[Fanfiction] Futago no Ōji-sa...

By StarCattleyaS

6.1K 689 143

Summary: *◆ ⃟ ⃟ ░▓ ⃟ ♧*Futago no Ōji-sama*♧ ⃟ ▓░ ⃟ ⃟ ◆* Apa yang terpikirkan saat mendengar kata 'kampung... More

1|Concert Chaotique
2|Meet
3| Real?
4|Riku yang Aneh
5| Tekad?
6| Helenium
7| Cherry blossom
Promosi Grup Chat WhatsApp
8| White bird
9| Red Illusion
Promosi (?)
10| Tekad
11| The Secret
12| Keluar dari TRIGGER

Prolog

1.2K 99 24
By StarCattleyaS

Dua anak kecil itu berlari menyusuri jalan yang sepi.

Sang kakak memegang tangan adiknya agar tidak tertinggal, mereka berusaha berlari sekuat tenaga. Jauh di belakang meraka beberapa orang tengah berlari ke arah dua anak itu.

"Ayo... kita harus terus berlari... bertahanlah." Sang kakak memberikan  semangat kepada adiknya yang nafasnya mulai terengah-engah.

"Nii-san hah... aku... hah sudah... tidak... hah... kuat... lagi hah... tinggalkan aku." Si adik berbicara dengan nafas yang mulai putus-putus.

Sang kakak menggeleng keras. Ia menatap adiknya yang mulai kelelahan, wajah adiknya pucat, cuaca yang dingin sama sekali tidak cocok untuk adiknya.

"Bertahanlah. Ingat kata-kata kaa-sama untuk terus hidup! Kita harus mengembalikan kejayaan negeri ini lagi! Berjuanglah!"

Sang adik hanya bisa menatap kakaknya sambil mengangguk pelan. Meraka harus terus hidup demi membalas pengorbanan orang tua mereka.

Sang kakak tersenyum. Ia kembali menatap jalanan yang sepi sambil terus berlari. Menyusuri kota yang hanya di terangi cahaya lampu jalan, sesekali menengok ke belakang memastikan adiknya dan beberapa orang yang mulai terlihat mengejar meraka.

"Gawat." Batinnya meringis.

Sang adik terus mengikuti arah kakaknya pergi. Beberapa kali kakinya tersandung batu, tapi ia hiraukan. Nafasnya semakin berat.

"Kemari!" Keduanya mendengar teriakan dari sebuah gang kecil yang menjadi celah antara dua bangunan.

Sang kakak meski ragu, berlari menuju ke arah suara itu, dengan tangan adiknya yang masih ia genggam kuat.

"Yang memanggil kita bukan arwah 'kan?" Ia bertanya kepada adiknya.

"Itu suara manusia." Setelah mendengar jawaban itu keduanya semakin yakin untuk masuk lebih dalam ke gang itu.

Meski samar mereka melihat siluet seorang gadis kecil yang tengah melambaikan tangan ke arah mereka. Mereka tidak dapat melihat dengan jelas karena gang yang gelap, mereka melihat hanya bermodalkan cahaya bulan.

Sesampainya di depan gadis kecil itu, si adik jatuh tersungkur. Si kakak dan gadis kecil tadi langsung membantu si adik agar mendapat posisi yang lebih nyaman, walau bagaimanapun situasi ini tidak akan nyaman. Mereka dikejar, dan sekarang berada di gang sempit yang pengap dan kotor oleh kardus kardus lama bersama seorang gadis kecil yang entah datang dari mana.

"Prediksiku meleset. Harusnya meraka menyerang besok jadi bisa diantisipasi." Gumam gadis kecil itu yang masih bisa di dengar oleh si kakak.

Sebelum membuka mulutnya, si gadis kecil itu segera memotongnya.

"Ayo pindahkan kakak ini ke sana."  Si gadis kecil menunjuk ke arah dalam gang yang terdapat beberapa kardus. "Kita harus menangani kakak ini segera. Otou-san akan menangani orang yang mengejar kalian."

Si kakak mengangguk. Ia dengan susah payah mengangkat tubuh adiknya bersama  si gadis kecil.

Setelah sampai. Si gadis kecil segera membuka mantelnya dan mengeluarkan beberapa alat darurat dari tas kecilnya.

Ia menyelimuti si adik yang tak sadarkan diri, berusaha memberikan kehangatan dari mantel yang ia bawa. Mengambil nebulizel yang ada di sampingnya dan memasangkannya segera pada si adik dan membiarkan di adik mulai bernafas pelan.

"Kau membawa itu?" Si kakak bertanya pelan.

"Jaga-jaga."

Si kakak mengangguk pelan, harapannya beralih pada adiknya yang masih berusaha bernafas. Teringat akan sesuatu, mengambil surat kecil yang terselip di tas kecilnya.

"Aku dan adikku harus pergi ke tempat ini. Apa kau tau dimana tempat ini?" Si kakak mengulurkan kertas tadi pada si gadis kecil. Gadis kecil itu hanya menggeleng menolak kertas dari si kakak.

"Tidak perlu."

Keduanya hanyut dalam keheningan. Tak berselang lama seseorang memanggil. Si kakak sudah bersiap di posisi waspada sedangkan si gadis kecil hanya menolehkan kepalanya.

Meraka menatap ke arah seorang pria yang masih tampak muda berjalan ke meraka. Si gadis kecil berdiri dan menghampiri si pria.

"Bagaimana Otou-san?"

Pria tadi yang ternyata ayah si gadis kecil menggeleng pelan. "Meraka memanggil bantuan. Bisa kau selesaikan?"

