Einstein Student (On Going)

By Virgou_99

160K 29.2K 3.6K

[FOLLOW SEBELUM BACA] Bagaimana rasanya jika kalian sekolah di SMA ternama dunia? Persaingan yang sangat keta... More

Warning⚠️
About EHS
Part1|| Akomodasi💫
Part 2 || Ajudikasi
Part 3|| Eliminasi
Part 4|| Koersi
Part 5|| Konversi
Part 7|| Arbitrase
Part 8|| Displacement
Part 9|| Mediasi
Part 10|| Konsiliasi
Part 11|| Segregasi
Part 12|| Kompromi
Part 13|| Diskriminasi💫
Part 14|| Afeksi💫
Part 15|| Asosiasi💫
Part 16|| Antropologi💫
Part 17|| Retraksi💫
Part 18|| Predisposisi💫
Part 19|| Sedisi💫
Part 20|| Ratifikasi💫
Part 21|| Quasi💫
Part 22|| Koherensi💫
Part 23|| Kontravensi💫
💫💫💫
Part 24|| Represi💫
Part 25|| Mistifikasi💫
Q
Part 26|| Legislasi💫
Part 27|| Legitimasi💫
Info
Part 28|| Askripsi💫
Part 29|| Strukturasi💫
Part 30|| Asumsi💫
Part 31|| Simbolisasi💫
Part 32|| Konfigurasi💫
Part 33|| Improvisasi
Part 34|| Resistensi💫
Part 35|| Regulasi
-
Just read
Part 36|| Klarifikasi💫
Part 37|| Koersif💫
Part 38||Pretensi💫
Part 39|| Revokasi💫
NEWS‼️

Part 6|| Stalemate

4K 671 52
By Virgou_99

"Tidak sepenuhnya benar bahwa kita sendiri yang mempersulit kehidupan. Akan tetapi faktor keadaan juga turut serta dalam menyengsarakan."

Einstein

Disini lagi, di sebuah kelas paling ujung yang terletak pada lantai lima sekolah EHS. Sebuah kelas ber cat putih polos yang tidak ada menarik - menariknya sama sekali. Di belakang kelas hanya terdapat sebuah bola dunia dan lukisan para pahlawan yang berjejer rapi.

Shanz memasuki kelas tersebut yang tampaknya sudah sedikit ramai. Ini adalah hari kedua nya membiasakan diri di kelas baru dan teman - teman sekelas barunya. Akan tetapi Shanz belum mengenal mereka, mungkin hanya Evelin saja karena memang duduk sebangku dengan nya.

"Shit," umpatnya. Seseorang menghalangi jalanya dengan kaki, Shanz menoleh orang tersebut dan ternyata ia adalah laki - laki kemarin yang menantangnya.

"Ngapain lo halangin jalan gue?"  Shanz menendang tulang keringnya hingga membuat laki - laki itu meringis kesakitan.

"Lo nendang tulang kering gue serius gak ngotak banget," teriaknya.

"Payah. Dasar banci."

Singkat, padat dan jelas. Ucapan Shanz barusan membuat lelaki itu menatap tajam ke arahnya. Ia tidak terima dikatakan seperti itu.

"Dasar lu anak tuyol pendek amat," ucapnya sambil mengacak rambut Shanz dan pergi mendahuluinya menuju bangku.

Shanz mempercepat langkahnya, ketika menghampiri bangku lelaki itu ia ingin  hanya mengacak rambut lelaki menyebalkan itu, namun berhubung Xan itu botak, Shanz malah menarik dasi dan baju nya hingga berantakan.

"Woii" teriaknya yang tidak di pedulikan Shanz sama sekali. Gadis itu tetap berjalan menuju bangku nya dengan santai.

"Udah gue rapihkan nih baju malah di acak - acak. Dasar cewek gila!" gerutu nya.

Namun siapa perduli? Shanz memutar kedua bola matanya tanpa merasa iba sedikitpun. Apalagi merasa bersalah. Siapa suruh mencari urusan dengannya, Shanz tidak akan memulai terlebih dahulu jika bukan orang itu yang memulainya. Ibarat sebuah lebah jika disentuh maka akan menyengat, kira - kira seperti itulah Shanz.

Tak lama Evelin datang dengan nafas tidak beraturan, "Gue hampir telat."

"Nah ini satu lagi. Mau ngatain gue apaan lagi hah? Mau ngatain bencong sama gue?"

"Apaan sih lu gue baru datang udah di cerocosin. Btw mulut Lo bau lagi," ucap Evelin yang sontak membuat lelaki itu duduk kembali dan mengecek nafasnya.

"Bohong lu, nafas gue gak bau."

"Serah lu."

