Einstein Student (On Going)

Autorstwa Virgou_99

160K 29.2K 3.6K

[FOLLOW SEBELUM BACA] Bagaimana rasanya jika kalian sekolah di SMA ternama dunia? Persaingan yang sangat keta... Więcej

Warning⚠️
About EHS
Part1|| Akomodasi💫
Part 2 || Ajudikasi
Part 3|| Eliminasi
Part 4|| Koersi
Part 5|| Konversi
Part 6|| Stalemate
Part 7|| Arbitrase
Part 8|| Displacement
Part 9|| Mediasi
Part 11|| Segregasi
Part 12|| Kompromi
Part 13|| Diskriminasi💫
Part 14|| Afeksi💫
Part 15|| Asosiasi💫
Part 16|| Antropologi💫
Part 17|| Retraksi💫
Part 18|| Predisposisi💫
Part 19|| Sedisi💫
Part 20|| Ratifikasi💫
Part 21|| Quasi💫
Part 22|| Koherensi💫
Part 23|| Kontravensi💫
💫💫💫
Part 24|| Represi💫
Part 25|| Mistifikasi💫
Q
Part 26|| Legislasi💫
Part 27|| Legitimasi💫
Info
Part 28|| Askripsi💫
Part 29|| Strukturasi💫
Part 30|| Asumsi💫
Part 31|| Simbolisasi💫
Part 32|| Konfigurasi💫
Part 33|| Improvisasi
Part 34|| Resistensi💫
Part 35|| Regulasi
-
Just read
Part 36|| Klarifikasi💫
Part 37|| Koersif💫
Part 38||Pretensi💫
Part 39|| Revokasi💫
NEWS‼️

Part 10|| Konsiliasi

2.9K 584 35
Autorstwa Virgou_99

"Tidak ada yang terlalu cepat ataupun terlambat, semuanya sudah di tempatkan dengan semestinya tergantung sebesar apa  pengorbanan kita untuk mendapatkannya."


Einstein

Saat ini seluruh murid EHS sedang makan malam seperti biasanya. Dimulai dari para murid Sultan EHS (Merkurius Class) sampai murid paling bawah sekalipun; Pluto Class. Mereka makan malam dengan posisi kegeniusannya masing - masing. Porsi dan menu makanan nya pun jelas sangat berbeda sekali.

Para Merkurius Class, mendapatkan berkali - kali lipat makanan dibandingkan dengan kelas yang lainya. Berbeda hal nya dengan Pluto Class, makanan pembuka saja mereka hanya mendapat salad buah.

"Aduh menu nya kok ini sih. Gue kan alergi ikan," Andrew menyilang kan kedua tangannya sambil melihat makanan nya tanpa minat.

"Ya udah sih Ndre, bentar lagi kan kita bakal jadi murid Merkurius." Xan melirik Shanz yang duduk berhadapan dengannya.

Sayangnya Shanz tidak terlalu peka akan sindiran dari Xan barusan, gadis itu sibuk melahap makanannya tanpa mau di jeda sedikitpun.

"Jangan terlalu ngarep dulu Xan, kalau nanti Lo cuma pindah jadi murid Saturnus gimana?" ucap Evelin.

"Hehe iya sih. Tapi seenggaknya gue pengen jadi murid dari kelas yang lebih tinggi posisinya dari dia," ucap Xan sambil menunjuk Shanz dengan dagu nya.

"Kenapa jadi gue?" Shanz menatap ketiga nya.

"Lo lupa? Kalau gue ngajak saingan sama Lo?" tanya Xan.

"Enggak."

"Tapi kok Lo kelihatan tenang - tenang aja," Andrew mengerutkan keningnya sambil menyuapkan satu sendok nasi kedalam mulutnya.

"Temen gue yang satu ini emang santuy," Evelin tertawa kecil sambil merangkul pundak Shanz.

"Kayaknya gue salah saingan kalau gitu. Ternyata lawannya tukang malas - malasan doang, kan gue jadi bisa positive thinking terus kalau gue yang bakal menang."

"Emangnya takdir siapa yang tahu. Lo jangan terlalu besar kepala dulu Man," sindir Andrew.

"Betul," timpal Evelin. Menurutnya Xan ini bukan tipe ambisius, ia hanya meremehkan orang lain saja bisanya. Dia kira saingannya hanya Shanz saja sehingga bisa berpikir se enteng itu untuk menduduki salah satu kursi kelas Merkurius. Setahunya orang genius tidak pernah bersikap seperti itu.

