Mr Duren And Silent Girl - END

Door _jeisa_

1.7M 106K 9K

⚠follow dulu akun ini sebelum baca⚠ _________________________________________ Pricillia adalah seorang gadis... Meer

Prolog
Perkenalan Cast
MDSG part 1
MDSG part 2
MDSG part 3
MDSG part 4
MDSG part 5
MDSG part 7
MDSG part 8
MDSG part 9
MDSG part 10
MDSG part 11
MDSG part 12
MDSG part 13
MDSG part 14
MDSG part 15
MDSG part 16
MDSG part 17
MDSG part 18
MDSG part 19
MDSG part 20
MDSG part 21
MDSG part 22
MDSG part 23
MDSG part 24
MDSG part 25
MDSG part 26
MDSG part 27
MDSG part 28
MDSG part 29
MDSG part 30
MDSG part 31
Info✨
MDSG part 32
MDSG part 33
MDSG part 34
Epilog
Info 2✨
Ekstra Part

MDSG part 6

47.9K 3.4K 662
Door _jeisa_

_________________
Don't be siders!!
Plagiats jauh-jauh!!!
_________________

Hola good people!😊

Terima kasih banyak buat kalian yang udah mampir ke lapak ini ya. Dan jangan lupa tinggalkan jejak kalian oke oke?

Happy reading!

🌸🌸🌸

"Widih! Sketsa lu bagus banget dah, Sil!" puji Brigitta pada tugas print out sketsa bangunan buatan Pricil. 

Pricil hanya tersenyum kecil mendengarnya. Sekarang ini, gadis berkacamata itu sedang bersama dengan dua sahabatnya didalam kelas menunggu dosen mereka datang. 

"Nih punya gue juga gak kalah bagus kali," pamer Jenita tak mau kalah seraya mengangkat print out sketsanya tepat ke depan wajah Brigitta dan Pricil.

"Dih, udah gue liat juga tadi! Tapi dibanding punya elu, masih punyanya Pricil lebih mantul!" komen Brigitta.

"Terus punya elu mana coba? Hoo hoo!" tagih Jenita.

Brigitta spontan menyunggingkan senyumannya. Gadis berambut pirang itu kemudian mengambil hasil print out sketsanya dari dalam map.

"Nih!" 

Gambar print out yang dikeluarkan Brigitta seketika membuat bola mata Pricil dan Jenita nyaris keluar dari tempatnya.

"BUSET! APA-APAAN INI, TA!?" 

"Ya punya gue lah!" jawab Brigitta enteng.

"ASTAGA, TA! ANAK TK JUGA BISA BIKIN YANG KAYAK GITU!" teriak Jenita. Lagi.

Pricil tersenyum geli seraya geleng-geleng kepala,"ta....ta....elu kayaknya mau ditendang ama Sir Ridwan ya?" Dia tahu sahabatnya itu hanya bergurau saja. Lagipula mana mungkin si Brigitta akan memberikan sketsa abal-abal itu pada dosen mereka nanti. Kalaupun iya sudah pasti sahabat greseknya itu akan memperoleh nilai F.

"HAHAHAHA!! BECANDA DOANK KALIII!! INI BARU PUNYA GUE!!!" Brigitta mengeluarkan print out sketsa yang asli. Jenita melongo seperti orang bego. Sementara Pricil memasang raut wajah biasa-biasa saja.

Jenita yang kebetulan duduk di sisi kanan Brigitta, langsung menghadiahkan jitakan manis ke jidat sahabatnya yang luar biasa rese itu.
"Ishh.. aduduww...." Ringis Brigitta pelan.

"Noh mamam tuh! Enak kan? Mau nambah lagi dede Gitgit?" 

"Teheee....ampun deh.....hihi....duh sakit juga ternyata.....sialan......" gumam Brigitta sambil meringis sakit dijidatnya.

Di saat bersamaan dosen yang sudah mereka nanti kedatangannya barusaja memasuki kelas.

