Reyna Aprillia

By nadhyaah_

86.9K 4.3K 382

Yang membuatku bingung sekaligus lelah adalah ; Disaat aku memilih bertahan, namun tak pernah kau anggap. Kau... More

Prolog
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tiga
Dua Puluh Empat
Dua Puluh Enam
Dua Puluh Tujuh
Dua Puluh Delapan
Dua Puluh Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Puluh Satu
Tiga Puluh Dua
Tiga Puluh Tiga
Tiga Puluh Empat
Tiga Puluh Lima
Tiga Puluh Enam
Tiga Puluh Tujuh
Tiga Puluh Delapan
Tiga Puluh Sembilan
Empat Puluh
Empat Puluh Satu
Empat Puluh Dua
Empat Puluh Tiga
Empat Puluh Empat
Empat Puluh Lima
Empat Puluh Enam
Empat Puluh Tujuh
Empat Puluh Delapan
Empat Puluh Sembilan
Lima Puluh
Lima Puluh Satu
Lima Puluh Dua
Lima Puluh Tiga
Lima Puluh Empat
Lima Puluh Lima
Lima Puluh Enam
Lima Puluh Tujuh
Lima Puluh Delapan
Lima Puluh Sembilan
Enam Puluh
Enam Puluh Satu
Enam Puluh Dua
Enam Puluh Tiga
Enam Puluh Empat
Enam Puluh Lima
Enam Puluh Enam
Enam Puluh Tujuh

Dua Puluh Lima

979 43 0
By nadhyaah_

“Sepertinya aku jatuh cinta di waktu yang salah. Kau dan dia saling cinta, sedangkan aku sendirian.”

🍀🍀🍀

Reyhan terkekeh, “Itu cinta pertama aku. Namanya sama kayak kamu, Reyna.”

Deg!

Mendengar pengakuan itu lagi, membuatnya semakin tak percaya.

Jadi bener, cowok didepan aku ini adalah......

“Reyn? Kok bengong?” tanya Reyhan yang bingung saat melihat gadis dihadapannya seketika diam membisu setelah melihat bingkai foto dirinya.

Reyna kenapa sih? Kok kaget banget begitu lihat foto itu — batin Reyhan bergumam.

Hening.

Hening.

“Assalamu'alaikum,”

“OMAAHHH!!!”

Lamunan Reyna buyar dan keheningan antara mereka selesai semenjak suara teriakan anak kecil yang begitu ramai masuk kedalam rumah besar tersebut.

Cepat-cepat Reyna kembali menaruh bingkai foto itu dan bersikap seperti semula. “Eum ka-kayaknya ada tamu, ke depan yuk?” ajak Reyna masih setengah gugup.

“Oke, ayok.”

Kemudian mereka berdua kembali ke ruang tamu dan disana sudah penuh orang. Semua Kakak Kakaknya Reyhan sudah berkumpul di ruang tamu bersama Mamanya, Rahma. Tak lupa, kelima keponakannya pun ikut serta disana.

Kelima keponakannya tengah mengobrol dengan Omah mereka. Ada si kembar Rina Rani, Revan, Rafi dan Rania. Dasar keluarga R!

Mereka semua yang berada di ruang tamu seketika berhenti mengobrol dan pandangannya terfokus pada Reyhan, terutama gadis cantik yang tepat ada di samping Reyhan.

Rasya dan suaminya Fadhil tampak biasa saja saat melihat Reyna, karena mereka sudah mengetahuinya. Sedangkan Rakha, Rio, Regan dan istri mereka tampak bingung dan bertanya-tanya siapakah gadis itu?

Walaupun sebelumnya Rio pernah bertemu gadis itu dirumah sakit, tapi ia hanya mengetahui bahwa Reyna adalah dokter Mamanya sewaktu sakit hari itu.

Kalian masih ingat kejadian dimana Reyhan bertengkar hebat dengan Kakak laki-laki nya saat Rahma masih dirawat yang menyebabkan penyakit Rahma kumat saat itu? Benar, itu adalah Rio. Kakak kedua Reyhan.

“Rey, itu siapa?” ujar Rakha dengan menunjuk kearah Reyna.

