SAMUDRA ; My Bad Boy Husband...

Par niscitaay

23.8M 2.2M 454K

[ 🚫 KONTEN HALU TINGGI! GAK SUKA WAJIB JAUH-JAUH! 🚫 ] [ FOLLOW DULU SEBELUM BACA ! ] Best Higgest Rank 1 in... Plus

PROLOG
Samudra Alfa Adison
Arabella Nouis
Rumah baru, Dunia baru
Tempat Istimewa
Jadi organisasi kelas?
Luka dan makian
Pembelajaran Pagi Si Tampan
Belanja Versi Bela
Sebuah Penyesalan
Cuma penasaran
Rumah sakit atau kuburan?
Pilihan yang tepat
Kelakuan gila
Hukuman dadakan
Proses tak meghianati hasil
Belanja Versi Samudra
Situasi Aneh
Bukan tandingannya
Harus mulai terbiasa
Ibu rumah tangga
Kenyataan Sesungguhnya
Mati lampu part satu
MINGGU VIBES
Martabak coklat versi jalanan
Bukan masalah besar
Penyelasan Lagi
Bimbang
Martabak Coklat Versi Bela
QUESTION
Miliknya
Ekspetasi Realita
Perkelahian kecil?
Baikan?
Jealous? No!
🙏🙏🙏
Orang cantik, katanya.
Tamu tak diundang
Bermain versi DraLa
Penyelesaian Bela
Awalan ?
Sweet Feat Mr.Adison
Bastard
🕊 BP 🕊
。 CAST 。
Sweet Feat Nyonya Adison
Official Day
throwback
Quality Time
Budak Cinta?
Sebuah Pengakuan
Jangan Pergi.
Terungkap
Real Official
Menjauh?
night sweet feat hurt nyonya Adison
Kabar Buruk
Kabar Gila
Perlakuan manis
EPILOG
EXTRA PART ✨
DRALA

Sam-nya Bela.

362K 33.9K 14K
Par niscitaay

Sebelum baca, absen kota lahir kaliaaan siniii 👅💜

。。。


Gilang terduduk lesu begitu mayat dengan lapisan kain coklat dihadapannya akan dipindahkan untuk siap dikuburkan.

Maniknya tak berhenti meneteskan air mata walau tepukan dibahunya yang Keyla lakukan terus terasa. Bahkan disaat gadis berkuncir dua itu memeluknya, tangisnya kembali datang dengan maniknya yang tak rela melihat Brian terbaring tak bernyawa dihadapannya.

"Overdosis, Bang. Gue tanya sama rumah sakit yang nanganin kasus dia. Katanya overdosis air putih," jelas Regan.

Gilang menarik tangisnya, mendongakkan kepalanya seraya menatap Regan dengan alis yang bertaut.

"Overdosis air putih?" Ulang Gilang tak percaya.

Regan mengangguk. "Menurut dokter, kondisi yang dialami Bang Brian ini adalah hyper-hydration yang dapat menyebabkan kerusakan di otak karena jumlah senyawa elektrolit di tubuh dia kebanyakan, Bang. Jadi otaknya ikut membengkak, terus jadi kena kejang gitu, dan berakhir meninggal ditempat."

Penjelasan Regan berhasil membuat Gilang menahan nafasnya. Merasa tak percaya dengan pendengarannya barusan. Dan ia juga tak percaya bahwa Brian akan melakukan hal bodoh seperti ini.

Bahkan Keyla yang berada dibelakang Gilang pun melebarkan matanya. Baru tahu bahwa minum air putih berlebih juga bisa mengakibatkan kematian.

"Sama itu Bang," Regan melirik Gilang dengan kode tatapannya, lalu bergantian melirik Keyla yang berada dibelakangnya. "Dikamar dia, ada rekaman yang gue temuin sama anak-anak kemaren. Gue rasa lo harus tau, sama Bang Sam juga." ujar Regan.

Gilang yang faham pun segera bangkit dari duduknya, menatap Keyla yang juga tengah menatapnya.

Pandangan Gilang yang sebelumnya menggelap kini berubah menjadi teduh. Tangannya menjulur untuk mengusap pucuk kepala Keyla.

"Gue pergi sebentar. Lo tunggu sini sampe Bela sama Samudra dateng. Jangan pergi sebelum gue jemput lagi. Ya?"

