SAMUDRA ; My Bad Boy Husband...

By niscitaay

23.7M 2.2M 454K

[ šŸš« KONTEN HALU TINGGI! GAK SUKA WAJIB JAUH-JAUH! šŸš« ] [ FOLLOW DULU SEBELUM BACA ! ] Best Higgest Rank 1 in... More

PROLOG
Samudra Alfa Adison
Arabella Nouis
Rumah baru, Dunia baru
Tempat Istimewa
Jadi organisasi kelas?
Luka dan makian
Pembelajaran Pagi Si Tampan
Belanja Versi Bela
Sebuah Penyesalan
Cuma penasaran
Rumah sakit atau kuburan?
Pilihan yang tepat
Kelakuan gila
Hukuman dadakan
Proses tak meghianati hasil
Belanja Versi Samudra
Situasi Aneh
Bukan tandingannya
Harus mulai terbiasa
Ibu rumah tangga
Kenyataan Sesungguhnya
Mati lampu part satu
MINGGU VIBES
Martabak coklat versi jalanan
Bukan masalah besar
Penyelasan Lagi
Bimbang
QUESTION
Miliknya
Ekspetasi Realita
Perkelahian kecil?
Baikan?
Jealous? No!
šŸ™šŸ™šŸ™
Orang cantik, katanya.
Tamu tak diundang
Bermain versi DraLa
Penyelesaian Bela
Awalan ?
Sweet Feat Mr.Adison
Bastard
šŸ•Š BP šŸ•Š
怂 CAST 怂
Sweet Feat Nyonya Adison
Official Day
throwback
Quality Time
Budak Cinta?
Sebuah Pengakuan
Jangan Pergi.
Terungkap
Real Official
Menjauh?
night sweet feat hurt nyonya Adison
Kabar Buruk
Sam-nya Bela.
Kabar Gila
Perlakuan manis
EPILOG
EXTRA PART āœØ
DRALA

Martabak Coklat Versi Bela

331K 37K 8.7K
By niscitaay

Mau buka hati, tapi lupa password.

- Samudra Alfa Adison

°
°
°

[ DUA PULUH DELAPAN ]

. . .

Begitu tangan kekarnya membuka knop pintu kamar nya, manik Samudra kini disuguhi pemandangan cantik yang akhir-akhir ini sering ia lihat.

Lirikan singkat Bela lakukan, terlalu malas mengetahui bahwa Samudra-lah yang masuk. Walau memang hanya Samudra saja yang akan masuk kedalam kamar ini.

Dengan kuncir kudanya serta piyama tidur bergambar unicorn itu, Bela terlihat fokus berkutat dengan laptop milik Samudra. Laptop yang sudah menjadi hak milik gadis itu, karena memang Samudra tidak terlalu membutuhkannya. Dan gadis itu memohon mati-matian untuk meminjamkannya laptop agar bisa menonton drama kesayangannya.

Permohonan menggemaskan yang berhasil membuat Samudra meng-iyakannya.

Dengan langkah santai nya Samudra mendudukkan bokongnya pada ujung kasur, maniknya tak bisa lepas menatap Bela yang duduk diatas sofa depan kasurnya.

Penasaran dengan pekerjaan gadis itu, Samudra pun memilih untuk mendekati Bela.

"Ngapain?" tanya Samudra seraya mencondongkan wajahnya. Maniknya ingin leluasa melihat layar laptop yang berhasil membuat istrinya itu fokus.

Tak ada jawaban atas pertanyaannya. Bahkan manik Bela juga enggan untuk menatapnya.

Samudra yakin gadisnya itu tengah marah akibat kelakuannya beberapa jam lalu. Kalau sudah seperti ini, Samudra lebih suka Bela yang cerewet dari pada Bela yang dingin seperti ini.

"Gue tanya lo lagi ngapain?" dengan wajah datarnya Samudra kembali menatap Bela.

"Budek ya?"

"Gue ngomong sama lo, Bela,"

"Heh,"

Dengan gemas Samudra pun mencubit pipi tembam Bela, perlakuan yang berhasil mendapatkan lirikan tajam dari mata cantik gadis itu.

"Orang nanya tuh dijawab." ujar Samudra seraya menegakkan tubuhnya. Terlihat tak peduli walau Bela sudah menatapnya tajam seperti itu.

Dengkusan kesal pun Samudra lakukan. Bukannya menjawab kembali pertanyaan nya gadis itu malah kembali sok fokus pada laptop didepannya.

"Marah?"

"berisik."

Dengan gerakan cepat Bela terlihat menutup laptopnya, berusaha bangkit namun nihil karena tangan kekar Samudra sudah mencekal tangannya.

