๐Š๐ž๐ญ๐ข๐ค๐š ๐“๐š๐ค๐๐ข๐ซ ๐Œ๏ฟฝ...

By Vllya_

30K 2.7K 112

Sudah terbit bersama Firaz Media Publisher๐Ÿ’“ Versi Wattpad masih terdapat beberapa typo dan kesalahan lainnya... More

PROLOGโœ“
MS. Dirgantara
Rutinitas
Dia
Tentang Rindu
Misi
Maaf
Kamu Hebat!
Bingung
Holi-yeay
Tentang Dendam
Fracas!
Police Office & Hospital
Grup Random
Kembali
New Class
Sebuah Tawaran
Ibukota
Mawar dan Durinya
Dia Telah Pergi
Keajaiban Tuhan
Nightmare
Penghargaan
Pulang
Kenapa?
Perih
Cepat Pulih, Bang Dirga
Sebuah Kejanggalan
Cuma Lelah
Sebuah kenyataan
Kenapa Harus Gue?!
M. Margantara Danuarta
Tamparan
Dika, Senja, dan Lapangan Basket
Fatal
Fatal (2)
Sebuah Permintaan
Bunda, Dirga Capek.
Bahagia yang Sesungguhnya
Terima Kasih
Maaf Untuk Andara
Drop!
Senja dan Sebuah Izin
Don't Go
Keputusan dan Kenyataan
Tentang Kehilangan
Satu dari Dua
Rest In Peace, Margantara
Dirga dan Lukanya | Ending
EPILOG
Sebuah Kabar Bahagia
OPEN POโœจ

Lolos?!

344 49 2
By Vllya_

Sesuai dengan apa yang dikatakannya semalam, Dirga telah bersedia untuk bergabung dalam kontingen Cakrawala, dan pada hari ini ia akan melakukan seleksi di gelanggang.

Sesaat setelah bel pulang berbunyi, Dirga langsung mengambil tasnya dan berjalan kali menuju pusat pelatihan para atlet Cakrawala. Ia akan bertemu dengan ayahnya disana. Lelaki itu akan menyaksikan langsung proses seleksi hari ini, baik itu seleksi untuk dirinya sendiri, pun untuk lima atlet lainnya.

Dari gerbang gelanggang saja, Dirga sudah melihat ayahnya yang sedang berada di depan pintu masuk. Lelaki itu tampaknya tengah menelpon seseorang. Dirga pun memutuskan untuk menghampiri ayahnya disana.

Fairuz menoleh sekilas ketika Dirga sudah berdiri tepat di depannya, lelaki itu mengisyaratkan agar Dirga menunggu sebentar hingga ia selesai bicara.

Sambungan telfon terputus. Fairuz memasukkan kembali ponselnya kedalam saku celananya. Setelah itu, Dirga langsung meraih tangannya dan menciumnya takdzim.

"Udah siap kan? Seleksinya ga berat kok, mereka cuma mau lihat kemampuan kamu aja. Palingan juga kamu disuruh sparing nanti," ujar Fairuz.

"Iya, semalam Dirga sempat nanya ke bang Abram juga."

Fairuz mengangguk, syukurlah kalau Dirga sudah tau bagaimana alurnya.

"Yasudah ayo masuk," ajak Fairuz kepada anaknya. Ia sudah berjalan, namun panggilan Dirga berhasil menghentikan langkahnya.

"Kenapa?" Tanyanya setelah membalikkan badan.

"Ga usah kasih tau siapa-siapa, ya, kalau Dirga anak ayah," pinta Dirga takut-takut.

"Gimana?" Tanya Fairuz kurang mengerti maksud putranya itu.

"Jadi, Dirga ga mau nantinya orang-orang ngira Dirga bergabung ke kontingen ini karena jabatan ayah. Orang juga bakal ngira Dirga bisa lolos seleksi karena ketuanya ya ayah sendiri. Dirga gamau itu terjadi, nanti malah jadi gosip," jelas Dirga.

"Baiklah, ayah usahakan. Sekarang ayo masuk, seleksi udah mau mulai," ujar Fairuz kemudian bersama dengan putranya, melenggang masuk kedalam bangunan itu.

***

Dirga sedang berada di ruang ganti bersama dengan Abram. Lelaki itu juga sedang menunjukkan daftar nama atlet yang sudah terpilih lebih dulu.