Reyna semakin terlihat gugup begitu banyak pasang mata yang menatap dirinya. Ia tahu mungkin sebelum nya mereka hanya tahu Audy dan bukan dirinya, kecuali Rasya dan Fadhil.

“Kenalin, ini calon istri aku Kak.” tutur Reyhan sembari merangkul erat gadis itu.

“Dokter Reyna?” ucap Rio yang kembali mengingat-ingat nama gadis itu. “Ah iya, Reyna kan namanya?”

“I-iya Kak, aku Reyna.” sahut Reyna memperkenalkan diri.

Sontak hal itu membuat Regan, Rakha, Rio dan istri istri mereka dibuat terkejut. Pasalnya yang mereka tahu bahwa sebelumnya Reyhan kekeuh ingin dengan Audy, dan sekarang tiba-tiba berubah.

“Cantik,” celetuk Nadila, istri Rio.

“Manis pula Kak,” timpal Ayu, istri Rakha.

“Namanya pun pas sekali.” tambah Rasya.

“Personil kita bakal nambah nih,” sambung Renata, istri Regan.

Reyna semakin tambah gugup setelah mendapat pujian seperti itu. “Kalian berempat lebih cantik dan juga manis.” jawab Reyna yang menerbitkan sebuah senyuman manis di bibirnya.

Rahma tersenyum bahagia melihat anak, menantu dan calon menantu nya saling bertukar senyum seperti sekarang ini.

“Oh iya, kalian semua harus cobain kue ini.” suruh Rahma kepada anak dan para menantunya. “Reyna yang buat lho,”

“Kue? Tante itu yang buat kuenya Omah?” tanya Revan sambil melirik Reyna, Reyna tersenyum pada anak itu.

“Tentu saja. Revan mau?” tanya Rahma yang langsung di anggukan Revan. “Rina Rani mau juga gak?”

“Rafi, Rania?”

“MAU!”

“MAU!”

Si kembar begitu kompak menjawab nya. Ketiga anak kecil itu langsung membuka box kertas yang digunakan sebagai wadah bungkus kue buah.

Sementara Rafi dan Rania hanya diam memperhatikan sepupu mereka.

“Pelan pelan bukanya, nanti jatuh kue nya.” tegur Rasya memberitahu.

“Iya tante,” jawab ketiga anak kecil itu kompak.

“Reyn, Mama boleh minta pisau, piring dan juga sendoknya?” tanya Rahma yang memperhatikan beberapa benda yang terus di pegang Reyna.

Astaga, Reyna hampir saja lupa. Ketiga benda yang tadi sempat ia ambil di dapur ternyata masih ia pegang. “Astagfirullah, maaf Maa. Reyna lupa,”

Lalu gadis itu memberikan pisau, sendok, piring pada Rahma dan Rahma segera memotong kue nya dan memberikan suapan potongan kue pertama pada Reyna.

****

Pukul 17.00

Hari semakin sore dan cahaya matahari pun sudah tak begitu menyengat panasnya.

Suasana didalam rumah besar itu masih terdengar jelas suara banyak orang mengobrol, termasuk ocehan demi ocehan ketiga anak kecil yang menggemaskan tersebut.

Sejak pagi sampai sore gadis yang berprofesi sebagai seorang dokter masih berada disana. Sudah hampir seharian pula dirinya terus mengobrol dengan si kembar Rina Rani dan juga si tampan Revan.

Awalnya Reyna tengah asyik mengobrol, bertukar cerita dengan Rasya dan keempat kakak iparnya Reyhan, tapi kelima anak kecil itu terus merengek ingin bermain dengan Reyna.

Alhasil, ia mengalah dan menuruti kemauan kelima jagoan kecil itu. Dan kini, Reyna dan 5 orang jagoan kecil sedang asyik bermain air disebuah kolam ban yang berukuran cukup besar.

Canda tawa terus saja memenuhi percakapan mereka berempat. Orang-orang yang berada di sekitar mereka begitu bahagia melihat anak, cucu dan keponakan mereka tertawa sangat lepas sampai sakit perut.

“Tante dokter,” panggil Revan.

