe selamat ya semoga jadi keluarga sakinah, mawaddah warohmah sampai jannah dan cepet dapat momongan. Biar cepet jadi Pakde aku."

"Aamiin. Iya Pur, makasih atas doanya ya. Emang kemarin acaranya penting banget ya sampai sahabat nikah gak bisa luangin waktu sehari." tanya Juna.

"Iya, maaf. Aku udah rencana mau hadir. Tapi kemarin harinya pas samaan aku ikut lomba, mewakili sekolah."

"Wuihhh hebat Pak guru satu ini sudah jadi Pak Guru teladan. Dari dulu langganan jadi peserta dan pemenang lomba. Lomba apa nih? Dapat juara nggak Pak?" Tanya Juna penuh semangat.

"Lomba karya tulis se Jawa Tengah. Alhamdulillaah dapat juara satu. Berkat doa pengantin baru nih kayaknya."

"Selamat selamat, kamu memang sempurna Pur. Nggak salah Bapakmu memberi nama Sampurno. Benar-benar terkabul doanya. Dek, nanti anak kita namain yang bagus ya Dek, supaya pinter kayak Pakdenya. Haha."

"Iya Mas, ben ketularan pinter sama sholehnya Pakde Pur."

"Eh tunggu tunggu. Sejak kapan kalian panggilnya Dek, Mas? Perasaan dulu manggilnya nama kan? Wah wah pelanggaran ini, kalian bikin iri jomblo sepertiku." Aku penasaran sejak kapan mereka saling memanggil mesra seperti itu.

"Duh kasihan yang jomblo. Maafin deh, kan kita udah suami istri ya Dek. Mosok masih panggil pakai nama doang. Selain nggak sopan juga nggak romantis. Awas jomblo dilarang baper. Wakakakaaa." Juna malah menertawakan aku. Namun setelah itu dia mengaduh kesakitan, "Aduh, aduhh Dek kok perutku dicubitin sih Dek. Kesel ya gara-gara ada tamu jomblo, kegiatan kita tadi jadi tertu... Hmppffffttt."

Vika menutup mulut Juna yang sepertinya telah mengeluarkan bahasa terlalu vurgar dan membuat nasib hati para jomblo sepertiku meronta.

"Bisa nggak sih Mas, bicaranya disaring dulu. Malu tauk sama Pur."

"Malu kenapa kan sudah halal Dek. Kita kan emang tadi lagi ehm hmppffffttt."

"Yasssalam punya suami omesnya nggak ketulungan. Maaf ya Pur. Sahabat kamu emang omesss banget." Muka Vika terlihat merah padam menahan malu karena kelakuan suaminya yang bicaranya tanpa disaring. Sialan emang Juna, bikin aku jadi berpikiran yang enggak-enggak.

"Bwahahaaa. Ya ampun Jun Jun baru tahu kalau kamu ternyata mesumnya nggak ketulungan. Nggak usah diperjelas kali, aku juga sudah paham. Manten anyar wajarlah kalau masih kuat, masih hot, pengine berdua terus dikamar, tapi mbokyao disaring sithik kui lambemu nek omongan. Nggak kesian sama yang cintanya habis ditolak ini to Jun." Jawabku sok memelas.

"Bwahahaaaa. Kasihan deh lo. Aja iri ya sama kita ya Dek. Kita kan emang udah halal, ya bebas mau mesra mesraan. Aduh jangan dicubiti terus Dek. Awas nanti malam harus kasih jatah dobel dua ronde kalau Mas masih dicubiti terus. Aduh aduh iya iya Mas diem deh, nggak eman eman apa nanti kulit suamimu ini jadi biru semua, nggak mulus lagi lho Dek. Ini mah namanya KDRT." Vika mencubiti perut dan lengan sambil memberikan tatapan mata setajam silet pada suaminya yang memang terlalu blak blakan bicara urusan domestik ranjang mereka.  Pasti Vika malu setengah mati.

"Ya Allah Gustiii paringana jomblo kesabaran to Gusti. Berikanlah hidayah sama pengantin baru ini supaya tidak pamer kemesraan di depan jomblo."

Setelah saling pandang seketika tawa kami bertiga pecah.

"Sirupnya ini pajangan apa boleh diminum ya? Tamunya kehausan kok nggak ditawari dari tadi. Wkwkkk."

