Gadis Lukisan Andi

Bởi YunW17

300 0 0

Pertemuan yang tak disengaja. Sebentuk wajah yang dikenal Olivia. Salah satu model lukisan Andi. Perkenalan O... Xem Thêm

1. Olivia
2. Andi
3. Rumah Petak
4. Rumah Putri
5. Bertemu
6. Perubahan
7. Melangitkan Harapan
8. Bingung
9. Ibunda Ratu
10. Ultimatum
11. Dipersiapkan
12. Hilang Kendali
14. Pisah
15. Sangkeran
17. Godaan
17. Kata Hati
18. Rahasia
19. Defensif
plus +++ Plus
21. Jurus Pamungkas
23. D' Power of Emak- Emak
24. D'Power of Emak-Emak (part 2)

13. Bimbang

8 0 0
Bởi YunW17

.

"Sampai kapan menyembunyikannya dari Olivia? Dia bisa salah paham dan menjauh darimu!"

Andi sedikit kaget ketika sedang selonjoran di lantai dingin tanpa alas apapun. Menyendiri di pojokan gelap. Pak Rudy mendekatinya entah dari mana. Karena ia sedang menghadap pintu yang tertutup. Tak henti memandangi pintu itu. Sesekali mengambil nafas panjang dan menghembuskannya kasar. Pintu kamar Olivia.

"Bukankah itu sesuai dengan rencana yang telah kita sepakati, Pa!"

"Bagaimana kalau Olivia menyerah dan malah menerima tawaran yang lain?"

"Papa bisa mengarahkan pilihan Olivia! Sehingga tidak merugikan dirinya sendiri..!"

"Papa hanya berjaga-jaga dengan kemungkinan terburuk!"

"Hanya berharap Papa jangan sampai melepas sedikit pun pengawasan pada putri Papa itu... " tatapan Andi menerawang seolah ingin menembus apa yang di balik pintu yang tertutup itu.

Setelah apa yang mereka lakukan. Olivia menutup rapat pintu kamarnya. Andi ingin mengetuk atau mendobrak pintu itu tapi tidak. Ia memilih mengendurkan syarafnya yang menegang di bawah rintik hujan. Akibat skinship yang mereka lakukan. Menyesal tidak ada gunanya lagi. Andi hanya berusaha memperbaiki kesalahannya.

"Seharusnya aku tidak boleh meninggalkan kalian berduaan saja, ya? Apa kalian sudah...?"

"Kalau maksud Papa hubungan badan... Olivia sedang haid, Pa! Mungkin sedang banyak-banyaknya dan Olivia terlalu lama meracik bumbu ikannya tadi hingga tembus. Jadi saya tidak mungkin menuntut untuk berhubungan intim!" Jawab Andi cepat.

"Papa hampir salah paham tadi karena kalian terlarut dalam kegiatan kalian berdua! Papa ingin tegur tapi Kamu bilang ingin ngetes seberapa peka Olivia dengan situasi yang dihadapinya? Dan mengenai perlindungan, Olivia itu Putri Papa satu-satunya yang paling berharga yang Papa miliki... takkan lepas tanggung jawab itu selama Papa masih hidup meskipun putri Papa sudah bersuami! Raden Ngabehi Widagdo yang jadi saksinya..."

Sosok dalam kegelapan di luar yang berdiri dekat jendela beringsut. Tak berselang lama terdengar pintu diketuk di depan sana dan ada yang mempersilahkan masuk.

"Maaf, Pak ada tamu!" Mang Asep membungkuk hormat.

Pak Rudy hanya mengangkat tangannya sebagai tanda mempersilahkan karena yang dimaksud sudah melewati pintu ruang tengah. Mang Asep permisi keluar.

"Sugeng Ndalu, Raden!"

"Inggih pangestunipun, Bapa! Matur Sembah Nuwun kepareng sowan!" Yang dimaksud menangkupkan tangan diangkat hingga di depan dagu.

"Haruskah ada yang bilang Gusti Pangeran 'ora kopen' ketika sang ratu berada dalam sangkeran?"

Merasa tersindir, sambil melihat Andi sekilas Dodo tertawa tertahan. Bagaimanapun adab kesopanan tetap ia jaga di hadapan sesepuh.

"Saya tau diri, Bapa! Ada yang lebih berhak mengingatkan!"