“Kenapa sayang?” sahut Reyna bertanya-tanya.

“Ayok ikutan main air sama kita, seru lho tante dokter!” seru Revan begitu antusias.

“Semakin ramai semakin seru, Tan!” seru Rania.

“Betul itu.” timpak Rafi.

Sebenarnya Reyna ingin sekali ikut serta bermain air seperti mereka, tapi dikarenakan ia tak membawa baju ganti, jadi niatnya itu ia urungkan.

“Tante gak bawa baju ganti sayang, lain kali aja ya tante ikut main air sama kalian,” tolak Reyna pelan-pelan.

“Yahh tante, gak seru dong.” ujar Rani dengan raut wajah kecewa.

“Iya tante cantik ikutan aja, pliiisss. Mau ya ya ya ya tante?” bujuk Rina agar Reyna mau ikut bermain dengan mereka.

Reyna terdiam, ia bingung harus memberitahukan seperti apa supaya Revan, Rina, Rani, Rafi dan Rania tak terus memintanya untuk ikut bergabung.

“Udah ikutan aja kali,” celetuk seseorang diambang pintu.

"Eh?” Reyna terkejut.

“Masalah baju mah gampang,”

“Euh gausah, nanti ngerepotin Rey,”

“Yakin nih?”

Yap, yang ada diambang pintu adalah Reyhan. Ia begitu senang melihat ketiga keponakannya bisa langsung akrab dengan Reyna, dibandingkan saat ketiga keponakannya bertemu Audy dulu.

“Ahahaha Rani muka kamu lucu kalo di cipratin air, ahahaha...” ucap Rina yang sedaritadi terus menjahili saudara kembarnya.

“Rina aaaaahhhh..” rengek Rani kesal.

Revan tertawa melihat saudara sepupunya saling jahil satu sama lain. “Ahaha tante dokter lihat deh si kembar, ahahaha..”

“Pada ngapain nih, seru banget keliatannya?” tanya Rasya yang datang entah darimana.

“Liatin yang lagi asyik main air,” celetuk Reyhan.

Reyna terkekeh, “Biasa Kak daritadi ngasuh yang lagi asyik main air, hahaha.”

Rasya ikut tertawa, “Yang ngasuh nya gak ikutan main air nih?”

“Eh tante Acha,” sapa Revan tersenyum.

“Halo sayang,”

“Tante Acha, Revan boleh minta tolong gak?”

Rasya mengernyitkan alisnya, “Boleh. Kira-kira apa tuh?”

Anak itu melirik gadis yang jaraknya tak jauh dari hadapannya. “Tolong bujuk tante dokter supaya mau main air juga, okeh tante Acha?”

Baik Rasya maupun Reyhan terkekeh satu sama lain. “Oke siap laksanakan.”

Kini Rasya menatap Reyna. “Tante dokter diajakin main air tuh sama Revan,” ucap Rasya dengan nada anak kecil.

“Yah tante dokter nya diem aja atuh, Van.” timpal Reyhan dengan nada sok memelas.

Mungkin efek geram, akhirnya Revan keluar dari kolam ban dan menarik tangan Reyna. “Tante ayok.”

“Buat bajunya nanti pinjam ke tante Acha atau ga ke Bunda aku, oke tante dokter?”

Revan terus saja mencoba membujuk Reyna dengan berbagai macam cara. “Mau ya tante?”

“Betul tuh, nanti aku pinjamkan baju ganti buat kamu. Tenang aja bu dokter, haha.” sahut Acha membantu meyakinkan.

Reyna menghembuskan napasnya pasrah, “Oke oke tante ikut main air,”

“HOREEE!! Makasih tante dokter,” teriak Revan yang langsung memeluk Reyna dengan keadaan baju basah.

Dan sekarang, baju dokter itu mulai basah. “Yah basah duluan deh baju tante.”

Rina, Rani, Revan, Rasya, dan Reyhan tertawa bersama. Dasar keluarga R.

“Biarin, ayok tante!”

“Iya sayang.” ujar Reyna menyetujui. “Euh Kak nanti aku pinjam dulu ya bajunya,”

Acha mengangguk senang, “Nanti kakak ambilin bajunya.”

