Move On (END)

By Mariasofiaservina

2.1K 1K 887

Jangan lupa vote-komen dong! 📝Rank #1 Ocehan [5 September 2020] #3 Syira [5 September 2020] #6 Versus [4 Sep... More

Prolog
1). Welcome!!!
2). Diagram Rasa
3). Ukiran Pena
4). Ice Cream Chocolate
5). Piter's Relation
6). Garing
7). Pembayaran Piutang
8). Viral!!!
9). Sejarah Pembantaian Tiang Bendera
10). Kemah Semalaman
11). Dislike You!
12). Happy Anniversary 15 Day's
13). Masalah Neuson
14). 27 Angka Putus
15). Sakit!
16). Reason?
17). Jebakan Mata#
18). Hanya Bola mata?
19). Balik!
20). 'Close Eye'
21). Jodoh Dadakan!
22). Perfect!
23). Kita dijodohin!
24). Keluarnya Neuson!
25). Nyaman
CAST FROM MOVE ON
26). Tumpukan Buku📚
27). Badmood!
28). Gue•
29). Satu Permintaan!
30). Celengan Hutang
31). Hiruk-Pikuk Pasar😷
32). Neuson jahat !
33). Agen Mata-Mata
34). Piter it save
35). Perihal Luka--
36). Ajari Aku Caranya Lupa
37). Diantara Hiasan Cincin
38). Study Together Piter
39). Seleksi Olimpiade Ekonomi days 1
41). Pengumuman Kelulusan
42). Melandanya Peristiwa Kecelakaan
43). Sebuah Ungkapan Kejujuran
44). Pria Ber-Hoddie Hitam
45). Perawat Tampan
46). He Is........ (Papi)
47). Terbongkarnya Rahasia G.C
48). Bubarnya STARLIGHT
49). Ada Apa Dengan Mars&Jupiter?
50). Semua Ini Salah 'SYIRA'
51). Sahabat Baru
52). Carla Itu Siapa?
53). Salam Perdamaian!
54). BULLYING from Beautiful
55). Akhir Perjanjian

40). Seleksi Olimpiade Ekonomi days 2

20 14 4
By Mariasofiaservina

Aku mulai menyukai caramu mempermainkan ku, berpura-pura cinta padahal sudah mendua.

****

Happy Reading!

👀

             👀

"Apa maksud Lo ngomong kayak gitu?"

Neuson sedikit kaget dengan mulutnya yang terlalu kuat dalam hal jujur, ia kembali meluncurkan kebingungan sembari menilik Ira dengan lekat.

"Gue tahu kalau Lo pasti masih cinta sama gue. Makasih, gue seneng dengernya." Reaksi wajah Ira berubah sempurna, kali ini dirinya lebih semakin bahagia.

"Lo bisa ulangi lagi perkataan yang tadi," pinta Ira yang tak puas mendengar pernyataan tak sengaja dari Neuson.

Pria ini mulai membuka mulut, sepertinya ia ingin jujur sekarang. Yah, jujur adalah hal terbaik. Saatnya, Neuson membuka semua rahasianya dan jujur kepada Ira bahwa ia masih sangat mencintainya.

"Gue masih....." henti Neuson.

"Pergi yuk! Kita harus ke perpustakaan sekarang juga!"

Tiba-tiba datanglah sesosok pengacau yang membuat Ira geram tak terkontrol. Kedatangan pria ini membuat perkataan Neuson menjadi terhenti dan tak ia lanjutkan lagi.

"Ah, sial! Ganggu aja! Pergi sono!" Omel Ira yang emosinya sudah meledak-ledak, namun Piter terus bersikap keras dan menarik Ira dari peraduannya. Secara terpaksa, Ira pun meninggalkan Neuson yang belum sempat bercakap.

"Enggak mau, Piter ih! Ira masih pengen sama Neuson. Barusan Neuson pengen bilang cinta ke Ira. Lepasin! Lepasin Ira!" Jeritnya sepercis wanita gila yang belum lama keluar dari rumah sakit, namun teriakannya segera berhenti karena sekarang mereka sudah sampai di perpustakaan. Ingat, jika diperpus harap diamkan ocehanmu!

