sleep boy ·· hueningkai [✓]

By wooyeonz

10.8K 2.2K 69

❝ entahlah, jadwal tidurku sekarang kacau.. ❞ More

[Prolog : Sleep]
01.| Gradulation.
02.| Coffee.
03.| Soulmate.
04.| Neighbor.
05.| Soulmate II.
06.| Night.
07.| Drama.
08.| New Sister.
09.| 20cm.
10.| Wonder.
11.| Begin.
12.| Sorry.
13.| How.
15.| Home.
16.| You.
17.| Guilty.
18.| Down.
19.| Promise.
20.| Without Him?
[Epilog : Awake]
thank you!

14.| Feelling.

256 63 0
By wooyeonz


Kai duduk memandangi Abigail yang sibuk mengemas barang untuk dibawa pulang. "Memangnya ibu dimana?"

"Ibu bilang,ia ada urusan dengan restorannya. Jadi ia memintaku membawa mu pulang. Nanti kak Lea akan datang." Abigail masih melipat selimut coklat,lalu meletakannya ke dalam sebuah tas.

"Ah,infusmu belum dilepas. Aku rasa sebentar lagi." Kai mengangkat tangannya lalu melihat selang yang masih menempel di tangannya.

"Apa jika dilepas rasanya sakit?" Ucap Kai pelan,namun terdengar sampai ke telinga Abigail. "Kau takut?"

Kai tersentak. Ia merasa malu. "Apa itu sakit? Aku agak takut. Ini lucu." Abigail tersenyum. "Semua orang punya rasa takut. Aku rasa tidak akan terlalu sakit."

Kai mengangguk. "Bagaimana denganmu? Apa yang kau takutkan?"

"Aku tidak tau. Eumm.." Dokter membuka pintu ruangan itu. Ia mendekat ke arah Kai. "Aku akan melepas infusnya."

"Baik." Kai lalu memamerkan tangannya ke dokter itu. Abigail tersenyum. Sembari infus dilepas,Kai memejamkan matanya,sesekali meringis kesakitan.

Abigail semakin mengembangkan senyumnya. Pelepasan infus selesai. Dokter itu menjabat tangan Kai lalu pergi.

"Aku akan memberi tau kak Lea." Abigail mengeluarkan ponselnya. Mengetik pesan text kepada Lea lalu memasukan kembali ponselnya.

"Dia bilang sudah di depan." Kai mengangguk. Ia masih mengamati perban di tangannya.

Apa yang membuatnya sangat sakit? Batinnya.

"Apa itu sangat sakit?" Kai mengangguk. "Cukup sakit untukku." Abigail kembali tersenyum. "Kau itu lucu."

Kai mengangkat kepalanya. Ia sebenarnya malu,tetapi ia masih menjunjung tinggi harga dirinya. "Semua orang punya rasa takut. Lagian aku bukan orang kuat."

Lea datang. Kai dan Abigail segera menoleh. "Ayo. Aku sudah mengurus administrasinya. Kau bisa berjalan?"

Kai mengangguk. Ia kemudian turun dari kasur. Lea berjalan di depan,kemudian Kai dibelakangnya. Sementara Abigail berjalan di belakang Kai,dengan alasannya sendiri.

"Hey,cepatlah. Berjalanlah di sebelahku,aku tidak suka dipandangi orang." Protes Kai. Dengan pemandangan Lea di depan,Kai dibelakangnya,dan Abigail dibelakang Kai dengan membawa 2 tas,tentu saja menarik perhatian orang-orang.

Siapa tau salah satu dari mereka mengangap gadis semuda Abigail sudah menjadi asisten pribadi(?)'.

"Aku suka disini. Perhatikan saja jalanmu. Jangan berjalan terlalu dekat dengan dinding."

Kai menaikan alisnya. "Maksudmu?"

"Sudah turuti saja." Seolah tidak mendengar,Kai berjalan semakin dekat dengan dinding. Sementara Lea sudah berada jauh di depan semenjak sebuah panggilan telfon datang di ponselnya.

"Hey! Jangan terlalu dekat dengan dinding!." Kai berhenti melangkah. Ia kemudian berbalik.

"Memangnya kenapa? Itu mauku,kenapa kau mencampuri urusanku?" Abigail menggigit bibirnya. "Tidak bisakah kau menurut?"

"Kau saja tidak mau menurutiku. Kenapa aku harus menurutimu?" Abigail mengerutkan dahinya.

"Apa maumu?"

"Berjalan di sebelahku."

"Tidak akan."

"Baiklah." Kai berbalik lalu kembali berjalan dengan jarak yang sangat dekat dengan dinding. Abigail geram.

"Hentikan itu!"

Kai berbalik."Apa maumu ha?"