Langkah Revan terhenti sejenak, “Aduh aku lupa.”

“Lupa apa Van?” tanya Reyhan bingung.

Lalu anak itu melepaskan tangan Reyna dan beralih menghampiri Reyhan yang tengah berdiri sambil bersandar di kusen pintu. “Om juga harus ikut!”

Tak mau mendapat penolakan lagi, Revan pun langsung menarik tangan Om nya itu.

“Om Reyhan aja yang gandeng tangan tante dokter.” ujar Revan yang menyatukan antara tangan Reyna dan tangan Om nya.

Deg!

Tatapan mereka berdua kembali bertemu dan mereka berdua pun sama sama diam membisu.

Hening.

Hening.

Melihat adegan ini Acha tersenyum bahagia. Entah kenapa rasanya ia lebih bahagia jika adiknya hidup bersama Reyna, daripada hidup bersama Audy.

“Ehem ehemmm...”

“Yang lagi mainan air nungguin tuh, ahaha..”

Acha terus saja menggoda mereka. Baik Reyhan atau Reyna kembali tersadar dan saling membuang pandangan ke sembarang arah untuk menghindari kegugupan.

“Tante cantik kok mukanya merah?” celetuk Rani memperhatikan perubahan warna di wajah Reyna.

Rina tertawa, “Ahahaha iya. Om Rey juga,”

Tak mau berlama-lama lagi akhirnya Reyhan menggenggam tangan gadis itu lagi dan mereka semua langsung bermain air dengan bahagia.

Canda tawa yang terus terlihat dari wajah mereka berlima. Sampai-sampai suara mereka berlima terdengar ke dalam rumah, alhasil beberapa orang yang ada didalam rumah beralih tempat menuju taman belakang. Rahma pun ikut serta disana.

Senyuman demi senyuman terus merekah di bibir Rahma. Betapa indah sore itu dirinya melihat Reyhan bisa tertawa lepas bersama gadis pilihannya.

****

Seminggu kemudian.....

Kini adalah tepat hari pernikahan antara Irene dan Arga. Sejak pagi pagi buta Reyna sudah terbangun dari tidurnya dan sekarang tengah bersiap-siap dan berdandan di depan cermin.

Biasalah namanya juga perempuan pasti tak lepas dari berbagai macam make-up, begitupula dengan skincare.

Dengan telaten ia memoleskan foundation, bedak, mengukir alis, memakai eyeshadow, eyeliner, blush on dan terakhir lipcream  pinkcredible yang biasa ia gunakan sehari-hari.

Cantik. Satu kata yang saat ini bisa menggambarkan keadaan Reyna, dengan dilengkapi balutan kebaya brukat berwarna sky blue yang sangat pas ditubuhnya.

Dan juga keadaan rambut yang sudah di konde rapih dengan memakai sedikit hiasan di samping kepalanya. Tak lupa, Reyna juga memakai heels berwarna navy yang tak kalah cantik dengan wajahnya.

“Hmmmm perfect!” kata nya tersenyum didepan cermin.

Sekiranya selesai berdandan, ia pun keluar dari kamar dan menghampiri seorang lelaki yang membuatnya jatuh cinta—lagi. Siapa lagi kalau bukan Reyhan?

Reyhan yang tengah sibuk memainkan ponselnya seketika menunda aktivitas nya karena mendengar suara langkah kaki yang turun dari tangga.

Cowok itu diam membisu begitu melihat betapa cantiknya gadis yang sekarang ada di hadapannya.

Pertama kalinya aku liat dia dandan begini. Cantik — gumam Reyhan membantin.

Orang-orang yang melihat Reyna saat ini pasti akan termenung karena takjub dengan kecantikan gadis itu.

Reyna merasa gugup apalagi cowok itu terus memandanginya, “Yuk berangkat?”

Hening.

Cowok itu tetap diam terpaku. “Reyhan?” panggil Reyna.

“Ah iya iya, kenapa?” sahut Reyhan yang akhirnya kembali sadar ke alam nyata.