"Memangnya saya tidak tahu hubungan kalian seperti apa? Tapi rasa terima kasih tak terhingga tidak akan bisa membalas kebaikan hatimu turut serta menjaga Olivia!" Pak Rudy tersenyum penuh arti.

Dodo berdehem dan melirik ke Andi yang tidak bergeming.

"Kalau Bapa ada di posisi saya pasti akan melakukan hal yang sama.. Saya kesini untuk sekedar permisi, Bapa! Lebih baik saya berada di sisi lain yang lebih pas untuk saya karena sepertinya Gusti Pangeran lebih memilih berada disini..." Dodo diam sebentar memantau reaksi Andi yang hanya fokus pada pintu yang tertutup. Telinganya juga ditulikan untuk hal lain kayaknya "Jadi saya tidak perlu khawatir karena keadaannya makin membaik kalau Gusti Pangeran ada disini!"

"Teka Uluk Salam, Lunga Pamitan! Lanjutkan, Raden!"

Dodo terlihat unjal landhung. Seperti ingin melegakan pernapasannya yang sesak,

"Bapa makin mempersulit posisi saya..." Lalu menangkupkan kedua tangannya sambil membungkuk.

Pak Rudy mengibaskan tangannya dan menggelengkan kepalanya. Lalu bermain mata sama kakak sulung Andi yang mengambil sikap sempurna layaknya seorang perwira penjaga itu.

"Ganti bajumu di ruangan Papa! Demi kebaikanmu sendiri! Biar kami yang menjaga pintu itu dan seisinya selagi dirimu dengan kepentinganmu..." Pak Rudy menjeda sejenak. Kata-katanya ditujukan untuk Andi "Pangeran..!"

Andi bangkit juga dengan malas. Tanpa sepatah katapun. Tidak pula menoleh.

"Segala perlengkapan pribadimu ada di kamar Papa untuk sementara waktu!"

Sebenarnya Andi sudah tau tapi Pak Rudy sekedar mengingatkan. Siapa tau hati yang sedang gundah gulana melupakan hal kecil itu. Andi tetap diam meneruskan langkahnya ke ruangan yang berhadapan dengan kamar Olivia.

Pak Rudy duduk setelah mempersilahkan Dodo duduk. Dodo menolak. Dodo memilih berdiri. Dan akhirnya mau duduk setelah Mang Asep membawakan minum dan camilan.

Menghormati tuan rumah dengan mencicipi jamuan. Dan Dodo diajarkan sedari kecil untuk makan-minum dalam keadaan duduk. Toh, ajaran itu untuk kebaikan diri sendiri. Dodo tidak bisa untuk tidak mengindahkan.

€€€€€

Olivia masih tersedu di kamarnya setelah sekian lamanya memunggungi pintu kamarnya.

Hembusan nafas Andi masih terasa di wajahnya. Kehangatan di bibirnya. Bahkan entah yang ke berapa kali Olivia telah membasuhnya. Pelukannya...

Apa yang terjadi diantara mereka bukan sepenuhnya salah Andi. Karena Olivia menerima perlakuan Andi padanya. Bahwa Olivia malah menyambutnya. Ungkapan rasa yang paling mendalam. Yang telah lama tersimpan. Sejak pertama kali mereka bertemu.

'Mengapa kau lakukan itu padaku, Andi? Mengapa...?' bisikan diiringi tangis Olivia tak henti.

Berkali-kali pula Olivia menatap telapak tangannya nanar. Tangan itu yang menampar Andi. Lalu menampar mukanya sendiri. Karena merasa bersalah juga dengan luapan perasaan itu. Hal yang ia janjikan pada diri sendiri. Bahwa hal itu hanya boleh ia lakukan dengan suaminya. Tetapi ia sendiri yang mengingkarinya. Olivia merasa bodoh.

Jika Andi benar-benar cinta. Andi tidak akan menodai kesucian cintanya.

Bila Andi tulus cintanya bukan dengan petting dan making out.

Seandainya tidak ada suara gelegar petir mungkin apa yang mereka lakukan berlanjut ML...

Olivia hampir lupa kalau sedang haid. Apa Andi tau itu?

Karena kemarin malam Olivia sempat tembus. Dan Olivia menampik Andi bakalan tau sebab ia memakai atasan blouse yang panjang. Sampai menutup paha.