Dan anggukan kepala lucu pun menjadi jawaban atas perintah menggemaskan itu.

__________


"Keyla!"

Bela sedikit berlari begitu maniknya melihat Keyla tengah duduk diatas motor Gilang. Sepertinya temannya itu malu kalau harus terus berdiri didalam ketika tak ada manusia yang Keyla kenal.

Gadis berkuncir dua itu menoleh, lalu memutar tubuhnya dan melompat turun begitu maniknya menangkap Bela mendekat.

"Lo sama Gilang kesininya?" tanya Bela.

Keyla mengangguk. "Tapi dia pergi sama temennya, gue gak kenal siapa. Udah dari tadi perginya." jelas Keyla.

"Iya, tadi Samudra juga langsung pergi pas dipanggil temen-temennya. Cuma liat Almarhum Brian sebentar." Bela mengubah mimiknya, kembali sedih ketika melihat cowok yang beberapa hari lalu bertemu dengannya kini harus terbaring dengan kain coklat dihadapannya tadi.

Keyla mengangguk kecil, lalu menatap sekitar. "Tapi lo udah sempet ikut doa didalem?"

"Udah tadi bareng Samudra. Kayaknya mereka bakal lama deh, mau tunggu disini aja?" tanya Bela pelan. Keyla mengangguk singkat.

"Gue disuruh Gilang tunggu sini, Bel. Nanti dia nyariin gue," Ucapan pede Keyla berhasil membuat Bela mendengkus malas.

"Lo nyusul kesini atau berangkat kesini bareng Gilang?" tanya Bela penasaran. Baru sadar bahwa Keyla tidak terlalu dekat dengan Brian, jadi agak tidak mungkin kalau sahabat nya ini rela datang sehabis pulang sekolah.

Keyla memajukan bibirnya, "Bareng Gilang."

"Serius, lo? Kok bisa?"

"Gue diparkiran, terus tiba-tiba dia narik gue. Mukanya gak tenang banget, jadi gue gak berani buat nanya dia kenapa. Terus tiba tiba dia bilang sama gue, baper parah Bel, ngalahin Samudra lo," jelas Keyla antusias. Bahkan nada nya terlalu ceria untuk situasi yang sedang genting seperti ini.

Bela memukul lengan Keyla kepo. "Ngomong apa? Buruaaan,"

Keyla tersenyum malu-malu. Sebelah alisnya terangkat. "Ikut gue, ya? Cuma lo yang bisa Key. Cuma lo." Keyla berucap dengan nada dan ekspresi yang sama ketika Gilang mengucapkannya. Membuat Bela mendatarkan wajahnya.

"Baper dimana nya, sih?" ucap Bela heran.

Keyla mendengkus, "Baper dikata selanjutnya," balas Keyla. "Kata Bebeb , cuma gue yang bisa bikin dia tenang. Cuma gue. Gue, Bela. Cuma gue. Keyla Mahendra." Keyla mengguncang tubuh Bela dengan wajahnya yang berseri-seri. Mengingat kembali wajah Gilang ketika berucap seperti itu.

"Key, Key, Key, Key---," Bela menahan tangan Keyla yang masih setia menggoyangkan tubuhnya. Wajahnya ia datarkan, walau senang sahabatnya itu bahagia, namun tetap saja, ketika alay nya kumat Bela terlalu malas meladeninya. "Udah, ish. Ancur kerudung gue!" omel Bela kesal, tapi kalem. Tangannya menarik tangan Keyla, mendorong kecil tubuh sahabatnya itu.

"Lo lupa lagi ada yang belasungkawan? Jangan gitu reaksinya, nanti pada liatin. Gak enak sama keluarga nya." ujar Bela kembali mengingatkan.

"Oiya, lupa gue. Suara gue kenceng banget ya?"

"Ya gak banget. Cuma gak enak aja kalau diliat sama keluarga dia nanti. Kemobil Samudra aja yuk, tunggu disana. Gak jauh dari sini kok, nanti bilang sama Gilang aja. Ayo,"

___________

Kedua manusia yang tengah menatap layar laptop dihadapannya itu terlihat masih fokus menonton sesuatu yang membuat tangan kedua manusia itu mengepal kuat.

Didalam layar, tepat didalam video berdurasi empat puluh menit itu adalah video kejujuran seorang Brian Macilo tentang kehidupan pahitnya. Hidup pahit yang nyatanya dilandasi kepalsuan luar biasa.