"Itu cuma pajangan ya. Salah siapa jadi tamu telat. Gangguin manten anyar wae. Aduh iya Dek Mas Jun cuma bercanda, aja dijiwiti terus. Dijiwit nanti malem aja." Juna memberikan tatapan mata genit pada istrinya. Kalau ada hukum boleh bertamu dengan tidak sopan aku sudah akan mutah mendengar gombalannya si Juna dari tadi.

"Yasssalam, saiki kamu sudah jadi bucin sejati Jun. Dulu aja ngejek aku suka sama Muti, eh. Nggak jadi deh."

"Mutiara ya Pur. Kemarin dia datang lho kesini." ujar Vika. "Tahu nggak Pur dia tambah cantik aja sekarang. Sudah jadi guru SD di Desanya. Katanya juga dia tahun ini lolos tes CPNS. Hebat memang tuh anak. Emang udah dari sononya pinter dia."

"Alhamdulillaah kalau begitu. Tapi sayangnya cintaku ditolak Vik." Jawabku lesu.

"Kata siapa Mutia nolak kamu?"

Kemudian mengalirlah ceritaku setelah wisuda, tentang surat, dan kado jilbab dan bros wayang. Sepasang manten anyar itu mendengarkan ceritaku dengan seksama.

"Eh tunggu Pur. Katamu tadi kamu kasih Mutia jilbab sama bros wayang ya. Apa jilbabnya warna biru? Seperti foto ini? Kemarin pas datang kami sempat ambil foto"

"Mana Vik, coba lihat." Aku melihat foto Mutia dari hape Vika yang diambil saat pernikahannya.

Deggg, seperti ada yang tak biasa di jantungku. Cantik sekali Gadis itu di fotonya. Dia memakai jilbab wayang warna biru dan bros wayang yang disematkan di jilbabnya. Tapi siapa pemuda yang ada di sampingnya? Apa dia Dika? Kenapa wajahnya tidak sama dengan mas Dika rival lomba itu? Kenapa dia tak mengabariku? Apa yang terjadi setelah wisuda? Ada banyak pertanyaan yang berkecamuk di kepalaku. Akhirnya aku menanyakan semua isi kepalaku pada sahabatnya.

Vika mengaku tak tahu banyak, tentang kenapa nomernya yang tidak aktif, siapa pemuda yang datang bersama Mutia karena waktu itu ada banyak sekali tamu jadi dia tidak bisa bertanya banyak. Satu yang sudah tahu nomer Mutiara mungkin Eli sahabat mereka.

"Vik, kamu tahu nomer Mutia yang baru nggak?"

"Sorry Pur, aku belum punya, kamu coba tanya aja sama Eli. Eh sebenernya aku mau kasih tahu sesuatu tapi aku bingung juga gimana sebenarnya."

"Sesuatu apa Vik?"

"Emmm, dulu Mutia pernah cerita sebenarnya dia juga cinta sama kamu, tapi selama ini juga bingung sama kode kode yang kamu kasih ke dia. Aslinya dia juga minder suka sama kamu. Kamu tahu kan masa lalu keluarga sama masa kecilnya yang sering kena bully?"

Aku mengangguk karena Mutia pernah cerita masa kecilnya sering di bully secara fisik.

"Nah karena trauma bullying itu Mutia jadi minderan kalau masalah fisik. Padahal aku sama Eli sudah sering ngeyakinin Mutia kalau sebenarnya dia itu manis bukan item. Senyumnya aja manis ditambah punya gingsul. Plus otaknya cerdas pula." Aku manggut-manggut menyetujui kalimat Vika. "Tapi memang trauma itu begitu membekas di hati makanya dia sama sekali nggak sadar akan kelebihannya. Mutiara itu terlalu fokus sama kekurangannya." Semua yang dikatakan Vika ada benarnya. Mutia terlalu fokus sama kekurangan yang dulu diolok-olok temannya, sehingga dia jadi melupakan kelebihan yang ada padanya.

"Beneran dia bilang suka aku?" Untuk memastikan aku tanya lagi sama istri Juna.

"Sebagai cowok mosok kamu nggak pernah sadar tatapannya sama kamu sih Pur? Lagian ya, apa pernah kamu lihat dia sedekat dan seakrab itu sama cowok? Cuma kamu Pur satu satunya cowok yang bisa deket sama dia."