"Di daftar ada dua atlet laki-laki, Chandra sama Fauzan. Sedangkan perempuan ada Faiza, Christine, dan Anindya," ujar Abram menjelaskan. Anindya? Benar, perempuan yang pernah digosipkan pacaran dengan Dirga itu juga terpilih menjadi peserta yang akan ikut serta dalam pertandingan di Jakarta.

"Fauzan sparing sama Chandra, Anindya sama Faiza. Kamu ... Sama Christine," sambung lelaki itu santai.

"Loh loh, gimana ceritanya? Kok perempuan sih lawannya?" Sungut Dirga tak terima.

"Emang kenapa kalau perempuan? Sama aja, kan? Lagipun, Christine ini atlet putri terbaik yang kita punya. Kalau kamu bisa mengimbangi permainan dia, kamu pasti bisa lolos dalam seleksi ini."

"Terbaik atau engga, ya jangan perempuan juga dong. Yang lain aja kek yang lawan perempuan, jangan Dirga."

"Kok kamu nawar? Emang lagi belanja?" Tanya Abram sinis.

Dirga berdecak kemudian mengacak rambutnya frutasi.

"Bang, astaghfirullah, bukan gitu maksudnya. Itu nanti kalau ga sengaja kesentuh bagaimana? Perempuan loh itu," tegas Dirga.

"Ya usahain jangan sampe kesentuh. Tinggal jegal kakinya terus langsung banting, kan ga ada tuh sentuh-sentuhan. Asal kamu aja jangan modus."

"Terserahlah," lirih Dirga pasrah. Ia mulai membereskan bajunya dan hendak bersiap untuk keluar.

"Ini dibuat untuk melatih mental Christine juga, Dir. Kalau biasanya dia cuma lawan perempuan aja, sekarang adrenalinenya semakin terpacu karena melawan laki-laki," ujar Abram memberi pemahaman. Dirga sejak dulu memang tidak berubah. Ia tau lelaki itu sangat takut bersentuhan dengan perempuan.

Dirga hanya mengangguk, mencoba untuk memahami situasi. Dan juga memikirkan taktik terbaik sehingga dia tidak menyentuh Christine.

Mereka berdua akhirnya keluar, duduk di pinggir arena sparing sembari memperhatikan atlet-atlet yang tengah melaksanakan kegiatan tersebut. Dirga memperhatikan cara bermain mereka dengan seksama. Mempelajari cara main mereka, dan menambah ilmu baru tentu saja.

Pasangan pertama yang melakukan sparing adalah Fauzan dan Chandra. Dilanjutkan oleh Faiza dan Anindya. Masing-masing pasangan diberi waktu dua menit untuk melakukan latihan ini.

Setelah menunggu beberapa saat, Abram langsung mengintruksikan Dirga untuk bersiap-siap. Memeriksa kembali pelindung kaki dan tangannya. Semua atlet disana—kecuali Anindya dan Fauzan— belum mengenalnya sama sekali. Ia masing sangat asing disini.

"Christine, masuk," titah Abram membuat gadis itu langsung mengambil helmet dan memasuki arena.

"Sama siapa, Bang? Fauzan aja, ya?" Tanya Christine, karena jumlah mereka yang ganjil, ia seringkali bermain dengan Fauzan. Lelaki itu selalu mendapat giliran main dua kali.

Jika tadi Abram mengatakan Christine biasanya hanya melawan perempuan, maka itu salah. Ia sudah terbiasa mendapat lawan laki-laki, hanya saja, semua masih bisa di taklukannya.

"Ga, hari ini sama dia," jawab Abram sambil menepuk bahu Dirga, menunjukkan pada semua orang bahwa inilah lawan baru Christine.

Christine membelalak kaget, gadis itu langsung memperhatikan Dirga dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dalam hati ia menangis karena Dirga terlalu tinggi, jauh diatas dirinya. Meski memegang gelar atlet terbaik, ia tak yakin bisa mengalahkan manusia modelan Dirga.

"Kenapa? Takut lawan dia?" Tanya Abram tiba-tiba.

"NGGAK!" Sahut Christine cepat, mempertahankan harga diri.

"Oke! Dirga masuk!" Ujar Abram. Dirga langsung mengambil helmet birunya dan masuk ke arena. Berhadapan langsung dengan Christine dengan seorang wasit yang ada di antara mereka.