Dari awal kena lo semua, kenal lo, Samudra. Kenal lo, Gilang. Gue gak ada niatan buat jadi temen karib lo berdua. Cuma karena gue gak normal, cuma karena gue menjijikan yang bahkan gue aja gak sudi punya perasaan yang ada didalam diri gue.

Gue temenan sama lo semua cuma buat jaga image gue, Nyet. Gue gak mau harus ngurusin perasaan gak normal gue sendirian. Dengan adanya lo berdua, setidaknya ngebantu gue buat meranin cowok normal. Normal.

Setidaknya, satu sekolah tau gue bagian dari kalian. Cowok keren yang susah buat dibenci. Gue sengaja temenan sama kalian buat bangun image itu, Nyet. Dan gue juga gak akan kehilangan sosok cowok yang bener-bener berhasil bikin gue gila tiap harinya.

Dengan temenan sama kalian, gue juga gak perlu ngejauh dari Leon. Dia juga gak perlu tau perasaan menjijikan gue buat dia. Gue sadar, perasaan gue salah. Gue juga jijik, Nyet. Tapi gimana kalau gue aja sama sekali gak bisa ngerespon cewek kalo perasaan gue ngalirnya buat dia terus? Bego, iya. Gue tau.

Satu hal juga buat Bela yang perlu lo tau. Dra, gue rekam video bejat lo sama cewek diclub. Dan karena Bela ngingkarin janjinya sama gue, so im sorry, i send that video to your girlfriend.

Dan hal yang paling bego yang bakalan gue lakuin adalah sekarang. Gue minta maaf, karena sosok Brian yang selama ini lo kenal cuma seseorang yang bahkan sama sekali gak kalian tahu kebenarannya.

Dan untuk Leon. Sorry lo harus denger penuturan cinta gue yang menjijikan tadi. Dan juga makasih, makasih atas respon lo yang berhasil buat gue mau lenyap dari dunia sekarang juga.

for all of you guys, I'm sure you won't regret losing a disgusting friend like me. And thanks, at least my time in this world is a little valuable with you guys. Good bye.

Your jerk friends, Brian Macilo.

Rekaman dengan manusia berwajah lusuh yang selalu berucap dengan terus menerus meminum air putih itu selesai. Disetiap detiknya, tak bisa dipungkiri seberapa besar amarah serta ketidakmampuan untuk membenci yang sekarang tengah menjalar pada otak Samudra.

Bahkan Gilang yang sudah kembali tak kuasa menahan tangisnya itu memilih pergi dari sini. Terlalu terkejut dengan fakta yang baru saja ia dengar. Mungkin bagi Gilang, kabur sementara dari masalah bukan suatu kesalahan untuk saat ini.

Regan menepuk bahu Samudra, kemudia berjalan keluar kamar yang penghuninya sudah tak bernyawa sekarang.

Tanpa izin dari nya, satu bulir air mata jatuh tepat membasahi pipi dan bibirnya yang bergetar. Mau sebenci apapun Samudra dengan Brian, cowok itu pernah menjadi teman 'bangsat'-nya selama ini. Dan sudah terlalu banyak hal dosa yang sering mereka lakukan bersama.

Samudra meremas ujung laptop itu, kepalanya menunduk menahan tangis. Punggungnya bergetar seraya otaknya kembali memutar memori memori menyenangkan dengan sesosok manusia yang barusan ia lihat, tertawa memderita dengan percobaan bunuh dirinya.

"Gue gak tau kalo lo bisa se-goblok ini, Nyet." Ujar Samudra.

Rapuh.

Kehilangan teman nyatanya mampu membuat seorang Samudra Alfa Adison mengeluarkan tangis sesaknya.

_________

Selesai berpamitan kepada keluarga Brian, dengan langkah lesu kini Samudra berjalan kembali menuju mobil nya yang terparkir tak jauh dari halaman rumah.

Terlihat dari luar sosok wanita cantik yang tengah mendongak dengan manik yang terpejam. Wajah tenang nya berhasil membuat senyum kecil muncul diwajah Samudra.

Kenyataan pahit bahwa Bela menutupi soal video tentang dirinya malam itu membuat pandangan sendu Samudra hadir. Nafasnya panas ketika harus membayangkan bagaimana perasaan Bela menyaksikannya, dan bagaimana perasaan Bela ketika harus menahan rasa sakitnya demi hubungan mereka.