“Eheemmm.. Kayaknya ada yang terpana nih sama kecantikan anak bunda, ahahaha.” celetuk Malla yang membuat Reyhan jadi salah tingkah, begitupun dengan anak gadisnya.

Astaga, cowok itu shy shy cat alias malu malu kucing. “Bunda kebiasaan nih ngeledek Rey terus,”

“Yauda Bun kita pamit ya,” ucap Reyna sambil menyalami tangan Bunda nya, yang diikuti oleh cowok itu.

Mereka berdua langsung masuk kedalam mobil Reyhan dan berangkat menuju lokasi gedung pernikahan sahabat mereka berdua.

Mereka berdua berangkat dengan keadaan langit yang masih pagi karena lokasi nya cukup banyak memakan waktu dan supaya mereka bisa melihat langsung prosesi akad nikah Irene juga Arga.

Sekitar 90 menit kemudian tibalah mereka di tempat tujuan dan langsung mencari lahan parkiran mobil kosong yang telah disediakan.

“Yuk turun!”

“Oke, yuk.”

Reyna maupun Reyhan langsung bergegas masuk kedalam gedung dan sebelum masuk telah memperlihatkan undangan pada satpam yang tengah berjaga di pintu masuk gedung.

Dekorasi seisi gedung begitu terlihat mewah dan elegan. Perpaduan berbagai macam warna dan jenis bunga lah yang membuat suasana pernikahan itu terlihat mewah. Cantik.

“Eh double R!” sapa Arga si calon pengantin.

Reyhan dan Reyna menoleh bersamaan.

“Arga? Yaampun gagah nya, ahaha..” kata Reyna yang begitu takjub melihat sahabatnya akan menikah beberapa menit lagi.

“Makasih Reyna,”

Aduhai, gagah nya Arga sudah memakai baju mantenan berwarna hitam khas jawa, dilengkapi dengan blangkon yang melekat sempurna di kepalanya.

Dalam bahasa Jawa, manten memiliki arti pengantin. Sehingga baju ini merupakan pakaian adat yang sering digunakan pada saat pernikahan. Model baju pria dan wanita biasanya sama, terbuat dari bahan beledu dan memiliki warna dasar hitam.

“Bro, lo udah hapal belum ijab qabul nya?” goda Reyhan begitu semangat.

Arga terlihat kikuk, dan cukup gugup. “InsyaAllah hapal. Gugup nih gue,”

“Itu hal yang wajar.”

“Oh iya Irene dimana?” tanya Reyna penasaran.

Arga menunjukkan arah tempat dimana calon istrinya dengan jari telunjuk. “Tuh disana, ke kiri.”

Reyna mengangguk paham, “Yauda aku mau ke Irene ya Rey?”

“Yauda oke.”

Gadis itu bergegas ke sebuah tempat yang tadi ditujukan arahnya oleh Arga. Tak lama kemudian sampailah ia didepan pintu yang ia duga itu adalah ruang make-up nya.

Tok tok tok

“Irene? Ada didalam?” tanya Reyna dari ambang pintu.

Tak lama pintu terbuka dan Reyna terkejut begitu melihat siapa yang telah membukakan pintu. Dia diam membisu. Isi kepalanya pun dipenuhi banyak pertanyaan.

Audy? Dia disini? — gumam Reyna membatin.

Oh iya ia hampir saja lupa. Audy juga teman dari Irene dan Arga semasa SMA dulu, jadi pantas saja wanita itu ada disini.

“Reyna?”

“Audy?”

“Akhirnya kita bisa ketemu lagi,” kata Audy yang langsung memeluk Reyna.

Reyna membalas pelukan itu, “Ahaha iya. Irene didalam?” ujar Reyna melepas pelukannya

Tentu saja Audy mengangguk, “Yap. Ayok masuk Reyn,”

Mereka pun masuk kedalam, dan kembali menutup pintu ruangan tersebut.

Astaga begitu cantik Irene yang sejak tadi terpaku didepan cermin. Tak hanya cantik, ia pun terlihat anggun apalagi hiasan rambut yang begitu terlihat mewah.

“Astaga Irene, cantik bangettt.!!!” seru Reyna yang begitu bahagia melihat sahabat sekaligus partner kerja nya sebentar lagi akan sah menjadi istri orang.