"Lepasin ih,"

"Lo mau keluar kaya gini?" tanya Samudra tak suka. Maniknya kini mengelilingi seluruh tubuh gadis itu. Memberitahu kepadanya bahwa gadis itu sedang tidak memakai kerudungnya. Ditambah ada orang gila berstatus sahabat suaminya itu dirumah ini.

"Lo lupa kalo ada Gilang?"

"Siapa suruh bawa dia kesini?" Sindir Bela sarkas. Masih amat sangat kesal dengan kelakuan suaminya beberapa jam yang lalu.

"Ya gue terpaksa,"

"Bodo." memilih acuh dengan Samudra, tubuhnya kini kembali berjalan menjauh meninggalkan cowok itu, menghempaskan kasar lengan kekar yang menganggu pergerakannya.

Namun belum sempat Bela membuka pintu kamarnya, pejaman mata putus asa pun gadis itu perlihatkan.

Ia juga masih punya malu untuk tidak keluar dengan pakaian seperti ini dihadapan Gilang. Berusaha terbiasa dengan adanya Samudra saja sangat sulit, lah sekarang? Ditambah cowok berambut ungu tua itu.

Hembusan nafas kasar terdengar, dengan pasrah gadis berpiyama unicorn itu membalikkan tubuhnya.

Sedikit terkejut karena ternyata Samudra sedari tadi menatapnya. Ayolah, Bela malu kalau harus balik lagi kesana. Tapi ia juga tidak mau keluar dengan pakaian seperti ini.

Yatuhan, Bela harus apa?

"Jangan marah,"

Bukannya mandapat ledekan, Bela cukup terkejut mendengar penuturan kata dengan nada lembut itu, bahkan tanpa sadar sekarang Bela sudah membuka mulutnya. Tak percaya bahwa seorang Samudra Alfa Adison bisa mengeluarkan kata kata selembut sutra.

Sialnya lagi ditambah wajah memelas cowok tampan itu, mukanya kaya suami gak dikasih jatah sama istri. Gemesin banget!

"Gue juga gak bakal bawa Gilang kesini kalo bukan karena tuh cowok ada masalah, Bel," jelas Samudra pelan.

Penjelasan terlembut yang terdengar malam ini berhasil membuat Bela lupa dengan kekesalannya. Kekesalan yang diakibatkan oleh cowok dihadapannya itu.

Cukup lama Bela berdiam diri dengan wajah sok kagetnya. Berdeham canggung pun Bela lakukan, kakinya juga kini dengan ragu kembali berjalan mendekati Samudra.

Tak mau terlihat salah tingkah, dan masih ingin melanjutkan acara kekesalannya, manik gadis berkuncir kuda itu pun tak mau menatap cowok yang masih fokus memperhatikan gerak geriknya.

Terlihat masa bodoh dan kembali duduk diatas sofa, membuka laptop nya kemudia melaksanakan kembali pekerjaannya yang sempat ia tunda.

Kembali merasa diacuhkan membuat Samudra mendesah pasrah. Entah sampai kapan kesabarannya selalu diuji seperti ini, dan Bela selalu berhasil mendapatkan nya.

Berbeda dengan pemikiran gadis itu sekarang, sebenernya Bela bisa saja membuang jauh-jauh gengsinya akan rasa penasaran nya terhadap masalah cowok itu tadi pagi. Hanya saja Bela tidak mau membuat Samudra meledekinya karena acara ngambek nya tidak berjalan dengan lancar.

Oke, Bela memang memiliki gengsi yang besar. Tapi Bela juga tidak mau terus-terusan menanyai masalah cowok itu, Bela mau Samudra yang langsung bercerita kepadanya. Kapan cowok itu peka?

"Yaudah, lanjutin dah marahnya. Gue kedapur du--"

"Dibaik-baikin kek biar dimaafin, bujuk dulu yang lama sampe gue udah gak ngambek. Usaha apa gitu sampe gue baikan, ngeselin banget sih lo, SONO KEDAPUR SONO!"

Gagal sudah acara marahnya. Hilang sudah semua rasa gengsinya. Masa bodo Samudra akan meledekinya, Bela tidak peduli. Bela terlalu kesal dengan tingkat kurang pekanya suami nya itu.

Bingung harus merespon bagaimana, Samudra menaikkan sebelah alisnya bingung. Disisi lain ia juga senang melihat Bela yang berisik seperti ini daripada sosok gadis itu beberapa menit yang lalu.

"Gue ngambek gak makan sepuluh hari juga kayaknya lo bakalan bodoamat."