Olivia menahan isakannya agar tidak bersuara. Wajahnya sampai memerah. Nampak pada cermin riasnya.

'Tidak!'

Olivia menasehati dirinya sendiri agar tidak terus-terusan seperti itu.

Meskipun terasa sulit, Olivia harus memutuskan sesuatu demi masa depannya. Namun, ia harus meminta restu papanya. Yang selama ini bertanggungjawab atas kehidupannya.

Ia menyempatkan minum air putih hangat yang disiapkan Mang Asep. Mungkin! Tidak biasanya ada setermos air panas dan dua gelas. Segelas yang telah mendingin di kamarnya. Tetapi itu bukanlah masalah urgent bagi Olivia. Lebih baik ia segera tidur dan berusaha tidak memikirkan apapun. Berharap bangun pagi esok, sudah siap menyambut hari baru yang lebih baik lagi.

Olivia tidak mendengar apapun pembicaraan di ruang tengah. Ruang yang paling dekat dengan kamarnya. Justru yang terdengar lagu berbahasa Jawa.

Siapa yang nyetel, sih?

Lagu lama. Yang dipopulerkan Mus Mulyadi dan Sundari Soekotjo. Dan Olivia tau betul makna isi lagu itu. Lagu yang diperdengarkan saat ia dibesarkan di keluarga neneknya. Kini terasa nylekit saat mendengarnya. Seolah menyindirnya. Padahal itu kan lagu jenaka..

'Rama Ana Maling!'

Aghrrr!

Olivia menutup muka dan kupingnya dengan bantal.

Tidur nyenyak Olivia terganggu dengan dering hape di nakas. Aroma yang begitu dikenalnya sepanjang tidur lelapnya. Dan ia menampik kalau Sultan Bule itu tidur di kamarnya ini.

Tidak!

Tidak mungkin papanya mengijinkan orang asing masuk ke kamarnya.

Atau?

Andi diam-diam menyelinap ke kamar ini?

Tidak mungkin Olivia bertanya langsung kan?

Saat ini, Olivia benar-benar ingin menghindari Andi. Jadi ia harus segera 'matur' sama papanya tentang keputusan yang akan diambilnya.Secepatnya!

Hah!

Dering hape membuyarkan renungannya.

"Halo.. Wa'alaykummussalaam Warahmatullahi wa Barakaatuuh.. aku sedang haid, Rita!" Akhir-akhir ini kebiasaan Rita membangunkannya di sepertiga malam. Sejak ia tahu Olivia telah mengucapkan kalimat syahadat sehabis sholat jama'ah Isya' di Masjid Jami' . Sebelum mereka pulang dari kantor.

"Ya sudah! Eh! Tapi bukan itu yang kumaksud tapi soal titipanmu untuk kantor! Beneran dirimu mau resign? Mendadak banget, Say.. ?

"Iya... Maaf, aku harus fokus sama kuliahku dulu!" Olivia mendesis tertahan. Tidak mungkin menceritakan semua masalahnya pada Rita meskipun terhitung teman dekat "Ntar aku pulang ngambil barang aku, kok!"

"Oh! Aku juga mau bilang kalo... dirimu ...masih diharapkan untuk bisa ikut Kontes Ratu Idaman tahun ini!"

Sepertinya Rita terlalu berhati-hati membicarakan hal tersebut.

"Dan kamu sudah tahu jawabannya?"

"Tapi ini langsung dari pihak sponsor.. Aku.."

"Jawabanku tetap sama, Rita! Aku tahu kamu manajer yang baik dan aku juga percaya kamu bisa mengatasi masalah itu! Maaf ya.. Maaf banget! Aku udah ngecewain kamu.. Maaf!"

"Itu hak kamu sepenuhnya, Live! Harusnya aku yang minta maaf karena bukan maksudku maksain kamu! Tawaran itu memang dari pihak sponsor, kok! Yang begitu exited terhadap profil kamu! Aku hanya nyampein aja"

"Makasih banyak, Bebz! Lop Yu!"

"Luv Yu Tu, Dear! Dan.. ada yang mau ngomong penting sama kamu!.. Malik nunggu kamu punya waktu buat ketemuan! Aku janji nemenin sama temen-temen juga.. bilang aja kamu bisanya kapan..?"