"Morning everyone!" sapa dosen pria tampan berkacamata tersebut.

"Morning too, sir!!" sahut satu kelas heboh. Dan yang bikin tambah heboh adalah teriakan dari para mahasiswi termasuk si Brigitta didalamnya. Mereka menatap penuh pemujaan kepada sang dosen. Tapi tidak dengan Jenita dan Pricil yang nampaknya seolah sudah kenyang dengan para cogan.

"Oke, sebelum saya mulai, saya akan mengumpulkan tugas yang saya minta dipertemuan sebelumnya," kata dosen tersebut. Segera seluruh mahasiswa yang ada dikelas itu  mengeluarkan tugas mereka masing-masing. Sementara bagi mahasiswa yang lupa membuat tugas, panik ditempatnya.

"Fiuhh! Akhirnya pulang juga! Girls ke cafe biasa yuks!" ajak Brigitta antusias.

"Waduh gak bisa, Ta. Gue habis ini mau langsung ke butik buat fitting baju. Gue ditunjuk abang gue jadi bridesmaid-nya ka Zilvana diacara nikahan mereka nanti," kata Jenita dengan raut nada menyesal. Tepatnya bulan depan kakaknya akan menikahi seorang wanita cantik yang berprofesi sebagai dokter gigi.

"Gue sih gak masalah. Tapi kalo gak lengkap juga, gak seru," tukas Pricil.

"Ck! Ya udah, kalo gitu hari sabtu ini aja gimana? Sekalian kita hang-out bareng ke mall ya ya?" usul Brigitta. Pricil mengangguk setuju diikuti Jenita.

Setelah berpamitan pada dua sahabatnya, Pricil kembali meneruskan perjalanannya menuju toko buku untuk bekerja seperti biasa.

Namun pada saat ia hendak menyebrang jalan, tiba-tiba saja sebuah mobil BMW berwarna hitam berhenti tepat didepannya.

Gadis berkacamata itu spontan mengernyitkan alisnya.

Sinyal kecurigaan seketika mulai merasuk pikirannya.

Detik kemudian keluar dari dalam mobil dua orang pria berpakaian serba hitam dan satu lagi seorang pria memakai jas berwarna coklat. Lalu ketiganya berjalan mendekati Pricil.

Pricil mendongak menatap heran tiga pria asing yang berdiri tegak menjulang dihadapannya itu secara bergantian. Ia juga mengantisipasi adanya kemungkinan ketiga orang itu berniat jahat.

"Selamat sore, nona Pricil," sapa pria yang memakai jas berwarna coklat. 

Pricil spontan dibuat terkejut. D-darimana orang ini tau nama gue?  

"Siapa kalian?" tanya gadis berkacamata itu dengan suara datar nan dingin.

"Jangan khawatir nona, kami tidak akan menyakiti anda jikalau anda ingin bekerja sama," ujar pria berjas coklat itu, lagi, membuat Pricil jadi tambah bingung.

"Apa maksud anda?"

"Anda akan mengetahuinya nanti. Ikutlah dengan kami, nona," 

"Tidak! Untuk apa saya ikut dengan kalian?" tolak Pricil cepat. 

"Percayalah, nona. Anda akan segera mengetahuinya jika anda ikut dengan kami," kata pria itu misterius.

"Tapi sayang sekali, maaf, saya tidak percaya dengan anda!" kata Pricil tegas.

Mendengar penolakan yang terus-terusan didapatkannya, alhasil pria berjas coklat tersebut mengembuskan napasnya lelah. Jikalau saja ini bukan jalanan yang sepi, sudah pasti ia serta dua temannya akan membawa kabur gadis berkacamata itu dengan cepat. 

"Tuan Daniel menginginkan kedatangan anda di kantornya," jelas pria itu pada akhirnya.

"Apa??" Pricil pun dibuat terkejut untuk kedua kalinya.