Samudra mengulum bibirnya, merasa lucu dengan tingkah Bela sekarang. "Gak juga,"

"Masa?" sindir Bela malas.

Anggukan kecil cowok itu perlihatkan, membuat Bela menautkan kedua alisnya.

"Karena lo gak mungkin gak makan sepuluh hari,"

Ucapan ngeselin yang kembali membawa amarah sigadis memuncak. Dengan segala kekesalannya Bela melempar semua benda yang ada disekitarnya. Masa bodoh kalau benda tersebut akan melukai si tampan.

"Resek lo, reseeeeek!!!" teriak Bela kaya sapi gila. Tangannya terus melempar semua benda kearah cowok itu.

Samudra tidak kesal, justru ia menikmati momen ini. Bahkan ia tak bisa menutupi senyumannya sekarang. Dengan lihai badannya terus menghindar dari semua lemparan cinta sang istri. Eh bukan lemparan cinta, kalo itumah Samudra tangkep gamau dilepas. Lemparan maut maksudnya.

"Udahan, Bel. Kasian ini bantalnya," tangan kekarnya kini memeluk bantal kecil yang baru saja dilempar Bela. Bisa dilihat seberapa berantakannya kamar milik mereka sekarang.

"Bodoamat gue kesel sama lo! Dasar suami gak ada akhlak!" tak mau mengalah untuk kedua kalinya, Bela kembali melempar barang barang kecil disekitarnya. Ia tidak peduli walau raganya kini sudah ikut kelelahan.

"Kalau mau hukum suami diatas kasur aja, jangan disini."

"MESUM!!!"



                                  --------


Setelah ribut cukup lama beberapa menit yang lalu, akhirnya tawaran menggiurkan terdengar dikuping Samudra, tawaran yang tidak akan pernah ada kata tidak untuk itu.

Dengan menggulung baju tidurnya, menyelempangkan kerudungnya yang terus mengganggu pergerakannya, dengan lihai Bela mulai menaburi meses pada lapisan kue yang sudah ia bikin dengan susah payah barusan. Kue favorite suaminya yang diberi nama Martabak Coklat.

Entah kenapa Bela menginginkan untuk membuat Martabak malam ini, entah hanya karena terlalu kepo dengan masalah suaminya sampai ia membuat tawaran bahwa Samudra harus menceritakan semua masalahnya tadi pagi kalau ia mau membuatkan sesuatu untuk cowok itu, atau memang sedari awal Bela selalu senang jika harus memasak masakan yang akan suaminya makan.

Masa bodoh, yang penting sekarang Bela akan mendengar sesuatu yang sangat ia ingin tahu sedari tadi.


"Jadi nih, masih panas tapi tunggu lima menit."

"Harus banget lima menit nunggu nya?"

Bela berdecak sebal, menatap cowok yang tengah berdiri disampingnya itu dengan malas. "Istri ngomong nurut aja kenapasih, gak sabaran banget." gerutu Bela.

"iya-iya,"

Dengan pandangan berbinarnya melihat makanan kesukaannya sudah jadi, ditambah manusia cantik yang membuatkannya, membuat Samudra tidak sabar untuk memakan martabak manis versi istrinya ini.

Bela mendengkus geli, terlihat beranjak menuju rak piring untuk mengambil nampan kaca besar, kemudian menaruhnya disamping martabak yang sudah ia buat tadi.

"Gausah gitu mukanya. Gak bakal kemana mana martabaknya, gak ada yang mau nyolong juga," ledek Bela geli. Sedangkan Samudra langsung mendatarkan wajahnya, memasang gaya sok kerennya menutupi rasa malunya karena terlihat begitu menginginkan makanan manis itu.

Begitu dirasa sudah lebih dari lima menit, Samudra langsung mengambil satu potongan martabak itu dari tempatnya, menyuapnya selagi Bela tengah sibuk membersihkan meja dibelakangnya.

Dan begitu makanan manis itu menyentuh lidahnya, tak usah dipungkiri lagi seberapa enak kue buatan istrinya itu. Bahkan Bela tidak membuatnya terlalu manis, atau bahkan hambar rasanya. Martabak ini lezat, benar benar lezat.

"Kok lo makan sih, Dra!?"

Dengan cepat Bela mengambil martabak coklat itu dari hadapan si tampan. Menaruhnya diatas nampan yang sudah ia siapkan. Memotongnya seperti martabak umum yang suka dijual dijalanan.

Sebenarnya Bela juga bangga bisa membuat martabak ini dengan tangannya sendiri, entah enak atau tidak rasanya yang terpenting Bela berhasil membuat makanan manis untuk pertama kali dalam hidupnya. Dan hal ini adalah awalan, awalan dari terciptanya pernikahan mereka.