Piter langsung melepas tangan Ira. Pria ini berpura-pura sok sibuk mencari buku panduan olimpiade, tanpa sadar akan hal yang sudah ia lakukan tadi. Tingkah yang sangat menjengkelkan!

"Dasar cowok kasar! Gak peka banget apa sama hal yang udah Lo lakuin tadi?" Greget Ira merasa tak dihargai oleh Piter, ia mendekati pria ini dan membanting sebuah buku.

"Buku sumber ilmu. Jangan dibanting!" Sarannya datar tanpa tau bahwa gadis disebelahnya sedang marah.

Ira mulai mengikuti pergerakan Piter yang sudah duduk di atas kursi.

"Piter!"

"Apa?" Balasnya ketus.

"Harusnya Lo gak bawa gue pergi dari sana, sebenarnya Neuson pengen ngajak gue balikan. Dia bilang masih cinta sama gue," jelas Ira dengan wajah cemberutnya.

"Trus.....?" responnya singkat.

"Gue ngomong panjang lebar dan Lo cuman ngerespon 'trus...'. " Geram Ira sambil menyunggingkan bibirnya.

Piter masih sibuk dengan buku bacaannya, ia sama sekali belum menilik Ira.

"Ira boleh kan balikan lagi sama Neuson?"

Piter membuka sempurna, matanya terpelonjat kaget dengan detakan emosi yang cepat.

BRAKK...

Seketika itu Piter memukul meja, tanpa rasa sakit sedikit pun. Mendengar nama balikan membuatnya geram dan tak ikhlas.

"Besok final kejuaraan. Dan sekarang Lo masih bisa-bisanya mikirin buat balikan sama Neuson? Pernah mikir gak sih? Neuson pengen balikan sama Lo karena apa? Sebuah keuntungan atau hanya untuk menjatuhkan Lo di olimpiade besok? Otak Lo mikir gak sampai ke situ?" Desis Piter tajam menjerit sekeras mungkin, membuat gendang telinga Ira hampir pecah.

Ira hanya geleng-geleng dan terdiam membisu.

"Yaudah, mending Lo bantuin gue ngumpulin buku buat Lo belajar lagi. Ingat, jangan terkecoh oleh rayuan mujarab Neuson. Bisa jadi ini adalah salah satu cara dari Neuson buat ngalahin Lo di olimpiade Ekonomi besok."

Ira mengangguk paham lalu tubuhnya langsung bangkit berdiri mengikuti Piter. Keduanya langsung mengumpulkan buku dalam jumlah makro.

*
       *
               *

Sepulangnya dari perpus, Piter tak sengaja menatap kehadiran Neuson. Melihat hal itu, ia sedikit curiga dan akhirnya mengajak Ira untuk mencari tahu.

"Bulan!" Dari seberang sana, Piter meruah ke arah gadis cermin yang sedang berjalan sambil berdandan.

"Ada perlu apa?" Tanya Bulan dengan kata ketus, masih tetap fokus menatap cermin. "Bawakan buku ini ke kelas Ira. Gue sama Ira punya urusan." Jelas Piter yang langsung dituruti oleh Bulan. Tumben sekali wanita ini mendadak baik dan tidak membantah. "Ah, dasar bucin! Palingan pengen romantisan, giliran punya pacar aja gue ditinggalin kayak sampah." Gerutu Bulan mencoba menyenangkan dirinya sendiri.

Kini, mereka sudah sampai di tempat peraduan Neuson. Dengan sengaja, Piter dan Ira ingin mendengar pembicaraan antara Tania dan Neuson.

"Gimana? Ira udah mundur dari olimpiade?" Tanya Tania tak sabar mendengar jawaban baik yang mengatakan jika Ira akan segera mundur. Neuson hanya geleng-geleng, menandakan bahwa jawabannya adalah 'belum'.

"Kenapa bisa? Bukannya Lo udah pakai cara gue supaya Ira luluh sama Lo. Neuson, Lo udah bilang suka kan sama dia? Dan hanya dengan itu, kita bisa buat dia mundur dari seleksi." Singkap Tania dengan picik.

BUGH.

Dengan emosi penuh, Ira langsung menghampiri mereka sembari memukul keras pintu ruangan kelas XI.IPS 3 itu.

"Dasar manusia tak punya hati!" Teriak Ira sekencang-kencangnya dan sekuat-kuatnya.