Evelin menyalakan saklar kipas angin di kelasnya karena ia cukup gerah setelah berlari menuju gerbang sekolah yang hampir saja akan ditutup. Untungnya satpam nya baik, ia mengizinkan Evelin masuk. Lagipula Evelin telat bersamaan dengan berdering nya bell sekolah, hingga telatnya hanya beberapa detik saja.

Tak lama suasana kelas semakin berisik ketika salah satu diantara mereka mengatakan seorang guru sedang berjalan ke arah kelas Pluto. Mereka sibuk merapikan pakainya dan berpenampilan se rapi mungkin.

Suara sepatu dari luar semakin terdengar mendekat membuat seisi kelas menjadi hening dan menanti - nanti siapa yang akan mengajar mereka dihari pertama belajar.

Tiga detik kemudian seorang guru berkacamata yang terlihat masih muda memasuki kelas dengan langkah lebar. Ia menyimpan dua buah buku paket yang dibawanya ke atas meja dan memperhatikan seisi kelas.

"Yang duduk dibelakang simpan ponselnya!"

"Dasi kamu kurang rapih"

"Rambut kamu kepanjangan"

"Sepatumu kotor"

"Potong kuku nya"

"Kamu bau, gak mandi ya? Tuh jejak iler nya masih ada."

"Astaga apa - apaan memakai lipstik warna merah seperti itu ke sekolah?"

Dan masih banyak lagi kritikannya yang bahkan tidak di sensor sama sekali. Awalnya Shanz mengira bahwa gurunya itu kalem, faktanya jauh diluar dugaan. Terkadang kenyataan tak seindah imajinasi. Ia juga merupakan sasaran sindiran pertamanya, Shanz yang sedang asik - asik bermain puzzle di ponselnya langsung terkejut. Kenapa guru itu bisa tahu? Padahal Shanz duduk di bangku paling belakang. Sedangkan ia di depan kelas dan baru saja datang.

"Bacot amat tuh teacher," bisik Evelin.

Shanz mengangguk setuju dengan ucapan Evelin. Siswa - siswi dikelasnya juga terdengar sedikit berbisik.

"Saya Mr Kevin, guru Sosiologi. Ada yang ingin ditanyakan?" ucapnya usai memperkenalkan dirinya dengan singkat.

Seorang siswi mengangkat tangannya, "Where did you graduate?"

"Stanford University."

"How many years Mr?" tanya siswa lainya.

"24," jawabnya lagi.

Kemudian hening, "Tidak ada yang mau bertanya lagi?" tanya Mr Kevin.

Ketika Mr Kevin hendak berbalik dan menutup sesi tanya jawab tentangnya, Shanz mengangkat tangannya hingga menjadi pusat semua orang.

"Mr apa benar kalau kita menabur ular di sekitaran garam bakal ngusir rumah?"

Krik

Krik

Krik

Hening...

Hahahaha hahahaha hahaha~ Seisi kelas menertawakan pertanyaan Shanz yang terdengar bodoh.

Plak

Evelin memukul lengan Shanz dengan buku tulisnya, "Lo nanya apaan?"

Shanz mengendikan bahu nya dengan acuh, ia masih terdiam menunggu jawaban dari Mr Kevin yang masih cengo menatapnya.

"Hanya murid C'Class yang tahu jawaban atas pertanyaan kamu," jawab Mr Kevin sambil memijat pelipisnya.

C'Class? Crezy Class dong, ok nanti gue tanya ah

"Ok langsung saja kita mulai materi pertama tentang Sosiologi. Sosiologi merupakan salah satu disiplin ilmu dalam kategori ilmu sosial. Kata Sosiologi berasal dari Bahasa Latin yaitu socius yang artinya teman, dan Bahasa Yunani logos yang artinya kata, cerita, berbahasa. Secara sederhana, sosiologi ini diartikan sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat. Penggunaan istilah sosiologi ini pertama kali dicetuskan oleh Auguste Comte dalam bukunya Cours De Philosophie Positive”. Sosiologi kemudian didefinisikan dengan lebih mendalam oleh para ahli."

Mr Kevin menjelaskannya secara rinci tanpa membuka buku sedikitpun.

"Ada yang sudah tahu, siapa saja para Sosiolog terkenal di dunia?" tanya Mr Kevin.

Hampir semua siswa mengangkat tangannya, termasuk Evelin.

"Kamu!" Mr Kevin menunjuk Xan.

"Emile Durkheim." jawab Xan, Mr Kevin mengacungkan jempolnya.

Setelah itu Xan berbalik badan menatap Shanz di belakangnya, "kok Lo gak angkat tangan? Haha gak tau ya, kasihan amat sih. Ingat lho kita saingan," bisiknya namun masih bisa terdengar jelas oleh Shanz.