"Baiklah, Rita! Pastinya di akhir pekan saat kalian longgar gitu kan maksudnya.."

"Kurang pengertian gimana, coba?"

"Iya, deh! Kalian best friend forever buat aku tuh apalagi kamu... My Little brittel crunch!

"Bye, Dear! Sampai jumpa di kost, ya kita!"

"Bye! Miss You!"

"Miss you too!"

Rita mematikan telpon. Olivia ingin tau keadaan di luar kamarnya dengan ngintip dari lubang kunci di pintu. Siapa tau bule nyasar itu masih berada di rumah papanya ini.

Dirasakannya aman Olivia keluar untuk keperluan memasak. Olivia menyiapkan bubur ayam untuk menu sarapan.

"Mendung hari ini? Gimana dengan yang punya hari lahir di bulan November? Akankah November penuh warna.. Walau tidak ada tiup lilin maupun pesta"

Olivia terbatuk. Bukan sengaja tapi memang benar-benar akibat tersedak. Olivia meminum air putih hangat yang disodorkan Papanya.

"Kalo pangeran ada disini pasti udah nepukin tengkuk kamu! Kangen, ya? Kan baru aja ketemu?"

Jiaahh!

Mbahas mas Bule itu lagi?

Please, bantuin Liv-e, Pa! Sekejap aja Olivia ingin melupakannya.. hiks!

Yang hari lahirnya November kan Andi! Hari lahir karena nggak mungkin tahun lahir diulang. Dari kecil pun, Olivia tidak boleh meniup makanan dan minuman. Dari Andi, Olivia tau alasan larangan itu. Dan bahkan memberitau cara makan bubur panas dalam mangkok. Dengan cara menyendoknya memutar mengikuti alur mangkok. Selera makannya hilang entah kemana.

Sekonyong-konyong terdengar dendangan berbahasa Jawa. Yang pasti bukan Mang Asep. Pasti pak Dirun atau Pak Sukur. Olivia sangat akrab dengan bahasa Jawa karena berada di lingkungan berbahasa Jawa dan Sunda. Karena ibunya orang Sunda.

'Mangan 'ra doyan.. 'Ra jenak dolan.. neng ngomah bingung.. mung kudu weruh.. wot'ing ati...'

Suara itu menjauh. Papanya tertawa tertahan. Olivia masa bodo. Siapa yang sakit wuyung? Siapa yang jatuh cinta? Tidak merasa tersindir meneruskan makannya. Keliatannya lahap.

"Pelan, Liv-e Sayang! Nanti tersedak lagi, loh!"

"Pa! Sebenarnya ada yang ingin ketemu sama Papa..." kali ini Olivia ingin mengalihkan perhatian papanya pada Andi. Sogokan apa yang diberikan pada papanya hingga gencar promo.. ckckck...

"Selama Liv-e di rumah budhemu.. jangan pernah memutuskan hal yang penting dalam hidupmu! Setidaknya bicaralah pada Papa! Itupun kalau Liv-'e masih menganggap Papa kamu.."

"Mangkanya, Pa! Olivia bilang ada yang mau ketemu sama, Papa...!"

"Kita sudah bicarakan ini, Liv-e Sayang! Papa berusaha dengerin apa yang Putri Papa inginkan! Jika Liv-e ingin fokus pada kuliah, ya fokus! Jangan ada hal lain!"

"Ada yang harus Olivia selesein sebelum ke kampung, Pa!"

"Pak Dirun dan Pak Sukur akan mengawal Anak Gadis Papa dan Papa harap jangan membangkang!"

Papanya serius kalau melibatkan kerabat dari pihak papa maupun mamanya. Pak Dirun adalah kakak seibu sedang pak Sukur adalah kakak seayah dari papanya.

********

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

39.9K 7.3K 79
Marsha anak yang sangat pintar di sekolahnya, dengan prestasi yang ia dapat ia lolos ke perguruan tinggi negeri yang ia mau selama ini. Namun, masala...
679K 32.5K 38
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
221K 20.3K 73
Freen G!P/Futa • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
79.3K 9.3K 13
Misi pertama gue udah berhasil bikin ka gita mencair, sekarang misi gue selanjutnya adalah bikin ka gita nikahin gue! - Kathrina.