Annadrian 2

By hayyyouuu

17.4M 501K 55.9K

Season 2 of Annadrian story. 21+ Sheanna Latisha Alexander dan Adrian Feriro Alexander, bukan lagi anak kecil... More

wajib dibaca!!
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
21,5.
22.
22,5.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
epilog
Q n A
miss us?

51.

170K 6.4K 559
By hayyyouuu

Anna sedang memakan sayur daun katuk di meja makan. Jujur saja, ia sebenarnya tidak begitu suka makan sayur ini. Namun, demi kedua anaknya yang masih harus minum ASI langsung darinya, Anna memakannya.

"Mama." panggil Anna.

Fania yang sedang makan juga dihadapannya menoleh. "Kenapa, An?"

"Nanti liatin Anna lagi ya." Fania tersenyum lalu mengangguk.

Meskipun sudah dua minggu menjadi ibu, Anna masih butuh untuk diawasi dan diajari dalam mengurus kedua anaknya. Apalagi ketika memandikan si kembar.

Oleh karena itu, Naomi atau Fania kadang menginap untuk membantu Anna. Yang pertama kali memandikan Alan dan Alin adalah Naomi. Saat itu Anna hanya memerhatikan dengan seksama cara-cara memandikan mereka.

Hingga saat ini, Anna masih butuh diawasi ketika memandikan si kembar. Padahal Fania sudah bilang kalau cara Anna memandikan kedua anaknya sudah benar.

Adrian muncul dari arah tangga dengan rambut yang basah. Ia mendudukkan tubuhnya di sebelah Anna.

"Alan sama Alin mana?"

"Bobo." kata Adrian kemudian memperhatikan Anna yang sedang makan. Pipinya masih terlihat bulat seperti bakpau.

Anna mengangguk kecil. "Kamu mau makan?" tanyanya.

Adrian mengangguk. "Pake udang aja." kata Adrian.

Wanita itu mengambilkan makanan untuk Adrian. Ia juga memberikan segelas air.

"Ma, rencananya kapan mau balik lagi New York?"

"Minggu depan kayaknya. Anna gapapa kan Mama tinggal?"

Anna mengangguk. "Gapapa kok, Ma."

Langit sudah menggelap. Bulan setengah lingkaran terlihat indah menghiasi langit, meskipun tanpa ada bintang di sisinya.

Wanita yang baru saja official menjadi seorang ibu itu meletakkan Alin di dalam box bayi bernuansa merah muda. Kemudian ia bergeser ke kanan dan melihat anak sulungnya yang sudah terlelap.

Mulai minggu ini, Fania maupun Naomi tidak lagi menemaninya dalam mengurus kedua anaknya. Keduanya sudah kembali ke negara tempat tinggal mereka karena pekerjaan mereka ada di sana.

Anna menghampiri Adrian yang duduk di balkon sambil menatap iPad di tangannya. Wanita itu naik ke atas pangkuan Adrian lalu melingkarkan kakinya dipinggang laki-laki itu.

"Alan sama Alin udah bobo?"

"Udah." kata Anna sambil memeluk erat leher Adrian.

Adrian mengelus pinggang Anna lembut. Ia meletakkan iPad-nya di sebelahnya lalu membalas pelukan Anna.

"An."

"Hemm."

"Mau kayak Alan Alin dong." kata Adrian.

"Maksudnya? Kamu mau dibedong kayak mereka?" Anna menatap Adrian dengan kening berkerut.

Adrian menggeleng lalu tanpa aba-aba meremas payudara Anna membuat air susunya merembes keluar. "Mau susu."

Anna langsung menyingkirkan tangan Adrian dan melihat kausnya yang basah pada bagian depannya. Ia memang tidak memakai bra karena tadi baru selesai menyusui Alin. Niatnya habis ini kembali memakai bra-nya.

"Ih! Adrian! Jadi basah." kesal Anna dengan bibir mengerucut. Ia turun dari pangkuan Adrian lalu masuk ke dalam, berniat mengganti baju.

"Ann, mau nenen jugaa."

Adrian menarik Anna ke arah kasur kemudian membaringkannya. Ia sudah menarik ke atas kaus Anna dan langsung bertemu dengan benda kenyal kesayangannya.

"Dri, punya anak kamu ini." kata Anna tapi tidak melarang Adrian untuk menyusu padanya.

"Aku minta dikit." balas Adrian kemudian meremas keduanya bersamaan membuat air susu Anna menyemprot keras membasahi wajahnya.

"Kalo mau yaudah! Tapi jangan dibuang-buang!" kesal Anna saat melihat Adrian hanya meremas-remasnya.

Adrian langsung memasukkan puting kanan Anna ke dalam mulutnya lalu menyedotnya dengan kencang. Adrian memiringkan tubuh mereka berdua, sehingga kini Adrian persis seperti Alan yang menyusu pada Anna. Anna meletakkan kakinya di atas pinggang Adrian dan Adrian memeluk pinggang Anna erat.