Samudra masuk kedalam mobil, kemudian mengambil kuncinya yang berada dipangkuan Bela. Dengan cepat tetapi pelan, Samudra pun menyalakan mobilnya, membawanya pergi jauh dari pekarangan rumah minimalis itu.

Bahkan sekarang maniknya tak melihat Gilang disekitar sana, entahlah, mungkin cowok itu sudah lebih dulu pergi ketimbang dirinya.

Sekitar dua puluh lima menit Samudra mengendarai mobilnya, dengan cekatan kini Samudra memarkirkan mobilnya tepat didalam garasi rumah mereka.

Sehabis mematikan mesinnya, Samudra keluar dari mobil, berputar kemudian membuka pintu mobil Bela.

Tak mau membangunkan wanita itu, dengan sangat lembut Samudra membuka sabuk pengamannya, menyelipkan kedua tangannya dibawah lutut Bela dan tengkuk nya. Hingga seperkian detik tubuh Bela sudah berada dikedua tangannya.

Samudra menendang pintu mobil sampai tertutup, kemudian berjalan masuk kedalam rumah dengan langkah santainya. Seakan tubuh Bela digendongannya hanyalah sebuah beban kecil. Ralat, Bela bukan beban untuknya. Bukan dan tidak akan pernah.

"Baru pulang, Mas? Tumben sore gini baliknya,"

Dari arah dapur terlihat Bi Asti yang tengah memasak, menatapnya bingung dibarengi dengan pertanyaan nya itu.

Samudra mengangguk singkat, "Habis ngelayat temen tadi, Bi. Kita keatas dulu," balasnya. Kemudian kaki beralas kaos kaki putih itu menaiki tangga menuju kamar.

Dengan penuh sayang Samudra menidurkan tubuh Bela begitu masuk kedalam kamar. Menarik jarum petul dibawah dagu Bela pelan sampai kerudung nya terlepas. Samudra mengangkat sebentar kepala Bela, menarik kerudung segi empat dari sekitar kepala wanitanya.

Selesai dengan pekerjaannya, Samudra pun mengecup singkat kening dan kedua pipi Bela. Melihat wajah damai yang masih setia memperdengarkan dengkuran halusnya.

"Maaf," gumam Samudra tepat didepan bibir Bela.

Samudra menarik tubuhnya, kemudian berjalan gontai kedalam kamar mandi.

Membasuh tubuhnya dengan air dingin saat ini adalah hal terbaik yang akan membantu untuk menjernihkan otaknya.

___________

Maniknya mengerjap, menghilangkan sisa kantuk yang masih ingin bersarang dimatanya. Kedua tangannya juga ia pakai untuk merenggangkan tubuh nya yang terasa kaku.

Berhasil membuka matanya secara menyeluruh, Bela pun bangkit dari tidurnya. Duduk diatas kasur sembari menatap seisi kamar.

Alisnya bertaut, seingetnya tadi Bela masih tertidur didalam mobil karena terlalu lama menunggu Samudra kelar dengan urusannya.

Manik Bela membulat begitu melihat jam diatas nakas. Pukul empat sore, dan ia belum melaksanakan solat Ashar. Dasar Samudra, bukannya membangunkannya saja tadi!

Dengan cepat dan sedikit melompat, Bela pun berlari kecil kekamar mandi. Tak mau kehabisan waktu solat Ashar.

Dilain tempat, tepatnya dihalaman rumahnya, disamping tempat yang menyediakan ring basket untuk Samudra latihan, dengan kepala menunduk Samudra memfokuskan pendengarannya pada ponselnya.

Disebrang sana, terdengar jelas suara Gilang dengan nada yang sama sekali tak terdengar bersahabat.

"Lo gak cerita ke gue soal ini, berapa banyak hal yang udah lo tutupin dari gue, Nyet?"

Samudra mendesah pelan. "Lo gak nanya ke gue, Lang." balas Samudra yang memang benar adanya. Terlalu banyak memikirkan Bela, Samudra jadi tak terfikirkan untuk membicarakan masalah Brian kepada Gilang. Tapi mungkin kalau sahabat nya itu bertanya, Samudra dengan senang hati memberitahu.