Kenapa aku baru menyadari sekarang ya kalau Mutia memang tak pernah dekat sama cowok lain selain aku. Memang dengan teman yang bekerja di minimarket saja banyak yang mengira dia cewek yang sombong, padahal aslinya dia punya trauma. Bisa kutarik benang merah kalau trauma itu membuat rasa percaya diri Gadis Manis itu terkikis sehingga dia jadi introvert dan sulit bergaul terutama dengan cowok.

"Kalian itu sebenarnya sama-sama cinta tapi sama-sama takut mengakui. Eh iya Dek, bukannya dia kemarin titip surat buat Kang Pur tercinta yang nggak peka ini ya?"

Ish dasar Juna. Mentang-mentang sudah punya pasangan halal ngeledek aku terus.

"Iyoooo iyoooo aku ngaku nek ora peka jadi cowok Junaediii."

"Eh iya, bentar Pur kemarin dia nanyain sama nyariin kamu tapi kamu nggak datang. Dia nitip surat suruh nyampein kamu. Bentar ya aku ambil dulu. Itu minuman sama jajannya jangan dianggurin, dimakan gratis kok, gak sah mbayar. Hehe."

"Iya Dek, jangan lama-lama ambil suratnya. Entar Mas Jun kangen lho."

"Hoekkk, dasar bucin level kronis kamu Jun." Aku memasang tampang mau muntah mendengar betapa temanku ini begitu bucin akut. Kalau bucin dikategorikan penyakit,mungkin level bucin Juna ini stadium akhir alias sudah kronis. Aku geleng-geleng kepala melihatnya.

"Nanti kamu juga bakalan jadi bucin juga Pur kalau udah nikah. Enak lho kalau udah halal.  Tidur ada yang nemenin, baju disiapin, ada yang diajak curhat, kalau dingin ada yang angetin. Pokoknya enak deh kalau sudah ketemu sama jodoh. Makanya segera lamar tuh Dedek Mutia biar kamu juga merasakan bucin kayak aku. Lagian juga bucinnya sama istri sendiri napa kamu yang repot. Nopo, pengen yoo? Jomblo dilarang pengin bwahahaaaa."

"Sialannnn Lo Junaediii. Hina terus kaum jomblo yang tak berdosa ini."

Beginilah kami berdua kalau sedang berkumpul. Selain teman sekamar aku tahu Juna sahabat yang solid. Setelah Vika berlalu aku mengisi tenggorokan yang kering dengan sirup yang disuguhkannya. Sensasi dingin dan segar melewati tenggorokanku seketika.

Setelah bicara panjang lebar dengan manten anyar itu sampai dua jam lamanya aku pamit pulang tak lupa kuberikan kado untuk mereka berdua.
Saat perjalanan pulang mampir sebentar di masjid di daerah Mangkang untuk sholat dhuhur terlebih dulu. Setelah sholat aku mengisi perut dengan membeli tempe penyet di depan Masjid.

Gimana Kang Pur nggak pengin yang gini?

Yang pengin kaya Juna Vika, nikah dulu yak.

Biar halal dapat pahala.😁
----

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih satu jam aku sampai di kontrakan. Kurebahkan badan di kasur sambil menunggu waktu sholat ashar. Aku teringat dengan surat yang diberikan Gadis Imut dari Rembang yang tadi diberikan Vika.

Aku membuka perlahan surat itu dengan hati berdebar. Aku takut mendapat penolakan lagi.

Assalamualaikum Kang Pur

Pripun kabare Kang Pur di Semarang? Semoga baik, selalu sehat dan dalam ridhoNya. Alhamdulillaah disini Muti juga sehat.

Lewat surat ini Muti mau minta maaf Kang. Karena surat dari sampeyan belum sempat kebaca sudah hilang. Ngapunten nggih Kang. Waktu pulang dari wisuda kami sekeluarga naik bis, sampai di terminal Rembang sudah tengah malam sekitar jam 12.30. Karena suasana begitu sepi, tas tempat surat dan beberapa barang yang aku bawa kecopetan, kami sempat mempertahankan barang yang kami bawa. Tapi kekuatan para pencopet lebih besar, mereka membawa senjata tajam jadi kami milih ngalah.

