DEVANARA

By AliffiyaDza

13K 2.9K 455

[KREATIF DONG, JANGAN BISANYA PLAGIAT DOANG] [SLOW UPDATE] Note : cerita awal berjudul aldevano, sekarang gan... More

PROLOG
1.DANAU DAN AWAL
3.MANSION ALDEV
4.CLUB MALAM
5.TRAGEDI CLUB
6.MENJAUH DARI NARA
7.JADI SIAPA YANG SALAH?
8.BERULAH
9.PERINGATAN KECIL
10.TENTANG MIMPI
11.APAKAH BENAR PAPA?
12.MEMBUKA LUKA LAMA
13.BOCAH NYEBELIN
14.PERSOALAN GAVIN
15.CERITA TENTANG ELSYA
16.KELUARGA CEMARA
17.RINDU
18.DERETAN SENDU
19.IBLIS KECIL
20.BIANGLALA
21.HILANG
22.MAAF
23.KETEMU
24.KEMBALI SADAR
25.NARA DAN BOCIL KEMATIAN
26.MANJANYA ANARA
27. DAY WITH DEVAN
28. DATE?
29. CERITA PANTAI

2.KOTAK DAN KENYA

833 206 36
By AliffiyaDza

"sejujurnya, saat ini gue kesepian."

-Aldevano Felixo-

•••

"Assalamualaikum bu, Nara pulang." Nara menaruh tasnya di atas meja.

"Ibu dimana?" Nara celingak-celinguk, menoleh ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan Desi–ibunya itu.

Nara mencari Desi ke seluruh penjuru rumah. Namun ia sama sekali tidak menemukan keberadaan ibunya di manapun.

Di mana ibunya sekarang?

"Sudahlah, mungkin ibu keluar." Nara masuk ke dalam kamarnya. Membasuh tubuhnya dengan air yang sejuk, lalu bergegas membuat makan malam.

"Ngapain kamu?" ujar Desi yang entah sejak kapan berada di belakang Nara, dan di tangganya memegang sebuah botol anggur yang masih bersegel.

"Masak bu." Nara memasukkan sayuran ke dalam panci berisi air yang sudah mendidih.

Desi menatap Nara tajam, mencengkram tangan Nara kasar dan membawanya keluar dari dalam dapur.

"Jangan kotori dapur saya, anak haram!" Desi menghempaskan tubuh Nara ke lantai.

"Apa salah Nara bu?" Nara menunduk menitihkan air matanya.

Desi masuk ke dalam dapur, lalu kembali dengan membawa seember air berisi es batu. Menumpahkannya ke atas kepala Nara.

"Salah karena kamu telah lahir ke dunia ini!" Desi pergi meninggalkan Nara yang semakin terisak.

"Kenapa ibu benci banget sama Nara?" Nara bangkit, kembali masuk ke dalam dapur.

Menyelesaikan masakannya yang belum matang, lalu menghidangkannya di meja makan. Harap-harap Desi akan memakannya nanti.

Nara lalu masuk ke dalam kamarnya. Mengunci pintu kamatnya rapat-rapat. Nara kembali menangis! Nara bingung akan hidupnya ini.

Jika ibunya benar tidak menginginkannya ada di dunia ini. Lantas untuk apa ia dilahirkan. Bahkan sampai dia sebesar ini, ia tidak pernah tau siapa dan seperti apa sosok ayahnya.

•••

"Dev."

Langkah Aldev terhenti saat ia mendengar suara yang sangat familiar di telinganya itu. Aldev menoleh, lalu menaikkan sebelah alisnya.

"Aku mau bicara sebentar Dev." Kenya memegang lengan Aldev.

"Kenya mohon," lanjut Kenya dengan puppy eyes-nya membuat Aldev tidak tega dan akhirnya mengalah.

"Apa?" Aldev menyingkirkan tangan Kenya. Menatap Kenya malas.

"Aldev, aku mau jelas-"

Belum selesai Kenya berbicara, Aldev sudah pergi meninggalkan Kenya. Aldev sangat malas berurusan dengan Kenya.