"Kalo lo temen gue, tanpa gue minta pun harusnya lo cerita. Ini soal Brian, temen gue juga. Gila aja gue baru tau disaat dia----, Argh!"

Bisa Samudra dengar Gilang tengah mengumpat kasar disana. Bahkan mungkin telfonnya sudah tak ada digenggaman cowok itu.

Samudra mematikan panggilan, meremas rambut ikalnya seraya menggigit bibir bawahnya. Nyatanya bukan hanya Gilang yang merasa kehilangan. Tetapi dirinya juga.

"Samudra?"

Panggilan halus yang mampu membuat hatinya melunak tanpa menatap maniknya itu terdengar sangat jelas dikupingnya.

Dengan cepat Samudra mendongak, memutar kepalanya dan menangkap cepat sosok Bela dengan rambut cantiknya yang terurai rapih.

Senyum kecil muncul diwajah Bela, senyuman yang membuat Samudra terpancing untuk ikut menyunggingkan bibirnya.

"Kamu kenapa disini? Udah makan, belum?"

Samudra menggeleng, lalu menyuruh Bela untuk duduk disampingnya. "Sini," pinta nya manja.

Tanpa basa basi Bela pun berjalan dan duduk disamping Samudra. Jari kecilnya kini Bela ulurkan untuk merapihkan rambut Samudra. "Kenapa belum makan? Bi Asti masak banyak tadi aku liat. Tidur aku nya kelamaan, ya? Telat solat juga tadi," ujar Bela tenang. Pandangan nya masih terfokuskan dengan rambut ikal yang masih jemarinya rapihkan.

"Maafin aku," ucap Samudra pelan.

"Huh?" Bela melirik manik Samudra singkat sebelum pandangannya kembali tertuju pada rambut cowok itu.

"Aku ngasih tau aja, bukan berarti marah kok. Gak papa, lagian tadi langsung solat." Jelas Bela lembut. Bela menangkap kata maaf dari Samudra adalah tentang membangunkannya, dan membuatnya telat solat. Namun bukan itu alasan Samudra meminta maaf kepadanya.

"Maafin aku, Bela."

"Gak papa, Samudra. Aku ngomong nya galak banget, ya? Hm?"

Samudra menggeleng lemah, tangannya mengambil tangan Bela yang masih setia berada diatas kepalanya. Mengecupnya pelan seraya menatap manik Bela dalam.

"Sakit, Bel. Aku yang ngelakuinnya aja sakit ngebayangin kamu yang ngeliatnya. Sakit banget, Bel. Maafin aku."

Tubuh Bela menegang. Tanpa berkedip seraya mengucap kata seperti itu bahkan kini manik Samudra terlihat membendung air yang Bela pastikan akan jatuh jika kelopak matanya bergerak.

Dan sekarang Bela tahu kemana ucapan Samudra membawanya.

"Kamu kenapa, Samudra?" Bela mendekatkan wajahnya, ikut menatap manik coklat dihadapannya yang sekarang sudah terpejam.

Pipinya basah, air yang sebelumnya berada dimata Samudra jatuh.

Samudranya, . . . . menangis.

"Hey," Bela melepaskan pagutan tangan mereka, menangkup kedua pipi Samudra lembut.

Tangannya kini mengusap kedua rahang tegas itu, menyuruh si empunya untuk membuka matanya.

"Sayang," panggil Bela halus.

"Liat aku," Bela mengusap pipi Samudra, menghilangkan jejak jatuhnya air mata itu. Bibirnya tertarik keatas, mencoba menenangkan Samudra yang sudah kembali membuka matanya.

"Kamu kenapa? Soal video malam itu, maksud kamu?" tanya Bela.

Samudra mengangguk kaku. "Maaf." Tangannya memegang tangan Bela yang berada dipipinya. Ikut mengelus tangan mulus Bela tanpa menariknya turun dari pipinya.

Bela menggeleng pelan, senyum manis diwajahnya masih tercipta.

"Kesadaran kamu jauh dibawah rata-rata, Samudra. Dan aku hafal banget gimana kamu kalo marah. Fakta kalau kamu datang ke club emang berhasil bikin aku kecewa. Tapi apa yang kamu lakuin disana jauh bikin aku kecewa, Dra. Aku gak akan bohong lagi, aku gak akan pernah bohong ke kamu lagi," ujar Bela dengan suaranya yang tegar.