Sementara itu ditempat lain,

"Kiddo, berapa lama lagi kau akan mendiamkan daddy, hm?" tanya Daniel lembut dan sabar. 

Semenjak kepulangan mereka dari toko buku kemarin sore, sampai sekarang, putranya itu masih belum mau berbicara dengannya, bahkan enggan melihat wajahnya.

"ayo, sayang. Katakan pada daddy apa yang kau inginkan?" tanya Daniel lagi pada Seyhan.

Aku ingin kakak cantik, daddy!! Kata Seyhan tapi dalam hati.

Namun naas tak ada jawaban yang keluar dari bibir mungil putranya. Malahan yang ada anak laki-laki itu asyik bermain game di handphone ketimbang menjawab pertanyaannya.

Daniel mengusap wajahnya gusar. Ia sangat frustasi karena belum bisa membujuk Seyhan yang masih merajuk padanya. Padahal setengah jam lagi ia akan mengadakan rapat bersama para manager masing-masing divisi.

Ia yakin putranya jadi seperti ini karena gadis berkacamata yang pernah ia tolong tempo hari. Ia sendiri heran kenapa Seyhan kelihatannya senang berdekatan dengan gadis itu? Padahal bisa dibilang putranya itu tidak terlalu suka dengan orang asing.

Daniel menghela napasnya pelan. Menyerah, karena ia sudah tidak tahu harus memakai cara apa lagi untuk bisa membujuk putra kesayangannya itu. 

Ia lalu bangkit dari posisi berjongkoknya kemudian menghubungi asisten pribadinya.

"Segera jemput gadis itu di kampusnya sekarang juga!" titah Daniel pada asistennya melalui sambungan telepon.

Sekali lagi pria berwajah adonis itu menatap sendu ke arah si kecil yang masih saja bersikap acuh tak acuh padanya. 

Ini adalah kali pertama putranya bertingkah seperti ini, tidak seperti biasanya.

Setelah beberapa waktu lamanya menunggu, tiba-tiba terdengar pintu ruangannya diketuk dari luar.

"Tuan, nona Pricil sudah tiba," lapor asistennya dibalik pintu.

"Bawa dia masuk!" 

Pintu terbuka. Pandangan Daniel seketika mengunci sosok gadis bersurai hitam memakai kacamata baca berjalan memasuki ruang kerjanya.

Seyhan yang semula tampak cuek dengan keadaan, tapi begitu ia mengintip lewat ekor matanya dan melihat siapa sosok yang barusaja masuk sontak mata anak kecil itu terbuka lebar-lebar lalu wajahnya berubah berseri-seri.

Anak kecil itu langsung meninggalkan game-nya, beranjak turun dari sofa kemudian dengan antusias yang tinggi berlari ke arah Pricil untuk memeluknya. 

"KAKAK CANTIKKK!!!" pekik Seyhan memeluk paha Pricil erat dan membuat si empunya sedikit terhuyung ke belakang.

"Seyhan?" 

Ia terkejut memandang sosok Seyhan yang menatapnya dengan tatapan berbinar. Pricil yang melihat wajah menggemaskan anak kecil itu mau tak mau jadi tersenyum.

"Terima kasih sudah membawa gadis itu ke sini," 

"Sama-sama, tuan. Kalau begitu saya pamit permisi,"

Sejenak Daniel mengamati interaksi antara Seyhan dan Pricil.

Tak bisa dipungkiri, putra kecilnya itu tampak sangat senang dengan kedatangan gadis itu.

Sebuah senyum seringai sekejap menghiasi wajah maskulin pria berdarah Amerika-Indonesia tersebut.

"Bagaimana kiddo? Ini kan yang kamu inginkan?" tanya Daniel.