"Kan gue cuma memprediksi aja. Apa salahnya coba?" Xan tak terima karena merasa terpojokkan.

"Lo memprediksi cuma atas dasar karangan sendiri.  Tapi kan gue udah bilang dari awal, takdir gak ada yang tahu. Gimana kalau besok - besok posisi kelas Shanz bisa lebih tinggi dari Lo? Kan malu nanti."

Xan tidak membalasnya lagi, ucapan Andrew barusan membuatnya bungkam. Sepertinya ia lupa jika Andrew memang pernah mewakili sekolahnya untuk mengikuti lomba debat dua tahun lalu.

"Kok malah pada bahas gue?" Shanz menatap mereka sambil menghabiskan makanan penutupnya. Sebenarnya ia mendengarkan percakapan mereka, hanya saja berbicara ketika makan itu kan tidak baik. Jadi, Shanz baru akan ikut mengobrol usai makanannya habis.

"Udahan ngobrolnya. Dari tadi Lo diem aja sih," jawab Evelin.

"Oh gue telat dong." Shanz terkekeh geli sambil mengelap sisa makanan pada sudut bibirnya menggunakan tisu.

***

"SHANZ CEPETAN WOI!!"

Evelin sudah mondar - mandir di kamarnya sejak lima belas menit yang lalu. Hari ini adalah pengumuman hasil Examen Part 2. Ia merasa sangat gugup hingga datang pagi - pagi sekali ke Villar milik Shanz. Padahal saat itu Shanz masih tertidur pulas, untung saja Evelin segera datang. Kalau tidak, mungkin Shanz akan terlambat.

"Iya sabar Eveeee."

Shanz baru saja keluar dari kamar mandinya menggunakan seragam putih abu - abu, ia berjalan menuju cermin untuk menyisir rambutnya.

Sedangkan Evelin sedang membantunya memasukan buku dan keperluan lainya, seperti pulpen ataupun spidol. Temannya ini memang sangat malas sekali, dihari sepenting ini saja peralatan sekolah belum ia siapkan. Semalam dia melakukan apa saja hingga lupa akan hal itu?

"Semalam Lo melekan?" tanya Evelin.

"Iya, kenapa emang?" jawab Shanz sambil mengikat asal rambutnya.

"Ngapain aja, Lo sampai lupa siapin buku sekolah?" tanya Evelin.

"Nonton Mr Bean lah, emangnya lo yang suka nonton mulu oppa - oppa Korea!"

"Yee dasar. Mendingan Joongkok gue daripada Mr Bean Lo!"

"Eh Lo jangan ngatain Mr Bean gue ya! Sekali lagi ngatain, gue bakar foto Si Jongkok itu di Villar Lo," ancam Shanz.

"Ok. Gue juga bisa hapusin semua video - video idiot itu di laptop Lo!"

Keduanya saling menatap tajam menunjukan aura permusuhan. Shanz   berkacak pinggang sambil melotot pada Evelin, dan Evelin juga sedang menyilang kan kedua tangannya sambil mengangkat dagu nya menatap tidak suka pada Shanz.

"Kenapa kalian masih disini? Pengumuman sebentar lagi."

Shanz dan Evelin menoleh bersamaan. Di sana sudah ada Alexa dan sepuluh Einstein utama EHS sedang mengamati tingkah konyol mereka berdua. Saat itu pintu Villar nya terbuka sedikit lebar.

"Eh, m-ma'af kita lagi becanda. Yaudah Shanz kita ke lapangan ayok." Evelin kelabakan sambil menunduk.

"Ishh," Shanz mendecak kesal. Alexa menganggu acara ngambek - ngambekkan nya saja.

Evelin segera menarik tangan Shanz hingga lupa kalau mereka baru saja marahan. Setelah itu mengucapkan permisi dengan sopan kepada para Einstein yang masih berdiri di sana.

Sedangkan Shanz, ia bersikap acuh tak acuh ketika melewati sepuluh Einstein tersebut.  Matanya menyipit tajam ketika melewati Alexa. Hal itu menimbulkan tanda tanya bagi Einstein lainya atas sikap Shanz barusan, namun mereka hanya berdialog dengan dirinya masing - masing tanpa berniat bertanya pada Alexa.