Irene tersenyum bahagia melihat kedatangan Reyna. Mereka pun berpelukan. “Huaa Reyna aku gugup,”

“Arga juga gugup banget tuh tadi.” ucap Reyna.

“Oh ya?” jawab Irene antusias.

Reyna mengangguk, “Iya, sekarang lagi ngobrol dibawah sama Rey—” balas Reyna.

Ucapannya terpotong karena ia lupa didalam ruangan ada Audy, yang sekarang berstatus mantan pacar Reyhan. Ia tak mau Audy sampai tahu hal ini.

Audy tersenyum bahagia melihat dia orang di hadapannya. “Kalian berdua sama-sama cantik.”

“Aku jadi bingung yang hari ini mau nikah cuman 1 orang atau 2 orang sekaligus, ahahaha..” lanjut Audy menambahkan.

Mereka semua tertawa satu sama lain. Tapi Reyna tak sepenuhnya tertawa, ia terus memikirkan apa yang kini ada di kepalanya.

****


Pukul 09.45

Acara ijab qabul pun berjalan dengan lancar. Begitupula dengan Arga, ia begitu lancar mengucapkan ijab qabul hanya dengan satu napas saja.

Kini Irene dan Arga sudah sah menjadi suami istri. Dan Irene pun sudah resmi menjadi istri orang, mulai sekarang jika Irene ingin kemanapun harus izin dahulu pada suaminya.

Alangkah bahagia nya mereka saat ini yang terduduk manis di pelaminan sana. Reyna yang melihat itu ikut bahagia, Reyhan pun juga sama.

“Kamu mau minum Rey?” tanya Reyna ditengah keheningan yang terjadi.

“Boleh,” sahut Reyhan singkat.

“Oke, aku ambilin dulu.”

“Makasih,”

Setelah itu Reyna pun pergi meninggalkan Reyhan dan beralih menuju meja minuman yang jaraknya agak jauh dari keberadaan mereka tadi.

Sambil menunggu gadis itu mengambil segelas minuman untuk nya, Reyhan memainkan ponsel miliknya dan seperti biasa ia membuka beberapa sosial media yang ia punya.

“Reyhan?” sapa seseorang, membuat Reyhan berhenti memainkan ponsel.

Cowok itu mendongak dan sedikit terkejut begitu tahu siapa yang menyapanya, “Audy? Kamu disini juga?”

“Yap. Arkan juga di undang, lho.” jawab Audy memberitahu. Reyhan hanya ber 'oh' ria.

“Kamu kesini sendiri?”

“Ah oh itu sama sepupu,” jawab Reyhan asal. Ia ingin sekali memberitahu yang sebenarnya, tapi sepertinya ini bukan waktu yang tepat.

Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang tengah memperhatikan mereka berdua. Siapa lagi kalau bukan Reyna?

Reyna yang akan memberikan segelas es jeruk pada Reyhan itu ia urungkan niatnya karena sepertinya Reyhan tengah asyik berbincang dengan mantan pacarnya.

Dan kini Reyna menjauh dari mereka, memilih duduk sendirian di sebuah meja bundar dengan 4 kursi yang sengaja disediakan disana.

Sakit. Itulah yang saat ini Reyna rasakan. Sekuat tenaga ia menahan air matanya yang akan jatuh menetes.

Ia pun meminum segelas es jeruk yang tadi ia ambil untuk Reyhan. Daripada sayang dibuang, lebih baik ia minum. Bukan begitu?

Reyna duduk membelakangi Reyhan dan Audy. Pertanyaan demi pertanyaan dan dugaan demi dugaan yang sebelumnya ia bayangkan, sekarang terjadi.

Tak jauh dari keberadaan Reyna, ada seorang laki-laki yang tengah memperhatikan dirinya dengan penuh tanda tanya.

Karena penasaran, laki-laki itu langsung menghampiri Reyna yang sepertinya tengah bersedih. “Reyna? Eh hai,” sapa cowok itu.

Reyna mendongak, “Arkan? Kok bisa disini?”