Seyhan yang semula acuh tak acuh dengan daddy-nya langsung melunak. Lihat saja, anak kecil itu melepas pelukannya dari Pricil dan berlari kepelukan sang daddy.,

"Thank you, daddy. You're the best!" ucap Seyhan sambil tersenyum berseri-seri, mengecup pipi Daniel sebelum kembali kepelukan Pricil.

Daniel yang memperhatikan tingkah putranya itu hanya bisa geleng-geleng kepala. Kemudian diliriknya jam tangan rolex dipergelangan tangan kirinya dan mendapati lima menit lagi rapat akan segera dimulai.

"Kiddo, kau main dulu dengan kakak cantik mu sebentar oke? Daddy ada rapat," pesan Daniel mengucapkan kata 'kakak cantik' penuh penekanan sambil mengelus sayang puncak kepala putranya.

Pricil spontan mengerutkan alisnya, "maaf? lalu bagaimana dengan pekerjaan saya? Saya harus pergi bekerja, TUAN!" protesnya. 

Gadis berkacamata itu jadi tidak kuat membayangkan kalau gajinya sampai dipotong nyonya Mien karena ia bolos kerja.

"Tenang saja, saya sudah menghubungi tante saya jadi kau tidak perlu khawatir!" balas Daniel dengan santainya. Pricil menganga ditempatnya.

"Daddy pergi bekerja dulu, okay? Be nice, i love you, baby," Seyhan mengangguk patuh. Daniel mengecup pipi gembul putranya.

"oke, daddy. Good luck. I love you too," sahut Seyhan balas mengecup pipi daddy-nya. 

Daniel tersenyum lembut, mengusap sayang puncak kepalanya putranya. Dalam hati ia lega karena putranya itu sudah tidak lagi mogok bicara dengannya. Jadi sekarang ia bisa kembali fokus dengan pekerjaannya.

Pricil yang sedari tadi memperhatikan interaksi antara ayah dan anak itu refleks tersenyum. Walaupun ia sering menyebut pria itu seram, dingin dan pemaksa, namun dari perhatian yang diberikan pria itu pada putranya membuat hati gadis itu tersentuh. Ia bisa melihat dan ikut merasakan ketulusan dan kasih sayang yang murni dari pria itu untuk putra kecilnya. 

"Jaga baik-baik putraku, ingat itu, nona!" bisik Daniel yang kini berdiri di samping Pricil.

Entah kenapa bulu kuduk Pricil seketika meremang mendengar suara dalam bercampur tegas milik Daniel.

"Setelah rapat selesai, ada yang ingin saya bicarakan denganmu," 

🌸🌸🌸

Disela-sela waktu menunggu pria itu menyelesaikan meeting-nya, Pricil dan Seyhan duduk dengan nyaman diatas sofa panjang yang ada di ruangan milik Daniel.

Gadis itu mengajak Seyhan bermain tebak-tebakkan nama hewan dan permainan simple lainnya yang bisa merangsang kemampuan otak anak laki-laki itu.

Berselang waktu permainan yang dimainkan oleh mereka berdua, Pricil kagum pada Seyhan yang dengan cepat tanggap dalam menebak setiap pertanyaan yang ia lontarkan. 

"Wah ternyata kamu pinter sekali ya, Seyhan," 

Si kecil imut Seyhan refleks tersipu malu mendengar pujian yang dilontarkan untuknya. Anak kecil itu tersenyum lebar sampai memperlihatkan deretan gigi putihnya yang rapi.

Anak itu tidak sadar Pricil yang menatapnya merasa gemas dan rasanya ingin sekali mencubit pipinya.

"Terima kasih, kakak cantik. Seyhan senang sekali, kakak cantik mau datang menemuiku hari ini," ungkap Seyhan dengan nada imutnya, lalu memeluk Pricil.

Senyum hangat terukir diwajah gadis bersurai hitam itu. Ia membalas pelukan anak kecil itu kemudian membawa sebelah tangannya membelai lembut punggung si kecil yang bersandar padanya. 