Tania dan Neuson menatap kaget.

"Ra, gue bisa jelasin!" Neuson masih berlakon manis, padahal sudah jelas-jelas ia mendua dan tidak mungkin akan berbalik lagi ke dalam pelukan Ira.

"Gak usah. Nyesel gue masih cinta sama Lo. Ternyata gini ya cara Lo mempermainkan gue, dengan cara pura-pura cinta padahal Lo terus mendua dibelakang sana." Tangkap Ira cermat. "Bagus! Dengan begini, gue semakin antusias untuk mengalahkan Lo besok." Pungkasnya lalu pergi dan menghilang begitu saja.

Piter pun ikut pergi, meninggalkan dua manusia licik yang sedang berdiri mematung.

Neuson terlihat sedih, sebenarnya apa yang ia katakan tadi adalah kebenaran namun Tania mengacaukan segalanya. Lagi-lagi salah paham dan kekeliruan harus hadir diantara mereka.

=   =

        =   =

                   = =

Keesokan harinya.

Detik ini juga adalah hari yang paling menegangkan sekaligus hari yang akan menghadapkan para remaja Sinota pada perang dingin.

Seluruh peserta olimpiade khusus pembelajaran Ekonomi sudah berkumpul di aula, sebelum memulai pertandingan otak mereka diberikan nomor peserta sekaligus switter hitam untuk dikenakan. Maklum, pesertanya kali ini hanya lima orang.

"Baiklah anak-anak. Sekarang kita akan langsung memulai seleksi olimpiade Ekonomi hari kedua. Peraturannya sedikit berbeda karena sistem seleksi akan diubah bukan secara lisan. Pertama, peserta seleksi wajib mengerjakan soal secara tulisan sebanyak 100 soal dalam waktu 120 menit. Kedua, jawaban benar mendapat poin plus satu sedangkan jawaban salah akan diberi minus satu. Dan yang terakhir, siswa yang memperoleh angka tertinggi dialah yang akan mewakili olimpiade Nasional yang akan diumumkan besok."

Lima orang peserta seleksi mendengarkannya dengan detail, kecuali Syira yang mulai memetikkan jemari di meja, sedikit tak yakin dengan kemampuannya hari ini.

Bu Alice telah selesai membagikan soal. Dan sekarang waktunya untuk bekerja!

Teng... Teng....

Mereka mulai berpikir, ada yang mengerjakan soal logika terlebih dulu dan ada juga yang lebih memilih berhadapan dengan hitungan.

Ira lebih memilih bermain dengan hitungan terlebih dulu, karena baginya menghitung membutuhkan waktu yang lama. Jadi dirinya ingin menghabiskan waktu awal untuk menghitung, sebelum otaknya menjadi blank.

***

Sementara dari seberang sana, Piter mulai khawatir lagi. Ia sedikit cemas dengan anak didiknya itu yang kadang bisa menciptakan lamunan atau bahkan menjadi tak bisa diandalkan.

"Syira, semoga Lo bisa! Jangan sampai kalah deh sama Neuson." Cemas Piter sambil menggenggam tangannya sendiri dalam ikatan gemetaran.

"Tenang aja, sahabat gue pintarnya gak kalah sama IQ Mr.Been." Suara ini membuat Piter keheranan, siapa wanita aneh yang memercikinya dengan perkataan itu? Oh ternyata dan ternyata, hanyalah sesosok wanita yang sedang sibuk berkaca-kaca sambil mengoleskan pondation-nya.

Piter menilik datar.

"Gue nggak minta pendapat maupun krisan dari E-Lo. Lagian ngapain Lo duduk merapat dekat gue? Disana masih banyak bangku kosong kalik," sinis Piter sambil geleng-geleng namun Bulan hanya menatap cermin tanpa menghiraukan umpatannya.

"Cihh, gue dikacangin sama semesta." Umpatnya lagi yang kini Piter tujukan untuk dirinya sendiri. Bulan mulai menghentikan aktivitas mengaca, ia membalas omongan Piter. "Sayangnya Lo lebih kejam daripada semesta. Harusnya Lo terimakasih sama gue karena dari sekian banyaknya pemberontak yang tidak mersetui hubungan Lo sama Ira. Gue termasuk ke dalam pendukung," balas Bulan menghanyutkan suasana umpatan Piter.