***

Seluruh siswa sudah berjejer rapi di lapangan terbuka. Matahari bersinar sangat terik sehingga membuat mereka mengeluh karena kepanasan. Saat ini, pengumuman Examen masih bagian murid Uranus.

"Gini nih kalau jadi murid kelas terbawah. Apa - apa terakhir mulu," keluh Xan sambil mengibas - ngibas wajahnya dengan tangan.

Sedangkan Andrew, cowok itu tidak berkomentar sama sekali. Ia masih berdiri dengan tegak tanpa mengeluh sedikitpun. Rasanya aneh sekali, sedari tadi ia diam saja. Biasanya cowok itu suka banyak bicara.

"Shanz," Evelin sedikit berbisik sambil menyenggol lengan Shanz di sampingnya.

Shanz menatapnya tanda tanya, "Apaan sih?"

Evelin menunjuk Andrew dengan isyarat matanya. Shanz pun ikut memperhatikan Andrew yang berdiri tidak jauh dari barisannya.

"Eh botak, temen Lo kenapa tuh?" Shanz menepuk pundak Xan sedikit keras. Gadis itu memang sengaja.

"Sakit tau!"

"Cowok bukan sih, gitu aja sakit?"

Xan sudah bersiap untuk membalas pukulan Shanz, namun suara speaker yang menginterupsi mereka menghentikannya. Mr Ziland menatap mereka berdua, lebih tepatnya tatapan itu tertuju lebih lama pada Shanz. Siswi yang sudah dikenal buruk menurut pandangannya membuat Mr Ziland berasumsi bahwa Shanz merupakan daftar murid selanjutnya yang akan di keluarkan dari EHS.

"Pengumuman Examen Part 2 Pluto Class."

Semua murid Pluto mendengarkan pengumuman itu dengan seksama. Mereka kembali serius agar tidak salah dengar jika namanya di sebutkan. Wajah mereka tampak tegang ketika absen pertama kelas mereka dimulai.

"Agatha Christin Yuan, lolos masuk kelas Saturnus."

"Aleana Viere, lolos masuk kelas Bumi."

"Edward Jucken Arsenio, lolos masuk kelas Merkurius."

Murid Pluto ribut seketika ketika salah satu teman mereka lolos menjadi murid Merkurius. Tentu saja hal itu begitu mengejutkan mereka, pasalnya bagaimana mungkin seorang siswa Pluto yang merupakan kelas terbawah dan terbodoh di EHS langsung lolos dan merebut salah satu kursi Merkurius Class secepat itu hingga mengalahkan deretan kelas atas lainya yang tentunya lebih dekat dengan kelas Sultan itu. Apalagi ini baru Examen Part 2. Belum lagi Ada Examen lebih menyeramkan lainya yang mempunyai tingkat kesulitan di atas rata - rata. Itu artinya skor Examen Edward mendapatkan nilai sempurna.

"Sulit di percaya," gumam Evelin.

"Entahlah," ucap Shanz sambil membenarkan gelang hitam yang melingkar pada pergelangan tangan kanan nya. Pengumuman barusan tidak membuatnya kagum sedikitpun, lagipula Shanz tidak mengenal Edward meskipun teman sekelas.

"Shanz gue masuk kelas mana ya, duh jadi nervous gini."

"Santai aja," ucap Shanz.

Evelin pun kembali terdiam meskipun jantungnya berdebar begitu cepat saat ini. Keringat panas dan dinginnya bercucuran mengenai kedua pelipisnya begitu saja. Evelin khawatir jika kelasnya tidak ter-pindahkan. Menjadi lulusan Pluto pada semester pertama adalah hal yang mengerikan.

Ketika pengumuman berlangsung, tiba - tiba saja barisan murid Pluto mendadak ribut kembali. Shanz dan Evelin menghampiri keributan tersebut, dilihatnya Andrew tak sadarkan diri hingga tubuhnya menindih Zico yang berdiri di hadapannya. Untungnya saja Zico mempunya badan yang cukup besar hingga mampu menahan tubuh Andrew.

Petugas kesehatan pun segera membawa Andrew ke UKS. Entah apa yang terjadi pada anak itu, sepertinya Andrew kelelahan karena dari tadi juga sama sekali tidak bicara sepatah kata pun. Termasuk pada Xan.

Suasana keributan sudah terkendali lagi, Mr Ziland kembali melanjutkan pengumuman kelolosan murid Pluto.