Seyhan pun merasa hangat dan nyaman dalam pelukan Pricil. Dalam hati anak kecil itu tersenyum puas karena apa yang ia cari selama ini akhirnya didapatkannya. 

Kehangatan seorang ibu. 

Dan itu dia temukan ada pada diri gadis yang tengah mendekapnya saat ini.

Tidak ada lagi percakapan di antara Pricil dan Seyhan. Keduanya hanyut dalam suasana hangat yang mereka ciptakan.

Suasana yang tadinya sunyi kini berganti dengan suara merdu nan halus milik Pricil. 

Dia bernyanyi untuk anak kecil itu. 

Di sela nyanyiannya, tangan gadis itu terus mengusap-ngusap punggung Seyhan.

When you wish upon a star
Makes no difference who you are
Anything your heart desires
Will come to you

Tak berselang waktu kemudian, tanpa Pricil sadari perlakuannya itu membuat si kecil Seyhan perlahan memejamkan matanya dan akhirnya tertidur dalam dekapannya.

Like a bolt your of the blue
Fate steps in and sees you through
When you wish upon a star
Your dreams come true....

Merasa tak ada lagi pergerakan dari anak itu, Pricil menyudahi nyanyiannya. Dia menundukkan kepalanya dan tersenyum menatap Seyhan yang sudah terlelap dalam pelukannya.

Pricil mengecup sayang puncak kepala Seyhan kemudian berbisik,
"sleep tight, little guy,"

Ditatapnya lekat-lekat wajah anak kecil itu dan entah kenapa ada perasaan menghangat menyelimuti hati kecilnya.

Sejak pertama mereka yang kedua kalinya, entah kenapa Pricil sudah sangat menyayangi anak kecil nan imut itu. 

Disaat yang bersamaan tiba-tiba pintu ruangan terbuka kemudian muncul sosok Daniel yang baru saja datang dari meeting room.

"Sey-" Daniel yang hendak memanggil Seyhan langsung cepat disergah Pricil.

"Shtt...!"

"Pelankan suara anda, tuan. Putramu baru saja tertidur," bisik Pricil.

Daniel terpaku memandangi putranya yang tertidur pulas dalam pelukan Pricil.

Entah kenapa pemandangan di hadapannya sukses membuat hatinya menghangat. Sorot matanya juga menangkap gerakan tangan Pricil yang masih setia mengusap-ngusap pelan punggung Seyhan.

"oh my little baby, berikan dia padaku," bisik Daniel meminta Seyhan dari pelukan Pricil. 

Tak ingin membangunkan putranya, dengan gerakan hati-hati pria itu membawa putranya menuju kamar yang tersedia dalam ruangan kerjanya. Diikuti Pricil yang mengekorinya dari belakang.

Daniel menekan sebuah tombol dekat rak buku lalu pintu penghubung antara ruang kerja dan  kamarnya terbuka.

Pricil sontak terperangah. Wow........ternyata ada kamar juga ya diruangannya! Emejing!

Dengan gerakan lembut Daniel membaringkan tubuh mungil putranya di atas tempat tidur. Dikecupnya sayang kening Seyhan kemudian pria itu kembali mengalihkan pandangannya menatap Pricil yang nampak mengagumi interior yang ada di kamar itu.

"Kalau sedang tidak ingin pulang ke rumah, biasanya saya akan tidur disini," ucap Daniel tiba-tiba seakan menjawab satu dari ribuan pertanyaan yang berkecamuk dalam pikiran Pricil.

Pricil hanya manggut-manggut.

"Ayo, kita keluar. Ada yang ingin saya bicarakan denganmu, nona Pricil!" 

Pricil mendadak tertegun mematung ditempatnya. 

"Duduk!" titah Daniel begitu mereka berdua sudah keluar dari kamar itu.

Dengan patuh gadis berkacamata itu mengambil duduk disofa panjang, tempat dimana tadi ia dan Seyhan duduk. Sementara Daniel, pria itu berdiri menjulang didepannya dengan menatap matanya intens.

