Again | s.m✔️

By kryptonitexx

128K 9.1K 583

Kembali lagi dengan kisah cinta seorang Natalie Anderson yang kini sudah beranjak dewasa. Hidupnya terasa ama... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Epilogue
Author's Note : New Story.

Chapter 18

3.2K 323 17
By kryptonitexx

"Kau yakin akan baik-baik saja?" Natalie merangkul Camila yang wajahnya pucat pasi. Tubuhnya juga panas. Tengah malam saat di bus, suhu tubuhnya hingga mencapai angka 40. Seisi bus panik dengan keadaan Camila yang seperti itu karena jarang sekali Camila terjangkit penyakit seperti itu. Manajernya sudah memberi peringatan kepada Camila untuk tetap berada di hotel saja. Namun Camila bersikeras untuk ikut latihan dengan yang lain karena merasa tubuhnya sudah lebih baik.

Natalie, yang diberi tugas tambahan oleh manajer Fifth Harmony, mendampingi Camila menyusuri lorong yang mengarahkan mereka ke panggung di mana para anggota lainnya tengah berlatih vokal dan koreografi sebelum pertunjukkan nanti malam. Suara Dinah yang melantunkan bait lagu terbaru mereka teredam di lorong.

"Aku tidak apa-apa," ujar Camila sambil tersenyum tipis pada Natalie.

"Jangan memaksakan dirimu," Natalie mengingatkan untuk kesekian kalinya. Camila hanya menggeleng kecil. Pintu menuju panggung sudah di depan mata namun tubuh Camila tiba-tiba jatuh menghantam lantai.

.

Kedua tangannya terlipat di depan dada. Rambut cokelatnya ia cepol asal. Dengan penasaran, Natalie mengintip dari belakang punggung dokter yang tengah berbincang mengenai keadaan Camila yang terbaring lemah di atas ranjang.Camila menjawab semua pertanyaan sang dokter dengan lancar. Kesadarannya baru saja pulih.

Untung ada kru yang melintas saat Camila tumbang sehingga ia bisa langsung di bawa ke rumah sakit. Manajer Fifth Harmony sangat terkejut mendengar kabar dari Natalie dan sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit.

"Bagaimana keadaannya, dok? Apa harus dirawat inap?" tanya Natalie saat dokter pamit pada Camila.

"Aku hanya perlu istirahat saja, Natalie," sahut Camila, "tenanglah, aku juga tidak betah tidur di sini lama-lama."

Di saat yang bersamaan pintu kamar terbuka memperlihatkan manajer Fifth Harmony dan Shawn yang masuk ke dalam kamar dengan terburu-buru. Sementara itu Brad memilih untuk menghentikan langkahnya di ambang pintu, menoleh kepada Natalie dan tersenyum kecil. Natalie membalas sekedarnya dan kembali memfokuskan pandangannya pada Camila.

Natalie merasakan dadanya begitu nyeri melihat pemandangan di depannya. Ia mencoba bernapas lebih baik namun terasa begitu sulit. Dirinya bagai terlempar lagi ke lembaran lama dalam hidupnya; saat ia terbaring lemah di ranjang rumah sakit dan lelaki itu berada di sampingnya, menanyakan keadaannya dengan wajah khawatir, mengelus tangannya dengan lembut.

"Tidak apa-apa, aku tadi pingsan. Tapi untungnya ada Natalie." Karena merasa namanya disebut Natalie berhenti memikirkan masa lalunya. Shawn hanya meliriknya cepat sebelum kembali sibuk memanjakan Camila.

"Pasti gara-gara belum makan ya? Kan sudah kubilang berapa kali harusnya-"

Camila menutup mulut Shawn. "Iya, bawel."

Shawn tak henti-hentinya mengelus punggung tangan Camila dan mendengarkan ocehan Camila. Persis seperti apa yang dia lakukan dulu.

Mengapa kau terus menyiksaku seperti ini, Shawn?

Natalie mengindahkan dokter yang pamit diri. Ia terlalu teralihkan oleh kemesraan pasangan di depannya. Pelupuk matanya mulai terasa aneh. Tidak, ia tidak boleh menangis di depan mereka. Segera ia melangkah keluar dari kamar dengan cepat.

Tanpa diketahui Natalie, Brad sedari tadi memperhatikan dan mencoba mengartikan apa yang telah dilihatnya. Saat Natalie melewatinya dan berjalan cepat di lorong rumah sakit, Brad mengejar dan memanggilnya berkali-kali. Tapi semua itu terasa percuma karena ia baru bisa menemukan Natalie saat ia tengah bersender di dinding bangunan rumah sakit dengan kedua mata yang terpejam.

Hati-hati Brad mendekati Natalie dan ikut bersender di sebelahnya. Air mata meluncur bebas di pipi Natalie. Brad membuka mulutnya untuk menahan air mata itu terus mengalir karena itu juga membuatnya sesak.

"Jangan suruh aku berhenti menangis jika kau tidak tahu apa yang kurasakan." desis Natalie.

"Aku tahu. Aku tahu apa yang kau rasakan."

Natalie menggeleng cepat dan menghapus air matanya. "Kau hanya bersimpatik. Kau tak pernah benar-benar merasakannya. Kau tidak pernah tahu bagaimana rasanya merelakan seseorang yang kau cintai demi orang lain."

Natalie terisak tak tertahankan. Mengikuti gerakan hatinya, Brad membawa Natalie dalam dekapannya.

"Kau tidak pernah tahu, Brad," bisik Natalie di sela tangisnya.

Selama beberapa menit mereka terdiam di posisi yang sama. Tangis Natalie mereda. Ganjalan dalam hatinya pun ikut terangkat sedikit. Brad dapat membuatnya lebih baik dengan sebuah pelukan.