Benar, cowok itu adalah Arkan. Oh iya Arkan lupa kalau Reyna belum mengetahui bahwa dirinya adalah teman SMA Arga dan juga Irene.

“Boleh duduk?”

“Ya boleh lah, duduk aja Kan.”

Akhirnya Arkan pun duduk dan sengaja duduk tepat berhadapan dengan sahabat kecilnya.

“Tadi kamu nanya kenapa aku bisa disini?” tanya Arkan yang mengulang pertanyaan Reyna.

Gadis itu mengangguk, “Kenapa?”

“Aku teman SMA mereka berdua,” tutur Arkan yang menunjuk kearah 2 orang yang duduk di atas pelaminan.

Hal itu tentu membuat Reyna terkejut. “Kamu teman SMA nya mereka? Berarti kenal Audy?”

“Kenal lah, dia sepupu aku.” sahut Arkan singkat.

Sepupu? Jadi Arkan juga kenal dong sama Reyhan? — batin Reyna bertanya-tanya.

Dengan penasaran Reyna pun menanyakan apa yang ada di pikirannya. “Eum kenal Reyhan juga?” tanya Reyna setengah ragu.

Arkan pun mengangguk. Tentu saja ia kenal, “Kenal. Dia mantan pacar nya Audy, sepupu aku.”

“Kamu kenal Reyhan sama Audy?” kini Arkan lah yang bertanya.

“Iya, aku kenal.”

Ya Tuhan, dunia benar-benar sesempit ini?

“Arkan? Kamu ngobrol sama siapa?” tanya seseorang, suaranya sih wanita.

Merasa tak asing dengan suaranya, Reyna dan Arkan menengok kearah samping. Damn!

“Reyna?” ucap Audy.

Lagi-lagi Reyna mendapatkan pemandangan yang tak mengenakan. Kenapa? Karena ia melihat tangan Audy yang tengah bergelayut di lengan Reyhan.

Perasaannya semakin sakit melihat pemandangan itu. Ia langsung membuang muka setelah melihat tangan Audy yang bergelayut di lengan cowok itu.

Reyhan ikut terkejut begitu melihat Reyna yang tengah asyik mengobrol dengan Arkan dan sepertinya sudah sangat akrab.

Entah kenapa ia merasa sedikit kesal melihat pemandangan tersebut.

Sekuat tenaga Reyna menahan amarah dan air matanya. Dan mencoba bersikap seperti biasanya.

“Boleh gabung?” tanya Audy dengan hati-hati.

"Tentu,” sahut Arkan. “Boleh kan Reyn?”

Reyna tersenyum dan mengangguk singkat.

Cemburu dengan orang yang kita suka dalam diam itu lucu ya. Sakit, tapi gengsi.

🍀🍀🍀

Keliatannya bukan hanya Reyna yang terkejut, Reyhan, Audy dan Arkan juga tuh gaez.

Emang sakit ya ternyata kalo kita suka sama orang yang belum bisa moveon dari masa lalunya. Eh tunggu, kok author nya jadi bucin sih? Awokwok maap:v

🍀🍀🍀

SEE YOU... 👋
❤❤❤❤







*vote comment nya dong buat pertanda kalian suka sama cerita ini, hehe:v

~Next part?¿~

Continue Reading

You'll Also Like

2.9M 166K 61
Kisah yang menceritakan kehidupan Rio dan Vania setelah memiliki Arka, buah cinta mereka. Kepolosan dan kepintaran Arka membuat hidup mereka lebih be...
158K 6.7K 40
⚠️ Cerita ini dapat menyebabkan gusi kering karena senyam-senyum seperti orang gila, salting brutal jungkir balik, dan menghalu tanpa batas❤️ °~°~°~°...
12.8K 1.2K 42
Hidup ku gelap. Banyak masa dimana aku mengalami kesepian. Hidupku pahit, seperti Cappuccino tanpa gula. Sedangkan hidupnya? Baik-baik saja. Hampir b...
1M 66.8K 50
Gama itu ganteng, baik, pinter masak, dan kaya raya. Apalagi alasan Naysa untuk tidak jatuh cinta? Diam-diam Naysa tidak bisa menolak rasa nyaman yan...