Aldev sungguh membenci gadis itu!

"Aldev, kamu datang untuk makan malam bersama?" Suara bariton milik Ardhi membuat langkah Aldev kembali terhenti.

"Mau ambil barang," ujar Aldev, lalu kembali melanjutkan langkahnya sama sekali tidak memperdulikan Ardhi yang tengah marah-marah di sana.

Aldev tidak ingin membuang waktunya lama-lama di rumah itu. Rumah masa kecilnya. Rumah yang menyimpan sejuta kenangan masa kecilnya.

Rumah yang membuatnya selalu teringat akan sang mama, dan juga rumah yang merenggut semua kebahagiaannya.

Aldev turun dari lantai dua dengan membawa kardus di tangannya. "Saya permisi," ujar Aldev melewati Kenya dan Arhdi.

"Kardus apa itu?" tanya Ardhi. Aldev menghela napasnya, malas sekali ia menjawab pertanyaan dari papanya itu.

Aldev membalikkan tubuhnya ke belakang lalu menatap Ardhi. "Bukan urusan anda."

Aldev keluar dari dalam rumah, masuk ke dalam mobilnya. Dan segera kembali ke apartement-nya.

Aldev memarkirkan mobilnya di basement apartement, ia segera memasuki gedung apartement.

Pintu lift terbuka tepat di lantai 17, Aldev berjalan perlahan membawa kotak sedang di tangannya, lalu dia berhenti di depan pintu apartement-nya.

Ia memperhatikan seseorang yang memakai hoodie berwarna hitam, duduk menunduk di depan pintu apartement-nya.

"Siapa lo?" Aldev meletakkan kotak yang ia bawa di lantai, berjalan mendekati orang itu. Dan membuka hoodie orang itu secara perlahan.

"Bangsat," pekik Aldev tersentak mundur. "Gila lo Gav! Lo hampir buat gue jantungan anjing!"

Aldev memegang dadanya, napasnya memburu. Ia pikir siapa yang berada di depan pintu apartement-nya itu.

"Harusnya gue yang bilang gitu ke lo, lah ini malah lo yang nyolot." Gavin bangkit, berjalan mendekati Aldev.

"Lo udah buat gue nunggu lama. Padahal lo sendiri yang nyuruh cepet, tapi malah lo yang ngaret." Gavin mengoceh tidak terima.

"Lagian juga lo ngapain di depan pintu, ngagetin gue aja! Kan lo tinggal masuk aja ke dalam, lo kan tau password apartement gue," ujar Aldev balik mengocehi sahabatnya itu.

"Iya juga ya Al, ngapain coba gue di sini," jawab Gavin dengan tampang begonya.

Aldev mendengus. "Makanya otak lo itu jangan bego-bego amat."

"Memangnya lo dari mana Al?"

Aldev mengambil kotak yang tadi sempat ia letakkan di lantai lalu menyerahkannya pada Gavin. "Gue tadi ngambil ini, pegang!"

Aldev memencet password dan membuat pintu apartement-nya. Gavin masuk ke dalam apartement Aldev dengan tidak sabarnya.

Gavin meletakkan kotak itu di atas meja, lalu dia menjatuhkan bokongnya di atas sofa ruang tamu Aldev yang empuk.

"Sebenernya lo ngapain sih nyuruh gue ke sini, mana nyuruh cepet-cepet lagi." Gavin melirik Aldev yang sudah duduk di sampingnya.

Aldev menghela napas. "Gak apa, gue cuman kesepian aja gak ada teman di apart," ujar Aldev santai, lalu bangkit dari duduknya dan pergi ke dapur.

Dia membuka kulkas lalu mengambil dua botol air dingin. Membawanya ke ruang tengah, dan menyerahkan salah satu botol itu pada Gavin.

"Tau banget lo kalo gue haus." Gavin menerima botol air itu dengan mata berbinar.

Dia membuka botol minum itu dengan cepat lalu meminum air yang ada di dalam botol hingga tandas tidak tersisa setetes pun.