Alhamdulillaahnya kami masih mendapat pertolongan. Ada tukang ojek yang menolong kami, sehingga beberapa barang yang sempat diambil copet bisa direbut kembali. Meskipun Bapak mendapat beberapa luka gores pisau. Aku juga kena gores sama lecet dikit.

Sedihnya ternyata surat dari sampeyan, hapeku sama hape bapak ibu serta uang di dompetku kebawa di tas yang dicopet. Untung ijazahnya selamet karena jatuh. Malam itu kami kehabisan uang. Alhamdulillaah tukang ojek di terminal ada yang kenal sama Bapak jadi mereka mau nganter kami pulang ke rumah.

Sampai rumah aku mencari surat dari Sampeyan sama hape tapi udah nggak ada, Mau beli lagi juga uangku habis dicopet. Hehee jadi sementara aku nggak punya hape. Alhamdulillaah kado jilbab sama bros wayang masih ada. Maturnuwun Kang Pur, Muti sangat suka kadonya ^_^ apalagi jilbabnya warna biru warna kesukaanku.

Firasat Muti mengatakan kalau surat dari Sampeyan harus dibalas. Karena takut kosnya Kang Pur pindah jadi kuputuskan untuk membalas surat sampeyan pas nikahan Vika sama Juna. Tapi kata Juna Sampeyan nggak bisa datang.

Jilbabnya juga sudah aku pakai pertama kali pas nikahan Vika sama Juna. Eee yang mau dipamerin malah nggak dateng. Hehee. Maturnuwun atas semua perhatian Kang Pur selama ini. Tahu nggak Kang, Sampeyan itu satu-satunya cowok yang dekat sama aku, juga yang kupanggil Kang. Nggak tahu kenapa, aku merasa nyaman saja berteman sama Sampeyan. Aku kadang juga bingung mau bersikap bagaimana sama semua perhatian Sampeyan, apa mungkin rasa kita sama?

Maaf kalau aku lancang Kang. Siapalah aku gadis desa yang jelek dan tak punya apa-apa yang bisa kubanggakan dibanding sampeyan mahasiswa teladan dan lulusan terbaik. Maaf jika selama ini Muti menyimpan rasa sama Sampeyan. Maaf, maaf, maaf telah lancang.

Yang penting Muti udah lega udah ngungkapin rasa ini. Jangan jadikan kejujuran Muti eebuah beban ya Kang. Niatku vmcuma mau jujur.

Mutiara.

Wassalamu'alaikum.

Tess. Setetes air mata kebahagiaan memenuhi rongga dadaku. Saat bersamaan juga hatiku terasa sakit, bukan sakit karena penolakan. Hatiku sakit merasa bersalah karena menyimpan prasanhka buruk selama ini dengan Mutia. Akubtak bisa membayangkan giman perjuangannya malam itu mempertahankan miliknya.

Ya Robb, bodoh sekali aku tidak berfikir sampai kesitu malah berbulan-bulan menyimpan prasangka buruk terhadap gadis itu. Mut, maafkan aku ya.

Sekarang aku harus apa? Apa aku harus minta ijin ke orangtua dulu untuk melamar gadis itu? Ah iya. Sabtu depan semoga aku bisa pulang ke Solo untuk matur kepada orangtua. Mutia, tunggu Kang Pur di Rembang, aku akan meminangmu. Ya Robb, mudahkanlah urusanku.

----

Kira-kira Kang Pur dapat ijin melamar gadis pujaannya apa nggak nih?

Coba tebak.

Salam sayang.

Ansus♥️

Continue Reading

You'll Also Like

3.7M 75.5K 48
"Kamu milikku tapi aku tidak ingin ada status terikat diantara kita berdua." Argio _______ Berawal dari menawarkan dirinya pada seorang pria kaya ray...
541K 17.5K 71
Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adr...
52.5K 2.5K 22
Rafael William Struick,seorang pemain bola Keturunan,yang kemudian sumpah WNI.Hingga dirinya bisa membela Timnas Indonesia.Pemain berdarah Indonesia...
901K 15.1K 45
Story Pertama😘 Renata dan kawan-kawan datang ke Desa Kamboja hanya untuk melakukan kegiatan KKN yang sudah ditentukan oleh pihak kampus, projak yang...