Shanz bersikap acuh dengan ucapan laki - laki botak di hadapannya. Ia sama sekali tidak tertarik dengan pertanyaan Mr Kevin yang menurutnya sangat bawel itu. Jika awal pertemuan saja sudah tidak ia sukai, maka Shanz tetap tidak akan menyukai guru Sosiologi itu.

Di depan sana, Mr Kevin masih menunjuk beberapa siswa untuk menjawab pertanyaannya.

"Karl Mark," jawab seorang siswi bermata sipit.

"Betul," ucap Mr Kevin.

"Max Weber"

"Wright Mill"

"Peter Berger"

"Auguste Comte"

"Herbet Spencer"

"George Simmel"

"Ferdinand Tonnies"

Dan masih banyak lagi nama - nama Sosiolog dunia yang dijawab oleh siswa - siswi kelas Pluto. Akan tetapi dari semua jawaban itu tidak ada satupun yang Shanz ketahui, semuanya terdengar asing. Tapi kenapa mereka bisa menjawabnya?

Ternyata anggapan bodoh terhadap kelas Pluto nyatanya tidak sepenuhnya benar, setidaknya mereka masih mampu menjawab pertanyaan yang mungkin dianggap sangat mudah bagi kelas - kelas atas lainya. Apalagi kelas Merkurius, para murid Sultan EHS yang hampir seluruhnya bersifat sombong dengan kedudukan dan gelar 'Einstein' nya.

"Leopold Von Wiese" ucap Evelin yang juga ikut menjawab pertanyaan tersebut.

Shanz menoleh ke arahnya, "Lo tau juga?"

"Gue tau karena Leopold asal Jerman," jawabnya.

"Ohh"

Disini dapat di simpulkan, sepertinya hanya Shanz saja yang tidak menjawab. Dan Shanz tahu itu. Tapi kembali lagi pada sifatnya bahwa Shanz tetap menyikapinya dengan 'bodo amat'.

Kemudian mereka kembali memperhatikan Mr Kevin yang sedang menjelaskan para Sosiolog tadi, beserta penjelasan biografi mereka dan juga pendapatnya mengenai isitilah Sosiologi.

Tak lama setelahnya, Mr Kevin mengakhiri KBM. Ia keluar dari kelas Pluto di akhiri dengan sebuah ucapan yang membuat semua murid terkejut, "BESOK ULANGAN."

Speechles

Keributan mulai terdengar kembali, kebanyakan dari mereka tidak setuju dengan keputusan mendadak itu. Baru pertemuan pertama saja sudah mulai ulangan, ini tidak bisa dibenarkan. Tapi begitulah konsekuensi EHS yang tidak dapat dikeluhkan ataupun mendapat protes dari muridnya. Percuma saja jika demo sekalipun. EHS bisa saja membuang murid pembantah, karena masih banyak ribuan siswa-suswi yang mengantri untuk daftar di EHS.

"Kantin kuy," ajak Evelin.

Tanpa menjawab, Shanz berdiri dari duduknya dan pergi ke kantin dengan Evelin. Sedangkan Xan, lelaki botak itu mengejar mereka.

"Eh nama Lo siapa sih?"

"Masih gak tau, oh iya kita belum kenalan dari kemarin," ucap Evelin.

"Nama gue Xan Arquimedes."

"Lo dari Yunani?" tanya Evelin.

"Iya."

"Oh pantesan, gue Evelin Rowland" ucap Evelin.

Xan beralih menatap Shanz yang sedari tadi diam saja tanpa berniat memperkenalkan dirinya. Sepertinya gadis itu sedang memikirkan sesuatu.

"Woi nama Lo siapa?"

"Eh buset Lo hobi banget ngagetin gue. Ngapain Si Botak ada disini?" tanya Shanz sambil menyenggol bahu Evelin di sampingnya.

"Mau kenalan sama Lo," jawab Evelin.

"Emang nama Lo siapa?" tanya Shanz.

"Gue Xan, Lo boleh panggil gue Xan ganteng."

Bughh

"Sa'ae lu pengen dipanggil ganteng. Muka kayak taplak meja aja bangga," Shanz berlalu pergi menuju kantin terlebih dahulu meninggalkan dua orang itu.

"Teman Lo nyebelin banget. Siapa sih namanya?" ucap Xan pada Evelin sambil berjalan menyusul Shanz ke kantin.

"Namanya Shanz Swillman," jawab Evelin.

"Heran gue. Mauan Lo temenan sama dia."

Evelin tertawa kecil menanggapinya.

Continue Reading

You'll Also Like

225K 13.6K 32
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...
2.5M 258K 61
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?
RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.7M 229K 69
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
393K 30.4K 26
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...