"Sakit yang aku rasain nyata nya kalah besar sama rasa sakit aku dimana kita kembali ketitik yang bener-bener berhasil bikin aku rapuh, Dra. Aku jauh lebih sakit kalau harus ninggalin kamu. Aku percaya, Emosi sesaat bakalan menghasilkan dampak yang sesat nantinya. Dan aku gak mau, gak mau ngelakuin hal bodoh yang sebelumnya pernah aku lakuin."

"Nyatanya jauh dari rasa kecewa aku waktu itu, sebanding sama apa yang kamu rasain waktu aku bohong ke kamu. Aku juga minta maaf karena nutupin masalah ini. Aku gak mau kamu ribut lagi nantinya, aku gak suka liat kamu berantem."

Bela berucap tanpa mengalihkan pandangannya. Bahkan jemarinya juga tidak berhenti mengelus permukaan kulit halus wajah Samudra.

Masalah apapun yang menimpa mereka, bagi Bela, hal yang paling Bela takutkan adalah ketika harus melihat jarak antara dirinya dan juga Samudra.

Bela benci jarak. Sekecil apapun jarak itu. Karena jarak, adalah awal dari kenyataan pahit yang tak jauh dari kehilangan.

"Mungkin aku belum pernah bilang. Tapi kamu, Samudra, Kamu adalah rasa sakit sekaligus obat yang paling aku suka." ujar Bela pelan. Suara lembut nan menggemaskan itu nyatanya berhasil membuat Samudra terpancing untuk mengecup keningnya. Kecupan singkat yang mampu membuat jantung keduanya bekerja dua kali lipat.

"Makasih. Makasih buat semua debaran yang kamu kasih ke aku, Bel. Bahagia aku lengkap sama kamu." Samudra kembali mengecup kening Bela.

Samudra memindahkan kedua tangannya pada leher Bela, ibu jarinya Samudra kerjakan untuk mengusap kecil bagian pipinya.

"Maaf kamu harus ketemu cowok brengsek kayak aku. Dan aku juga harus minta maaf lagi, karena cowok brengsek ini gak akan pernah lepasin kamu pergi."

Dan didetik berikutnya, penutup manis dengan kedua bibir mereka yang Samudra pertemukan pun terlaksana. Dengan campuran rasa bahagia dan keberuntungan satu sama lain, rasanya jauh lebih manis ketika hisapan serta gigitan kecil mereka lakukan.

Jika bagi wanitanya ia adalah rasa sakit sekaligus obat, maka bagi nya, Bela adalah satu-satunya tempat yang bisa merasakan rasa sakit beserta penawarnya berupa obat dalam bentuk dirinya.

Samudra-nya Bela.

🌙🌙🌙🌙🌙

Part ketiga sebelum EPILOG, SPAM EMOT INI DONG 💜💜💜  ayoo buru permintaan terakhir dipart ini, 🤒😔

Mamoy sayang kalian, makasih yang udah staaay. 🌙💖

Note ;

Buat masalah brian yang soal overdosis air putih itu emang bener adanya ya. Aku cari tau di google dan beberapa cerita dari saudara aku, dan emang itu nyata ada gaes. Jadi emg aku sengaja masukin buat pelajaran juga untuk kalian. Karena emang pada dasarnya sesuatu yang berlebihan itu gak baik. Semua ada dosis nyaa. Okeeeey.

- 3, mamoy.

Follow ig ;

@ samudradison
@ bella.nouis
@ keyladsty
@ safalia_ardinni

ay 🌜

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

2.3M 16.8K 3
⚠️PINDAH KE APLIKASI KUBACA & TIDAK LENGKAP⚠️ [SEBAGIAN PART DIPRIVATE! FOLLOW AKU SUPAYA BISA BACA] NOTE: CERITA PERTAMA AUTHOR. MAAPKAN BILA TERDAP...
4.1M 313K 51
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
20.9M 1.8M 66
"Satu ciuman satu batang rokok deh, gimana?" "Boleh, siapa takut!" [SEGERA TERBIT & PART MASIH LENGKAP] ______________________ Ini bukan cerita tenta...
GIRESHA Par ael

Roman pour Adolescents

150K 25.4K 60
(SELESAI)- Tidak ada yang bisa mengalahkan seorang ketua geng begajulan dan kejam seperti Gibran, kecuali Resha , balita aktif berumur 3 tahun yang s...