Abigail meletakan tasnya di lantai. Ia mengedarkan pandangannya. Memastikan bahwa lorong itu sepi. Ini rumah sakit,ia bisa diomeli jika macam-macam disini.

"Kau mau tau kenapa?"

"Ya."

"Dengar baik-baik. Aku berjalan di belakangmu kenapa? Karna jika kau tertidur secara tiba-tiba  lagi aku bisa menahanmu. Kau tidak akan terbentur ke lantai dan meninggikan bahaya. Lalu kenapa aku melarangmu berjalan terlalu dekat dengan dinding? Jika kau tertidur kepalamu bisa  terbentur kesana. Itu juga berbahaya. Jelas? Kau puas?"

Kai mematung. Apa ia terlalu menyusahkan gadis itu? Ia merasa sangat bersalah. "Kalau begitu biarkan saja aku jatuh. " Kai lalu berlari pergi ke depan.

"Hey! Jangan cepat-cepat!" Abigail susah payah mengejar Kai. Lalu saat sudah semakin dekat Kai tiba-tiba  berhenti tepat di luar rumah sakit.

Abigail berhasil memegang pundak Kai,lalu..

"Hey,kena kau."

Bruk!

Kai kembali kambuh. Pria itu jatuh menimpa Abigail sebagai kasurnya. Abigail berusaha berdiri,lalu menepuk-nepuk pipi Kai.

"Astaga! Kai?! Kau tertidur lagi?! Apa kau tidak apa-apa?!" Gadis itu kemudian meletakan tubuh Kai di  punggungnya lalu membawa  Kai masuk ke mobil.

Lea datang,ia melihat Abigail dengan nafas terburu-buru. "Maaf temanku meminta bantuan. Ada apa denganmu?"
Abigail tak menjawab. Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya laku ikut masuk ke dalam mobil.

━─ೋ❈ೋ─━

Kai membuka kembali matanya. Ia mengucek matanya lalu duduk. Ia memperhatikan sekitar,sampai matanya terhenti kala melihat  Abigail yang tertidur di sofa kecil.

Pria itu merasa bersalah. Ia menunduk. Rasa bersalahnya membuat ia mengutuki dirinya sendiri.

"Kau sudah bangun? Syukurlah. Aku akan ke kamar." Kai mengangkat kepalanya. Memperhatikan Abigail yang berjalan keluar kamarnya.

Kai turun dari kasurnya. Ia berjalan ke wastafel,lalu membasuh mukanya. Pria itu menatap cermin yang ada di depan wajahnya.

"Ck. Menyebalkan. " ia memandangi pantulan wajahnya lamat-lamat. Lalu terdengar suara ketukan pintu. Ia segera pergi ke arah suara berasal.

Pria itu membuka pintunya.
"Kau mau kopi?"

"Tidak." Abigail mengangguk. Ia kemudian berjalan pergi. Kai menutup pintu kamarnya kembali.

Disambarnya jaket hoodie berwarna abu-abu gelap,ia berjalan mendekati meja belajarnya,meraih sebuah botol kecil berisi beberapa pil,lalu memasukan botol itu ke dalam saku.

Pria itu kemudian berjalan keluar rumahnya,"Kau mau kemana?" Tanya Ibunya yang baru saja melihat dirinya lewat. "Hanya kedepan."

"Ajak adikmu. Ibu takut-"

"Aku hanya ke teras sebentar. Tidak akan lama. Lagipula aku baik-baik saja." Kai lalu segera berjalan pergi.

Satu-persatu ia tapakkan kakinya mengijaki beton keras. Ia berjalan sepanjang jalan.

Pria itu menunduk. Merasa merugikan orang lain karena penyakitnya. Sesekali menghela nafas panjang.

"Oh,Kai." Kai berhenti melangkah. Ia mengangkat kepalanya,lalu memandangi Taehyun yang berjalan mendekat. "Apa yang kau lakukan malam-malam begini?"

"Hanya..." Taehyun tersenyum. "Kapan kau pergi ke sekolah?"

"Entahlah,mungkin besok. Apa ujian sudah dimulai?" Taehyun menggeleng. "Belum. Ini hari sabtu kau ingat?"

"Aku lupa Taehyun,aku lupa akan semuanya. Siapa diriku, kenapa, bagaimana ini semua terjadi aku tidak tau dan tidak ingin tau. "

"Apa aku ini menyusahkan? Apa aku merepoti orang lain?" Tanya Kai. Tangannya terus menggenggam botol yang ada di sakunya.

"Kau merasa begitu?" Tanya Taehyun pelan. Ia kemudian duduk di atas beton kotor. "Aku lelah. Duduklah. Tidak ada kursi disini."

Kai menurut,ia kemudian duduk di deoan Taehyun. "Dengar,aku kira kau lebih dewasa dariku. Kau sendiri yang mengatakannya. Tidak semua orang itu sempurna dan bisa berdiri sendiri,Kai. Terkadang kita harus menyerah sesekali,bukan berkali-kali..."