"Sudah jangan menangis lagi," kata Brad menenangkan setelah Natalie melepas pelukannya dan tertunduk malu. Bisa-bisanya ia mempergunakan pundak Brad demi meluapkan kesedihannya. "Butuh kopi?"

Natalie tertawa kecil melihat wajah Brad yang ragu-ragu mengajaknya. "Boleh juga."

Tidak ingin mengambil resiko untuk kembali masuk ke rumah sakit dan membeli kopi kalengan di kantin rumah sakit, Brad mengajak Natlie untuk mencari kedai kopi terdekat. Untungnya hanya berjalan beberapa blok mereka menemukan kedai kopi yang sepi sehingga Brad tidak perlu menutup-menutupi identitasnya.

Brad memilih duduk di sudut kedai kopi dan segera memanggil pelayan. Setelah memesan, Natalie lebih banyak diam, memandang kosong ke arah meja. Dan Bard hanya mencuri pandang pada Natalie tanpa ingin mengganggu lamunannya.

Setelah pesanan mereka berdua datang, Brad akhirnya memulai perbincangan karena sejujurnya ia tak tahan terus-terusan diam. "Jadi bagaimana hubunganmu dengan Connor?"

Natalie menyeringai. "Kau tahulah air dan minyak tak akan pernah bersatu."

"Kalian berdua tuh terlihat sangat seperti kakak adik."

"Aku dan Connor? Oh tidak. Mungkin kalau dia menjadi kakakku aku yakin rumah kita berdua sudah hancur."

Brad meneguk sedikit Americano miliknya, "omong-omong, bukankah kau punya kakak?"

"Yeah, namanya Cameron Dallas. Dia sekarang tinggal di New York mengurus perusahaan ayahku,"

"Dallas? Kok nama belakang kalian berdua berbeda?" tanya Brad tertarik.

"Dia kakak angkatku. Aku pertama kali tinggal serumah dengannya di Virginia. Aku ingat sekali di sebelah kiri rumahku itu ditinggali sepasang kakek dan nenek yang sudah lanjut usia. Mereka suka mengajakku dan Cameron makan kue di rumah mereka," Natalie tersenyum kecil mengingat masa lalunya namun secepat terpaan angin badai senyum itu menghilang. "Dan tetangga di sebelah kananku, adalah keluarga Mendes."

Brad terperangah sesaat. Ini salah satu fakta yang selama ini dicarinya untuk dapat menjawab pertanyaan yang mengganggunya tiap malam. "Shawn Mendes?"

Natalie mengaduk minumannya dengan sedotan dan menghela napasnya. "Kita bersahabat sampai sekolah menengah pertama. Setelah itu aku menjauhinya karena dia masuk kelompok anak-anak populer. Aku kembali dekat dengannya setelah seorang anak populer mendekatiku.

"Aku awalnya mencintai si Brengsek itu tapi pada akhirnya akus adar jika aku ini hanyalah bahan taruhan. Shawn-lah yang membantuku melewati fase-fase terburuk dalam hidupku. Dan lagi-lagi aku jatuh cinta. Aku tak bisa menghindari perasaan itu. Kita pernah berkencan tapi si Brengsek itu kembali mengacaukan semuanya hingga akhirnya Shawn tak pernah mau melihatku lagi hingga sekarang.

"Sekarang aku tidak punya harapan untuk bisa kembali kepadanya. Karena dia sudah bahagia dengan Camila. Kau tahu kan betapa sakitnya itu? 4 tahun yang lalu dia bilang dia akan terus mencintaiku dan sekarang, dia bahkan melupakanku. Menyalahkanku. Aku tidak tahu mengapa semua seperti ini," suara Natalie bergetar, dia menggigit bibirnya untuk menahan air matanya. "Apakah kau menyalahkanku juga, Brad?"

Sekarang semuanya sudah jelas. Sangat jelas. Tak hanya menjawab pertanyaan itu tapi juga memberikan Brad kesadaran jika selama ini perasaannya tak pernah terbalaskan sedikitpun.

"Tidak, aku tidak akan pernah menyalahkanmu. Jangan menyalahi dirimu. itu bukan salahmu sama sekali."

"Menurutmu apakah Shawn bisa kembali kepadaku?" tanya Natalie, menatap Brad penuh harapan. Brad terdiam seribu bahasa. Dia menyayangi Natalie, dia tidak ingin Natalie masih berharap akan bisa kembali kepada Shawn yang jelas-jelas sudah menyakitinya. Dia tidak ingin merelakan Natalie kepada orang yang telah membuat Natalie menangis. Tapi cara Natalie menatap Brad penuh harapan membuat Brad goyah.

"Ah, pertanyaan macam itu. Aku memang bodoh ya. Shawn kan sudah bahagia dengan Camila," kata Natalie dengan suara serak.

Brad kembali menggelengkan kepalanya, "tidak, aku yakin Shawn masih menyayangimu, Natalie. Tingkahnya yang perhatian kepadamu membuatku yakin kalau dia masih menyayangimu. Aku akan membantumu untuk kembali kepadanya."

Brad mencoba menahan perihnya kenyataan bahwa dia hanya 'malaikat' yang hanya bisa membantu Natalie. Membantunya untuk kembali kepada Shawn. Membantunya kembali bahagia.

Continue Reading

You'll Also Like

5M 921K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...
2.4M 446K 32
was #1 in paranormal [part 5-end privated] ❝school and nct all unit, how mark lee manages his time? gampang, kamu cuma belum tau rahasianya.❞▫not an...
1M 62.3K 36
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
6.2M 483K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...