Anehnya selama beberapa menit menunggu hanya keheningan yang di dapati Pricil.

Ia mendadak jadi gugup dan gelisah. Dan hanya bisa menunduk kepalanya seakan tak berani menengadah kedepan untuk menatap pria itu. 

Tangannya ikut meremas celana kain yang ia pakai untuk melampiaskan rasa gugup yang dirasakannya sekarang ini.

Dalam situasi seperti ini ingin sekali rasanya ia menertawakan dirinya sendiri.

Padahal bisa dibilang selama ini dia tidak pernah takut dengan apapun atau siapapun. Tapi sial, untuk kali ini pengecualiannya. Ia terpaksa harus mengakui kalau pria gagah diktator yang sering dia sebut 'om-om serem' itu entah kenapa selalu sukses membuat nyalinya ciut sejak pertama kali mereka bertemu.

"Kenapa menunduk? Tatap saya!" Titah suara bariton nan tegas itu membuatnya sedikit terperanjat dari tempat duduk.

Akhirnya dengan segala keberanian yang ia punya, Pricil memutuskan untuk menatap Daniel meski takut-takut.

"Saya terkesan denganmu, nona. Putraku itu tidak terlalu suka berdekatan dengan orang asing. Tapi padamu, tidak demikian. Putraku nampaknya sangat menyukaimu,"

Apa pria ini membawanya ke sini hanya untuk mengatakan itu? pikir Pricil heran.

"Maaf, apa anda kesini memanggil saya hanya untuk mengatakan hal itu? Saya mohon bisa langsung to the point saja? Apakah ada sesuatu yang ingin anda bicarakan dengan saya?"

Senyum seringai menghiasi wajah tampan Daniel. Entah kenapa ia merasa terhibur dengan keberanian gadis itu. 

Apa yang akan ia sampaikan selanjutnya sudah dipikirnya matang-matang. Demi kebahagiaan putranya, pria itu pasti akan melakukan apa saja. Namun sejujurnya hal itu bukan hanya untuk kepentingan putranya saja, melainkan untuk dirinya sendiri juga.

"Saya tidak akan mengatakannya dua kali nona, jadi dengarkan baik-baik! Pilihanmu hanya dua,"

"Pi-pilihan?"

"A-apa itu, tuan?"

"menjadi tutor atau jadi istri saya!"

"APA??" pekik Pricil sontak langsung bangkit berdiri. Menatap pria didepannya dengan tatapan tidak percaya.

Sudah Daniel duga reaksi gadis itu akan seperti ini. Akan tetapi ia tetap bersikap biasa saja.

"Tuan? anda tidak sedang bercanda dengan saya, kan?" 

"Saya tidak butuh pertanyaan anda, nona. Sekarang katakan apa pilihanmu,"

Astaga gila saja kalau gue harus menikah dengan pria asing ini! TIDAK AKAN!

Pricil menghembuskan napasnya kasar."Baiklah, saya sudah menentukan pilihan. Dan saya lebih memilih menjadi tutor daripada harus menjadi istri anda, TUAN!! Tapi tunggu dulu! Saya sedikit kurang paham, maksud anda tutor untuk siapa? Anda atau putra anda tuan?"

Daniel terkekeh pelan."Tentu saja kau akan menjadi tutor belajar untuk putraku. Apa kau mengharapkan menjadi tutorku?" 

Sialan!

Pricil mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat mencoba menekan emosinya. Ingin sekali rasanya dia meninju wajah pria tampan di hadapannya hingga babak belur, namun sayang nyalinya saja ia cepat ciut.

"Mulai besok,"

"Huh?"

"Mulai besok kau akan mulai mengajar Seyhan," 

HEEIII!!

"Tunggu dulu!! Aku belum bilang SETUJU! Dan aku juga belum mengajukan surat pengunduran diriku pada nyonya Mien, tuan pemaksa!!"