"Evelin Rowland, lolos masuk kelas Saturnus."

Seketika tubuh Evelin mematung, ia menyuruh Shanz mencubit lengannya agar ia bisa memastikan bahwa ini tidak mimpi.

"Cubit tangan gue!"

"Hah?"

"Cepetan cubit tangan gue!"

Shanz pun mencubit lengan Evelin yang cukup berisi itu, hingga Evelin menjerit kesakitan karena cubitan Shanz benar - benar keras.

"Awww sakit Shanz," ucap Evelin.

"Ya, elo sih ngapain nyuruh gue nyubit tangan Lo sendiri," ucap Shanz.

"Ini seriusan kan gak mimpi? Gue beneran lolos di kelas Saturnus? Shanz?? Really?"

Bukan nya menjawab, Shanz malah menjitak kepala teman bawelnya yang satu ini, "lebay amat sih Lo."

"Sumpah gue seneng banget. Semoga Lo juga lulus ke kelas Saturnus ya Shanz, atau nggak ke kelas Uranus juga gak-pa-pa biar kelas kita deketan," ucap Evelin.

"Hm"

"Lho kok gitu aja jawabnya Shanz?"

"Bisa diem gak sih? Berisik Lo," ucap Shanz hingga membuat Evelin kembali diam.

"Andrew Alejandrios Vasilos, lulus masuk kelas Bumi."

"WHAT!?"

Xan yang mendengarnya sedikit terkejut. Andrew lolos masuk ke kelas Bumi? Artinya peluang mendapatkan kursi Merkurius lebih besar untuk Andrew. Xan semakin gusar, ia tidak mau kalah oleh teman sebangkunya sendiri. Pokoknya Xan juga harus lolos ke deretan kelas atas.

"Gue gak nyangka Si Bawel seperti Andrew lolos masuk kelas Bumi," gumam Shanz. Sedangkan Evelin tidak terlalu terkejut, ternyata dugaannya benar. Dari awal bertemu saja, Andrew sudah kelihatan bukan tampang orang bodoh.

"Kok Lo tegang? Takut kalah saing yeee?" ucap Evelin ketika melirik Xan yang tidak berkutik.

"Apasih Lo." raut wajah Xan seketika tidak bersahabat. Akhirnya Evelin tidak mengganggunya lagi, dan kembali fokus mendengarkan pengumuman itu yang terus berlanjut hingga nama - nama absen pada deretan terkahir di sebutkan.

Saat ini giliran nama absen ber-awalan huruf 'S'. Dan tentunya Shanz juga akan di sebutkan kelolosan kelasnya sebentar lagi.

"Sivana Keisha Dirwa, menetap di kelas Pluto."

Gadis India itu berkaca - kaca ketika mendengarkan namanya tidak lolos ke kelas manapun. Teman - teman sekelasnya yang lain menyemangati Sivana, ketika gadis itu menangis.

"Giliran Lo," bisik Evelin. Shanz tidak bergeming, ia tidak tahu harus bersikap apa nantinya jika namanya di umumkan.

Gue harus deg-deg'an juga gak sih?

"Shanz Swillman Eliosia..."

Mr Ziland men-jeda ucapannya sebentar. Dari depan sana, ia terlihat mengerutkan keningnya sambil sesekali menatap Shanz yang sedang menunggu kelanjutan pengumuman tersebut.

"Menetap di kelas Pluto," lanjut Mr Ziland dengan suara tak bersemangat ketika mengucapkannya.

Tapi tunggu, disini ada yang janggal. Shanz memperhatikan orang - orang yang ada di lapangan itu, semua pasang mata menatap ke arahnya. Di mulai dari deretan murid Merkurius sampai murid C'Class yang sedang berada di lapangan sebelah sekalipun menatapnya lekat - lekat melalui celah - celah garis pembatas lapangan mereka.

Ada apa ini?

Evelin maju beberapa langkah mendekatinya dengan tatapan sulit di artikan.

"Jadi, putri tunggal Eliosia itu Lo?"

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

1.3M 119K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
2.6M 127K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
2.6M 264K 62
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?
GEOGRA Autorstwa Ice

Dla nastolatków

2.3M 97.7K 57
Pertemuan yang tidak disengaja karena berniat menolong seorang pemuda yang terjatuh dari motor malah membuat hidup Zeyra menjadi semakin rumit. Berha...