Si kakak panik seketika. Ia bingung harus bagaimana, ingin berlari tapi adiknya masih berada dalam keadaan yang tidak menguntungkan.

Gadis kecil itu mengangguk. Ia kembali mengeluarkan beberapa alat dari tasnya. Setelah selesai mengeluarkan alat yang Ia butuhkan ia berjalan ke arah sebuah kardus, membongkarnya dan mengambil sebuah busur dan anak panah.

Ia lalu duduk di depan alat alat yang Ia keluarkan. Semua yang berada di sana menatapnya kecuali si adik yang masih terbaring lemah. Gadis kecil itu mulai berkutat dengan benda-benda  yang si kakak tidak tau.

"Ayo ikut aku." Sang ayah dari gadis kecil tadi berkata sambil mulai mengangkat si adik, tak lupa melepas nebulizer yang sudah tak berasap lagi.

"Ta-tapi.." Si kakak menatap gadis kecil yang telah berdiri dengan barang barang yang berserakan dibawahnya. Busur dan anak panah yang entah telah ia apakan berada di tangannya yang mungil.

"Nii-Nii pergi saja duluan." Begitu jawabnya.

Si kakak bingung. Ia menatap adiknya yang telah berada di gendongan ayah si gadis kecil dan gadis kecil itu sendiri secara bergantian.

Gadis kecil itu mengangguk meyakinkan. Si kakak berjalan mengikuti pria yang menggendong adiknya. Meraka berjalan ke ujung gang meninggalkan si gadis kecil yang mulai melangkah ke ujung sebaliknya.

Akhirnya mereka keluar dari gang yang sempit dan pengap itu. Di depan mereka terdapat sebuah mobil yang terparkir tepat di depan gang. Pria itu memasukkan si adik ke dalam mobil dengan perlahan.

"Ayo kita masuk... " ajaknya pada si kakak yang masih terdiam. Menarik tangan mungil si kakak dan menuntunnya agar duduk di sebelah si adik yang terlelap.

"Tapi paman..." Ia kembali menatap gang tadi.

"Dia akan menyelesaikannya." Pria itu mengangguk yakin.

Tidak lama berselang, suara ledakan terdengar, arahnya dari seberang, tepat di seberang gang tadi. Si kakak bergetar takut, namun ayah si gadis kecil tetap memberikan kalimat menenangkannya.

Tak berselang lama ia melihat gadis kecil tadi berlari dari dalam gang. Saat gadis kecil itu sudah melewati gang ia  baru tersadar bahwa gadis kecil dan dirinya memiliki warna rambut yang sama.

Gadis kecil itu masuk ke dalam mobil, ia duduk di kursi penumpang di sebelah kemudi. "Maaf... siapapun yang mempunyai mobil itu..." ia bergumam pelan sambil mengatur nafasnya.

"Kau meledakkan mobil?" Sang ayah bertanya. Ia mulai menghidupkan mobilnya.

Si gadis kecil mengangguk, suaranya penuh rasa bersalah. " aku membuat bensin dan olinya bocor dulu untuk menghadang jalan lalu kuledakkan."

Mobil berjalan. Salah satu tangan si ayah mengacak rambut anaknya dan satu lagi berada pada kemudi. "Tenang... besok Tou-san akan kembali dan mengganti uang mobilnya.

"Ano... aku dan adikku harus pergi ke suatu tempat." si kakak berkata pelan.

"Kami tau... karna itu kami ada di sini, kalian berdua tidak perlu pergi ke sana karna kami sudah ada di sini." Kata si ayah.

"Ibumu memberi pesan, 'kan?"

Si kakak mengangguk, ia menatap adiknya yang terlelap, mengelus pelan surai lembut adiknya.

"Ah! Aku belum berterima kasih! Terima kasih banyak paman dan... emm..."

"Aku Sakura, dan ini ayahku Yuichiro." Si gadis kecil yang bernama sakura itu menjawab sambil menoleh ke belakang, ia tersenyum lembut.

Si kakak mengangguk. "Terima kasih Sakura, paman Yu... Ah soal pesan ibuku..." wajahnya berubah sedih.

"Kaa-sama bilang agar kami berdua menemukan keluarga Nanase yang alamatnya ada di kertas tadi... dan... untuk tetap hidup.." ia berkata lirih di akhir kalimat.

"Akira-nee benar-benar... ia tau apa jadinya jika menyerahkan kedua anaknya pada kami..." gumam Yuichiro.

"Tou-san."

Yuichiro tersadar lalu melirik anaknya. Ia mengangguk samar. "Saat ini dikota sedang ramai karna terjadi kebakaran di istana. Mulai sekarang kau dan adik mu akan menjadi anakku." Kata Yuichiro tegas.

"Kenapa?" Terdengar gumaman lemah dari arah si adik, rupanya ia sudah tersadar.

"Karna kamilah Nanase yang kalian cari."

To be continued

Continue Reading

You'll Also Like

27.6K 4.5K 16
Allura Christy Gadis remaja polos nan lugu yang kerap kali mendapat bullyan dari semua siswa siswi di sekolahnya. Bagaimana tidak, sekolahnya saja s...
YES, DADDY! By

Fanfiction

312K 2K 10
Tentang Ola dan Daddy Leon. Tentang hubungan mereka yang di luar batas wajar
78.6K 8.5K 86
Sang rival yang selama ini ia kejar, untuk ia bawa pulang ke desa, kini benar-benar kembali.. Tapi dengan keadaan yang menyedihkan. Terkena kegagalan...
146K 14.5K 26
Xiao Zhan, seorang single parent yang baru saja kehilangan putra tercinta karena penyakit bawaan dari sang istri, bertemu dengan anak kecil yang dise...