"Kalau soal itu kamu tidak perlu khawatir. Saya sendiri sudah meminta aunty Mien untuk menyetujuinya," kata Daniel tenang. 

Pricil melongo bukan main. 

Pria di hadapannya ini benar-benar luar biasa sukses membuatnya jengkel dan kesal setengah mati.

"Oh dan satu hal lagi. Saya punya nama. Nama saya Daniel, bukan 'tuan pemaksa',"

Pricil spontan berdecih."Bodo amat," bisiknya tapi masih bisa di dengar oleh Daniel. 

Pria itu langsung memelototkan matanya tajam namun tak dihiraukan Pricil.

"HUUWAAAA!!!"  

Tiba-tiba suara jeritan terdengar dari dalam kamar.

Sontak saja keduanya refleks berlari menuju kamar untuk melihat apa yang terjadi. 

Sesampainya disana, mereka mendapati Seyhan yang terbangun dari tidurnya, duduk bersimbah airmata.

"Seyhan?"

"Kiddo?"

Daniel panik. Pricil sangat cemas.

Keduanya pun segera menghampiri anak kecil itu. 

Daniel disisi kiri Seyhan, sedangkan Pricil disisi kanan.

Dengan cepat Seyhan menarik tangan Pricil lalu memeluk pinggangnya erat sambil menangis sesegukan.

"Huu........ka-kakak...hiks....cantik...huuu.....don't go.....uhuu!!"

Gadis berkacamata itu jadi ikut sedih melihat Seyhan menangis. Ia meyakini Seyhan baru saja mengalami mimpi buruk.

Berbeda dengan Daniel, pria itu jadi sedikit cemburu melihat putranya memilih memeluk gadis itu bukan dirinya. Ada rasa sedikit kecewa ketika melihat putranya sudah mulai lengket dengan orang lain.

"Ka-kakak...cantik.....jangan.....pergi......huuu...."

"Iya iya stt...stt...kakak tidak akan kemana-mana kok.....stt.....jangan menangis lagi ya......" bujuk Pricil. Membawa Seyhan dalam gendongannya setelah mendapat izin dari Daniel.

Akhirnya ia memilih kembali bernyanyi sambil mengusap-usap punggung Seyhan. Berharap perlakuannya akan meredakan kesedihan dan kegelisahan yang dirasakan anak kecil itu.

Berdiri tak jauh darinya, Daniel yang sedang memperhatikannya terkesima mendengar suara merdu yang keluar dari mulutnya.

Dan sekali lagi, hatinya bergetar sekaligus menghangat melihat gadis itu memperlakukan putranya dengan sangat lembut dan penuh kasih sayang.

Pandangan mata Daniel sama sekali tidak lepas dari gadis yang belum lama ini dikenalnya.

Entah kenapa dirinya jadi ingin terus memandang lama gadis itu. 

Ada apa dengannya?

TBC

Gimana part kali ini?

Semoga kalian suka ya 😊

See u gaes on the next part!

With love,
Jeisa 💙



Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

22.7K 1.9K 61
NOTED: Terinspirasi dari kisah nyata. New version! _________________________________________ Luka memang nyata. Namun, mengapa setiap luka yang Zifa...
855K 65.2K 146
Novel translate by google translate Author : MS芙子 (MS Lotus) Complete (Bab 1 - 1.456) Sinopsis : Didalam tubuhnya memiliki harta yang aneh, dia ket...
289K 13.8K 34
"Jalan di samping Mas?" tanya Aryan sambil sedikit menoleh ke belakang "Nggak mau, dibelakang Mas aja soalnya badan Mas gede jadi Aku aman," ucap Iyy...
51.4K 2.9K 54
Kanaya Cintami gadis yatim piatu yang harus pasrah untuk menjadi Asisten Pribadi dari seorang yang sama sekali tidak dikenalnya. "terserah anda... ka...