"Enak," Samudra menjilat ketiga jarinya yang terkena lumuran coklat panas tadi.

Mendengar komen baik hasil masakannya membuat Bela senang bukan main. Ayolah, setidaknya hasilnya tidak terlalu buruk untuk pemula seperti dia.

Namun didetik berikutnya Bela memasang wajah datarnya, mengenyampingkan sejenak rasa senangnya. Karena sekarang yang terpenting bukanlah hal itu.

Maniknya menatap Samudra serius yang masih fokus menjilati tangannya. Kalau sudah seperti ini kadang Bela tidak habis fikir anak nakal ada yang seperti modelan suaminya.

"Buruan cerita. Gue tampol sampe gak cerita,"

Samudra menatap Bela bingung, lebih tepatnya sok bingung. Ia tidak mau Bela masuk kedalam masalahnya. Masalahnya yang timbul memang Karena Bela alasannya.

"Dra, ih," Bela menatap kesal Samudra yang masih enggan untuk bercerita.

Cowok berambut ikal itu terlihat menghembuskan nafas kasarnya, berjalan mendekati kursi didepan meja pantry.

"Gue berantem sama Leon,"

"iya tau. Semua anak juga tau lo berantem sama Leon. Gue nanya kenapa. Kenapa lo berantem sama Leon?"

"Dia mau ngambil punya gue. Sesuatu yang bahkan haram hukumnya buat dia sentuh."

Bela menautkan alisnya bingung. "Apa? Motor lo? Sahabat-sahabat lo?" tanya Bela penasaran.

Samudra menggeleng kecil, "Lebih penting dari mereka semua." ucap Samudra tegas. Maniknya menatap Bela serius.

Entah apa yang ia ucapkan benar atau tidak. Samudra tidak mau memusingkan hal itu. Karena memang sekarang, manusia cantik yang tengah berdiri dihadapannya itu adalah sesuatu hal yang penting yang harus ia jaga.

"Apa atuh? Perusahaan? Gak mungkin juga sih, lo aja males ngurusin gituan." Bela menggaruk dagunya, merasa bingung dengan penjelasan Samudra.

"Gausah mikir, kasian otak lo. Cukup lo tau aja kalau dia udah ganggu apa yang seharusnya gak boleh dia ganggu."

"Ya tapi gue mau tau itu apa. Apa yang gak boleh Leon ganggu dari lo, Dra?" Bela berjalan mendekati Samudra. Menuntut penjelasan yang ingin ia dengar dengan detail.

Sedangkan Samudra hanya menatap datar gadis dihadapannya. Entah Bela harus tau atau tidak.

"Gue pernah balapan sama dia, tapi dia kalah. Si cupu itu gak terima gue kalahin. Dia dendam. Dan mulai ngusik hidup gue. Dia gak sadar, gak seharusnya dia mulai permainan yang bahkan gak akan bisa dia atasi nantinya." Jelas Samudra dingin. Tanpa sadar tangannya mengepal kuat. Menyalurkan kekesalannya walau hanya bercerita tentang ketua kelas nya itu.

Bela memejamkan matanya singkat, tangannya kini menjadi tumpuannya berdiri pada meja pantry.

"Kadang masalah gak harus diselesein dengan berantem, Samudra. Kalo bisa dikelarin dengan bicara baik baik gak akan ada kekerasan nantinya." ucap Bela menasehati.

"Gue udah sering bilang, lo itu pelajar. Bukan Preman." Lanjutnya lagi.

Kekehan kecil dari bibir merah si tampan itu terdengar. "Lo belain dia?"

Bela menautkan alisnya heran, "Gue gak belain dia, Dra. Gue cuma gak mau lo selalu nyelesein masalah pake tangan. Gue gak suka--"

"Gak suka Leon babak belur karena gue?" potong Samudra geli.

"Gak suka lo semakin dipandang buruk sama orang, Samudra!" ralat Bela dengan nada kekesalannya. Bahkan tanpa sadar ia menatap Samudra tajam. Terlalu kesal dengan Samudra yang selalu menyimpulkan sesuatu dengan seenak jidat.

"Gue gak suka tiap lo pulang selalu aja ada luka di muka lo. Gue gak suka kalo lo tidur suka kesakitan karena badan lo yang habis lo pake buat nyiksa orang. Gue gak suka Samudra."


"Lo... Nangis?"

Cukup terkejut dengan adanya buliran air mata yang keluar dari mata gadisnya, Samudra merasa aneh bila melihat Bela menangis seperti ini karenanya.