"Lo buat gue cepet-cepet ke sini cuman karena lo kesepian gak ada teman? Astaga Al, gue pikir ada apa coba, lo tau gak tadi gue ngebut banget bawa motornya Al, gue pikir lo kenapa-napa. Buat gue khawatir aja lo!"

Gavin melempar Aldev dengan botol air yang sudah kosong. Menatap Aldev tajam kemudian menghela napasnya lega, karena ternyata sahabatnya itu tidak kenapa-kenapa.

"Lo gak pernah sendiri elah Al, ada gue." Gavin merangkul pundak Aldev. "Mending sekarang kita main ps aja, gimana tuh? Mau gak?" Gavin menaikkan sebelah alisnya.

Aldev melempar stik PlayStation ke arah Gavin. Gavin yang tidak siap menerima lemparan mendadak itu, lantas membuat stik PlayStation jatuh tepat mengenai kepalanya.

"Aw Al lo bego banget dah, sakit ini kepala gue, astaga!" pekik Gavin marah.

Aldev tergelak melihat wajah kesakitan Gavin. "Maaf Gav gue sengaja.. haha." Aldev bangkit menghidupkan PlayStation-nya, dan memulai permainan.

"Gav, tembak bego! Woy tembak!"

Aldev mendengus kesal, lalu menoleh ke arah Gavin. Ah rupanya Gavin tertidur. Dasar! Aldev bangkit lalu mematikan PlayStation-nya.

Aldev berjalan menuju kamarnya, membuka lemari dan mengambil selimut yang ada di dalam sana.

Dia kembali ke ruang tamu dengan selimut yang sudah ada di tangannya, lalu menyelimuti Gavin yang sudah tertidur pulas di atas karpet berbulu miliknya.

"Gue pergi sebentar." Aldev mengambil kunci mobilnya di atas meja.

Aldev menyusuri jalanan kota Jakarta dengan kecepatan sedang. Ia menginjak pedal remnya mendadak, membuat kepalanya hampir saja terbentur setir mobil.

Aldev memundurkan mobilnya perlahan, berhenti tepat di samping seorang gadis. Aldev menurunkan kaca mobilnya. Ah tepat dugaannya.

Gadis itu adalah Nara, tapi apa yang Nara lakukan di sini malam-malam?

"Masuk lo." Aldev menginstruksikan Nara untuk masuk ke dalam mobil, membuat Nara mau tidak mau masuk ke dalam mobil Aldev.

Aldev mengunci pintu mobil. Mendekat ke arah Nara, membuat Nara sedikit was-was. "A–ada apa Dev." Nara menatap Aldev dengan takut.

"Pakai sabuk pengamannya." Aldev memasangkan safe belt Nara, membuat Nara menghela napasnya lega.

Aldev menatap Nara, ia mengetuk kening Nara pelan. "Lo pikir gue bakal nyium lo gitu? Ngarep lo!" Aldev kembali menjalan mobilnya.

Nara menoleh ke arah Aldev, memperhatikan wajah Aldev dengan seksama. Jika di lihat-lihat, Aldev memang sangat tampan!

"Udah puas ngeliatin gue-nya," ujar Aldev membuat Nara tersadar dan cepat-cepat memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Ah Nara apa yang kau lakukan! Memalukan sekali!" Nara memekik di dalam hatinya, dia menggigit bibir bawahnya berusaha menahan malu.

"Dih, memang siapa yang ngeliatin kamu! Orang aku lagi merhatiin cara kamu nyetir mobil aja kok."

Nara mengelak sambil menyilangkan kedua tangannya di dada. Membuat Aldev sedikit gemas akan tingkahnya itu.

"Dasar, alesan aja lo cupu!"

•••

Stay at home guys.
Jaga kesehatan kalian oke.

Dapet kecupan dari Aldev tuh... Wkwk.

Continue Reading

You'll Also Like

854K 64.6K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
3.1M 152K 22
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
2.6M 129K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.6M 309K 34
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...