Kai mendengarkan dengan seksama.
"Aku tidak tau aku benar atau salah,tapi aku rasa orang itu tulus mau membantumu. Aku tau apa yang kau maksud. 10 tahun,apakah itu kurang?"

Kai masih diam. Taehyun yang masih berseragam sekolah itu berdiri. "Aku baru saja pulang sekolah. Aku harus bergegas kerumah. Ibuku akan memarahiku. Cepatlah pulang."

Kai hanya berdehem. Taehyun lalu pergi meninggalkan Kai di bawah sinar bulan yang redup. Pertanyaan apa aku ini menyusahkan orang,apa aku ini membuat orang lain merasa terbebani,apakah aku ini sebuah beban, masih terngiang di pikirannya.

Tangannya semakin erat memegangi botol itu. Ia mengeluarkan botol itu dengan cepat dan membuangnya asal hingga terbentur ke sebuah pohon dan pecah. Isi botol itu berhamburan.

Seperti yang pernah terjadi,tangannya mati rasa. Ia mulai mengutuki dirinya lagi hingga ia pun tertidur dan hampir jatuh,jika tidak ada dua tangan yang kuat yang telah menahan punggungnya.

━─ೋ❈ೋ─━

"Kemana dia?" Tanya Abigail saat melihat Kai yang berjalan pergi. "Katanya akan keteras sebentar." Abigail mengangguk.

"Abigail," Abigail menoleh. "Um,ya?"

"Kapan kau pulang? Ibu tau pasti mereka menunggu." Abigail menunduk. "Entahlah,aku belum siap."

Ibu Kai meletakan tangannya di atas pundah Abigail. "Berkunjunglah besok,setidaknya ibumu tau kau baik-baik saja."

"Baiklah. Aku akan menyusul Kai."

Abigail lalu berjalan keluar. Ia mengedarkan pandangannya ke segala penjuru. Tidak ada Kai. Abigail pun mendengus kesal. "Kalau terjadi apa-apa padanya bagaimana? Dia selalu saja tidak memikirkan dirinya sendiri." Abigail kemudian berjalan tak tentu arah,hanya mengikuti sebuah jalan kecil.

Langkah demi langkah ia susuri. Matanya sembari melihat kesana kemari mencari sesosok Kai.

Setelah cukup jauh melangkah,ia melihat 2 orang remaja duduk di atas sebuah lantai beton yang cukup dingin.

Ia berhenti melangkah. Gadis itu tidak ingin mengganggu percakapan itu. Tak lama,salah satu dari mereka pun berdiri. Lalu berjalan pergi.

Abigail kembali mendekati pria itu.
Tar!

Pandangan Abigail segera tertuju pada kepingan kaca yang sudah hancur di bawah sebuah pohon. Ia kembali melihat ke arah pria itu. Tubuh pria itu mulai lengah,Abigail segera berlari dan menempelkan kedua telapak tangannya ke punggung pria itu.

"Hueningkai!! Kau tertidur?!! Hey bangunlah! Hueningkai?!" Abigail lalu meletakan tubuh Kai dengan hati-hati. Ia kemudian mendekati pecahan kaca tadi.

Satu persatu pil itu ia pungut dengan hati-hati sembari sesekali meniupnya agar kotoran yang menempel pergi. Ia mengeluarkan sebuah tisu dari sakunya lalu meletakan pil itu disitu. Melipatnya dan memasukkannya ke dalam saku.

Gadis itu kembali mendekat ke arah Kai. Ia masih bingung bagaimana membawanya pulang. Dirinya tidak akan sekuat itu menggendongnya.

Setelah mengingat sesuatu,Abigail segera mengeluarkan ponselnya. Lalu memesan sebuah taksi online. Di saat malam seperti ini,mencari taksi online yang masih bekerja sangatlah jarang.

Tak lama sebuah taksi pun datang. Abigail membopong Kai dibantu sang supir. Gadis itu lalu membawa Kai pulang.

━─ೋ❈ೋ─━

-Kai Kamal Huening-

Continue Reading

You'll Also Like

41.8K 4.2K 100
Bercerita tentang sebuah grup baru yaitu GOLDEN CHILD. Sebelas anak laki - laki yang meraih mimpinya sebagai grup idola. Cerita ini terinspirasi dari...
320 50 9
Petualangan pencarian yang dilakukan oleh 7 manusia normal yang tersisa dalam menyelamatkan kota mereka tinggal. Mereka harus berjelajah ke sebuah pu...
2.2K 846 18
Jika ditanya, apakah Nadela menikmati kehidupannya dengan kedua kakak laki-lakinya itu. Sudah pasti jawabannya berubah-ubah, sebab terkadang ia meras...
230K 34.4K 62
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...