Tak mau menjadikan perbincangan mereka sebuah drama, dengan cepat Bela menyeka air matanya. Menghirup dalam-dalam oksigen untuk menenangkan nya.

"Gue gak nangis." elak Bela tajam. Badannya kini berputar membelakangi Samudra. Memejamkan matanya untuk mengatur emosinya.

Bela juga tidak percaya bahwa ia menangis hanya karena masalah tadi. Untuk apa ia menangis? Kenapa Bela harus menangis?

"Gue diskors empat hari."

Mendengar ucapan tiba tiba itu membuat Bela lamgsung membalikkan badannya kembali. Menatap Samudra dengan muka kagetnya. "Astagfirullah, Diskors?!" tanya Bela tak percaya.

Pertanyaan yang dijawab anggukan sepele dari kepala sitampan. "Udah sukur empat hari doang." ucap Samudra enteng.

Bela menabok lengan kekar suaminya itu. "Udah sukur lo gak dikeluarin, bodoh!"

"Gue gak separah itu sampe harus dikeluarin." bela Samudra tak terima dengan perkataan gadis itu barusan.

"Gue gamau lo berantem lagi."

"Gue gak suka diatur."

"Tapi gue gak suka, Dra."

"Kenapa lo gak suka?"

Diam.

Bela diam karena tak tahu harus menjawab apa. Ia juga tidak pernah berfikir untuk melarang cowok itu.

"Bodo. Pokoknya gue gak suka." ucap Bela mutlak. Perhatiannya kini kembali jatuh pada makanan manis buatannya beberapa saat lalu.

Melihat Bela mengalah dengan keadaan membuat Samudra ikut meredamkan kekesalannya.

Tak mau membuat gadisnya kembali menangis karena dirinya, kini Samudra memilih opsi untuk menyenangkan hati gadisnya itu.

"Martabak lo manis,"

"Iyalah, kalo pait jamu namanya."

"Manis kaya yang buat," lanjut Samudra dengan senyum jailnya.

Perkataan menggelikan yang berhasil membuat Bela berdecih tak suka. Namun tak bisa menutupi bibirnya yang sedikit tertarik keatas.


"Enakan martabak versi lo, daripada yang dijalanan."


Tanpa mereka berdua sadari, cowok berambut tua dengan status sahabat dari cowok bertatto itu mendengkus geli melihat kedua sejoli yang tengah fokus mencicipi makanan manis itu.

"Minta dikawinin banget tuh duaan."












°°°°



Haiii gaes, maaf banget baru balik lagi:((

Maaf ilang lebih lama dari kemaren. Aku kecewa kemaren karena sebenernya part ini udah jadi, tapi gak sengaja kehapus karena aku bukan akun aku dihp yang beda. Makanya aku kesel banget mau nangis😖

Udah capek ngetik panjang tapi malah kehapus. Mau leave dunia aja rasanya:(

Tapi aku juga sadar ada kalian yang nungguin cerita aku. Jadi aku berusaha buat mikir lagi dan ngetik ulang. Aku gamau buat kalian kecewa yang udah nunggu cerita ini. Maaf ya sekali lagii😣

Aku gak bakalan ninggalin kalian, so please dukung aku terus. Dan semoga aja buat part berikutnya gak ada kendala ya.

Makasih yang udah nunggu cerita SamudraBela

Jangan lupa ninggalin jejak seperti biasanya nyaa. Dukungan kalian bikin aku semangat nulisnya

Partnya aku panjangin. Itung itung utang aku sama kalian.
Semoga ngefeel nya cerita ini😂

See u next chapter, luv😘
- ay

Continue Reading

You'll Also Like

6.7M 546K 58
Love and Revenge Hamil seorang anak dari pembully-nya sendiri? Hidup Kanara Audrey Valentiorus yang awalnya baik-baik saja tiba-tiba hancur saat diri...
8.8M 652K 70
"Aku hamil Rion" Arion menatap dingin Aurora yang berdiri dihadapannya. "Gugurin!" satu kata yang berhasil menghancurkan perasaan Aurora. PLAKK "Ga...
340K 2.7K 5
Aruna harus rela menelan pil pahit ketika Perusahaan milik ayahnya bangkrut sehingga mengundang permasalahan-permasalahan lainnya muncul dalam kehidu...
ALTHAPASYA By dei

Teen Fiction

1.4M 38.5K 10
[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Gimana rasanya nikah sama tetangga sebelah? ----- "Hilangkan kebiasaan kamu bermain di Club. Kalau tidak Bunda akan jo...