Sejujurnya Anna merasa geli ketika Adrian menyusu padanya. Apalagi laki-laki itu tidak hanya menyusu, tapi juga memainkan putingnya dengan lidahnya.

"Jangan banyak-banyak Adrian." peringat Anna.

Adrian hanya mengangguk. Ia memang tidak berniat benar-benar meminum jatah kedua anaknya. Laki-laki itu hanya ingin mencobanya sedikit dan lebih banyak memainkan payudara Anna yang terasa lebih lembut.

Tanpa sadar keduanya tertidur dengan posisi seperti itu. Adrian yang menyusu pada Anna sambil memeluk pinggang Anna erat dan Anna yang membenamkan wajahnya di rambut Adrian yang wangi.

Pukul satu malam, Anna terbangun karena mendengar suara tangisan bayi. Bangun jam segitu memang sudah biasa ia alami sejak kelahiran si kembar.

Anna menarik putingnya dari mulut Adrian lalu menurunkan kausnya. Ia berjalan ke arah box bayi Alan, kemudian menggendongnya hati-hati.

"Sshh." kata Anna sambil berjalan menjauhi box bayi agar Alin tidak ikut terbangun.

"Kenapa, sayang? Alan laper?" tanya Anna pelan setelah duduk di sofa.

Ia mengeluarkan payudaranya dari kaus lalu menyusui Alan dengan wajah mengantuknya. Telunjuknya mengelus pelan wajah Adrian—Eh, maksudnya Alan. Alisnya seperti Adrian, hidungnya seperti Adrian, bibirnya juga seperti Adrian. Hanya matanya saja yang seperti Anna.

Begitupun dengan Alin, hanya matanya yang sama seperti Anna dan bulu matanya yang begitu lentik.

Tiba-tiba bahu kirinya terasa berat. Anna melirik ke sebelahnya dan menemukan Adrian bersandar pada bahunya sambil memperhatikan Alan.

"Kok bangun?"

"Masa kamu bangun sendiri? Harus aku temenin dong." kata Adrian lalu mengecup pipi Anna dengan cepat.

"Besok kamu kan kerja." bisik Anna yang takut mengganggu Alan.

"Kamu juga kan."

"Aku kerjanya sekarang di rumah, kamu harus ke kantor pagi-pagi. Tidur aja lagi."

Bukannya menurut, Adrian malah menciumi pipi Anna gemas. "Kenapa sih? Biasanya juga aku temenin."

"Ya tapi sekarang beda, kamu udah mulai kerja lagi ke kantor."

"Sut ah. Ini kan mau aku."

Anna berdecak pelan. "Bukan itu masalahnya, kamu tuh susah dibangunin tau ga." kata Anna membuat Adrian memasang cengirannya.

Ketika Adrian ingin membalas lagi, si bungsu, Alin, menangis kencang. Adrian buru-buru menghampiri anak perempuannya itu.

"Sshh, Alin laper juga kayak Kakak ya?" tanya Adrian.

Tentu saja Alin tidak menjawab. Mengangguk atau menggeleng pun tidak. Bayi itu hanya terus menangis dalam gendongan sang ayah.

Ketika sampai di depan Anna, Alan sudah selesai menyusu dan Adrian membantu Anna mengangkat tubuh Alan dan meletakkan Alin dalam pelukan Anna.

"Iya, sayang." kata Anna sambil dengan hati-hati memasukkan putingnya ke dalam mulut Alin.

"Tuh, coba aku ga bangun, pusing kali kamu." kata Adrian setelah meletakkan Alan ke dalam box-nya.

"Iya Papa Adrian, iya." kata Anna dengan nada pelan.

ini begini bentuk box bayinya Alan-Alin ya. tapi lebih tinggi dikit biar sejajar sama kasur Annadrian.

terus,

kan aku bilangnya itu 'rencana' jadi belom tentu jadi bikin yang ketiga... it's just a plan guys:)

Continue Reading

You'll Also Like

2.1M 112K 110
Warning: zona 21+⚠️ [DARK + ROMANCE + THRILLER] Happy Reading♡ Yang plagiat didoakan harimu Senin seumur hidup :p. Ingat karya curian itu tidak berka...
5.8M 309K 73
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
20.6K 3.4K 18
bagi pembaca setia saya, ini lanjutan kisah Anton dan Calisya di Cinta Tanpa Batas yg sudah naik cetak . kali ini kisah Anton dan Calisya setelah me...
1.5M 149K 39
Bianca Dhanakitri tidak banyak bermimpi untuk menemukan pasangan yang sempurna di umurnya yang ketiga puluh empat. Apalagi menjadi pasangan seorang p...