"Yaudah, lain kali Lo gue jadiin sebagai media dalam menyatukan hubungan gue sama Ira."

Bulan menyodorkan telapak tangannya.

"Boleh, tapi mana mulusnya?"

"Ada, gue kasih Lo si Mars plus uangnya dari luar angkasa." Sahut Piter sambil mempermainkan candaannya.

"Gue gak suka sama Mars," Jelas Bulan singkap jujur.

"Kasian dia! Gara-gara pengen dapetin Lo, dia harus berjuang mati-matian buat pintar." Bujuk Piter mencoba melunakkan hati Bulan.

"Eh begok! Gue udah kenyang sama sahabat-sahabat Lo yang sering menyakiti dan memberi harapan palsu."

Seperti letusan gunung api, Piter terkejut dan bingung dengan perkataan Bulan. Memangnya, sahabatnya yang mana yang sudah membuat Bulan merasa sakit hati?

"Aneh Lo. Emangnya Lo pernah pacaran sama sahabat gue? Yang mana? Se-tau gue, sahabat gue cuman Mars, Jupiter dan Neuson alias mantan sahabat." Bulan hanya terdiam mendengar ujaran Piter. "Itu, bukan apa-apa. Gue cuman replax salah ngomong." Jelasnya seraya mencucurkan keringat dipelipis, Bulan mencoba untuk menghindar dari topik pembicaraan. Sebenarnya apa rahasia Bulan?

"Dasar gadis cermin!"

***

Teng... Teng

Bel telah berbunyi kembali, tandanya waktu telah selesai untuk mengerjakan soal. Mereka mulai berhamburan untuk pergi mengumpulkan soal, kecuali Ira dan Neuson yang masih sibuk memikirkan jawaban pada nomor yang sama.

Tak lama kemudian, dua orang ini pun ikut beranjak dari kursi olimpiade.

"Jangan mimpi untuk menang!" Neuson berjalan disamping Ira sambil mencercanya lagi, tak terima dengan perkataan itu Ira pun ikut meniliknya. "Bermimpi untuk menjadi pemenang bukanlah kesalahan. Tapi berusaha untuk menang, itulah yang harus Lo ketahui dari gue." Balas Ira tajam.

"Syira dan Neuson, cepat kembalikan soal dan jawaban kalian!" Perintah Bu Alice.

Kini, mereka berdua telah mengumpulkan soal pada meja yang sama dan tinggal menunggu pengumuman besok.

Seluruh siswa dan penonton meninggalkan aula, kecuali dewan guru.

Kebetulan Nera dan Narisma tak bisa berlama-lama disana, jadi mereka hanya berpamitan singkat tanpa harus bercakap panjang kali lebar.

Dan kali ini juga, Piter dan Bulan langsung menghampiri Syira.

"Santai aja. Gue yakin Lo pasti menang!" Semangat Piter untuk Ira sembari menepuk pundaknya dengan sentuhan agak keras.

"Apaan sih?" Ucap Ira malu-malu mendengar perkataan Piter yang dianggapnya sebagai sebuah pujian.

"Gimana rasanya olimpiade, Ra? Gue tau, ini kan hal perdana yang pernah Lo lakuin." Terkam Bulan yang ikut-ikutan meng-kepoin.

"Yah, lumayan tegang Lan."

Tiba-tiba Piter menengahi kedekatan Ira dan Bulan, ia langsung menyambar untuk bisa berdiri didekat Ira. Lelaki ini mendongrak tubuh Bulan untuk beranjak dari perdaduannya yang tadi sempat berada disamping Ira.

"Dasar cowok kasar! Kalau pengen dekatan sama Ira, gak usah pakai acara dorong gue segala kalik." Omel Bulan serasa ingin melempar muka tampan Piter dengan cermin. Mentang-mentang tubuhnya tinggi sekaligus kekar seperti petinju, ia jadi seenaknya dengan kaum lemah tapi jangan lupa ya Bulan selalu terlihat cantik.

"Pergi sana main sama Tornado sama Asep. Jangan disini jadi obat nyamuk!" Suruh Piter dengan suara lantang dan tatapan mata yang memberi kode keras.

"Udah jadian kalian?"

"Enggak," elak Ira dengan jeritan kerasnya, sama sekali dirinya tidak akan jatuh cinta pada sosok Mr.Jhonson. Ingat tidak akan! Karena Ira hanya mencintai Neuson dan tidak akan pernah move on. "Ah, dasar Syira bodoh!" Batin Piter mengumpat wanita itu, berapa kali sudah dikatakan bahwa Neuson sudah menyakitinya berkali-kali. Dan mengapa dirinya tak pernah bisa untuk move on?

Piter hanya menatap lesu melihat kepergian Bulan. Dan sekarang energinya untuk bahagia sudah sedikit memudar, ternyata move on dari Aster adalah salah dan mencintai pribadi baru juga menjadi tangtangan sendiri untuk dirinya.

"Piter marahkah sama Ira?" Tanya Ira dengan mata memelas sambil memutar jemari karena takut dengan sosok Piter yang berwajah sadis, bermuka jutek sekaligus bertubuh sedikit kekar namun sixpack.

"Enggak," sahutnya tanpa menoleh, sangat jutek!

"Biasanya tidak seperti itu. Ketahuan pasti marah. Ira punya salah apa?" Belitnya seolah tak dapat menerka, Ira anda sungguh salah karena selalu mencintai mantan tanpa peka dengan perasaan seseorang disebelahmu. Yah dia, Mr. Jhonson. "Dasar tidak peka! Gak bisa liat apa kalau gue selalu marah tiap kali dia bilang 'belum move on dari Neuson'. Hati nih cewek terbuat dari apa sih? Baik banget. Udah jelas-jelas disakitin Neuson, masih aja lengket pengen ngejar tuh cowok brengsek." Batin Piter menilik sedikit-sedikit ke arah Ira.

"Piter!"

Kali ini Ira memukul pipi tembem Piter dengan keras.

"Apaan?" Jawabnya ketus lagi.

"Maaf, bilang dong Ira salah apa?" Tanya Ira sedikit dimanja-manjakan. Muka imutnya mulai bereaksi pada hati Piter.

"Ira salah apa? Ira salah apa? Ira salah apa? Cepatan ngomong kek!"

"Ira salah apa Piter? Salahnya ap......?" Mulutnya Ira menjadi membisu dengan perkataannya yang terpotong.

"Salah Lo adalah selalu mencintai Neuson. Puas Lo?" Sergah Piter mengagetkan Ira, gadis ini sangat tertohok mendengar hal itu.

"Itu namanya bukan kesalahan," jawab Ira.

"Yah terserahlah,"

Kemudian, Piter pun meninggalkan Ira disana sendirian. Menghadapi gadis ini memang butuh kesabaran extra. Dan semua orang juga yakin jika pria tegar seperti Piter akan mampu meruntuhkan masa lalu dari Syira.

Kini, Ira hanya menatap lekat tulang punggung Piter yang menghilang sambil menyunggingkan bibir kekesalannya.

*

       *

#Mendapatkan tak semudah menaklukkan. Meski harus tersontang sekalipun, aku tak peduli yang penting aku bisa membawa mu pergi dari bayang-bayang masa lalu. (Piter Jhonson Lane)

Bersambung.....



















#Chapter Empat Puluh

HAI! KIRA-KIRA SYIRA BAKALAN MENANG GAK DI OLIMPIADE EKONOMI! ATAU MALAH SI PANGERAN EKONOMI YANG MENANG?

PERNAH DENGER SIH SAMA KATA-KATA 'TAK ADA HAL YANG TIDAK MUNGKIN DIDUNIA INI JIKA KITA MAU MEMULAINYA DENGAN USAHA'?

JADI, IRA MENANG ATAU KALAH NIH?

YAUDAH, LANJUT YUK KE NEXT CHAPTER!

EITZZZ, JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENTAR YAH!







Salam,

Maria Sofia Servina

Continue Reading

You'll Also Like

5.5M 237K 56
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
2.1K 361 15
❝Bagaimana kalau suatu hari aku membuktikan bahwa impian tidak harus selalu dikejar?❞ SERUNAI, Boygrup baru yang dibentuk dari acara survival Reachin...
2.1M 126K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
2.2K 481 13
___________________________ In the process of revision __________________________ ◍ After he left me ๑ Jisung ๑ ⁠❛❛ Mengkisahkan cinta sejati yang...