"Chung! Hong!" Ujar sang wasit sambil menujuk arah kiri dan kanannya.

Dirga dan Christine langsung menepati tempat yang telah ditentukan, setelahnya melakukan penghormatan, dilanjutkan juga memasang helmet di kepala masing-masing.

"Joon bi." Aba-aba pertama dari wasit mulai terdengar, yang berartikan bersiap.

"Sijak!"

Dua orang itu mulai fokus menyerang dan bertahan. Di menit pertama serangan dari Christine lebih mendominasi, Dirga hanya menangkis serangannya saja, tanpa memberikan serangan balasan.

Beberapa detik setelah aba-aba sijak, Christine langsung melayangkan momtoung dolyo chagi dan sukses ditangkis oleh Dirga. Sampai saat ini, bisa dibilang Christine belum mencetak poin sebiji pun meski sudah beberapa kali berusaha untuk menyerang.

"KAU DIRGA JANGAN NANGKIS TERUS! SERANG DIA JUGA!!" Teriak Abram dari pinggir arena.

Saat waktu yang diberikan kepada mereka hampir habis, barulah Dirga mulai menyerang Christine. Diawali dengan dolyo chagi, kemudian disambung oleh deol chagi yang tepat mengenai kepala Christine.

"Wow, headshot!" Teriak Faiza dari pinggir lapangan. Ia terkagum-kagum melihat permainan atlet baru di kontingennya ini.

"Kalyeo!" Wasit seketika langsung memberikan aba-aba berhenti. Christine langsung menormalkan tubuhnya kembali dan membenarkan helmetnya sedikit.

Dianggap siap, wasit kembali memberikan aba-abanya, pertanda sparring kembali dimulai.

Christine memulai serangan pertama kali, namun malah mendapat serangan balasan dari Dirga. Secepat kilat lelaki itu langsung mengeluarkan dwi chagi, yang seketika langsung menghujam Christine di bagian ulu hati. Gadis itu langsung terjatuh di detik terakhir sebelum waktu habis.

Sorak-sorakan yang amat keras terdengar dari pinggir arena. Mereka semua yang ada disana tak menyangka Christine akan semudah ini dikalahkan oleh seseorang yang notabenenya adalah atlet baru.

"Parah ..." Gumam Faiza masih tak berhenti mengagumi sosok lelaki body protector warna biru itu.

"Kak Nindya," panggil gadis itu tiba-tiba.

"Iya?"

"Itu anak Cakrawala juga kan? Namanya siapa? Kelas berapa?"

"Namanya Dirgantara, anak 11 IPA 1."

Mendengar jawaban Anindya membuat Faiza mengetahui bahwa Dirga adalah abang letingnya.

"Ya Allah. The real cogann," gumam Faiza sambil menggigit bibir bawahnya, benar-benar terpesona.

Kembali lagi pada suasana di dalam arena, Dirga dan Christine sudah melakukan penghormatan terakhir tanda sparing telah berakhir. Untuk meminta maaf, Dirga hanya sedikit membungkukkan kepalanya, padahal tangan Christine sudah mengambang di udara.

"Awww!!" Faiza kembali berteriak heboh ketika Christine dengan cepat menarik tangannya kembali. Ia sangat malu, sedangkan Dirga dengan santai sudah keluar dari arena, berjalan mendekati Abram.

"KAK CHRIS!!" Panggil Faiza sambil melambaikan tangannya. Faiza ini anak kelas satu di SMA Cakrawala. Jadi hampir semua orang harus dia panggil dengan embel-embel kak atau bang.

"Dia siapa sih? Keren sih mainnya. Tapi sayang, tangan gue dianggurin. Malu banget gue, sumpah," curhat Christine setelah berkumpul kembali bersama teman-temannya.

"Dirga, anak 11 IPA 1," sahut Chandra yang sedang tiduran di atas matras.

"Demi apa dari IPA 1?" Tanya Christine tak percaya.

"Emang kenapa?" Anindya balik bertanya.

"Dia sekelas sama si kapten basket itu dong berarti, si Arsenta," ujar Christine girang.

"Emang temannya itu," timpal Fauzan yang juga mengenal Dirga dengan sangat baik.

"Astaga, Tuhan. IPA 1 bener-bener tempat berkumpulnya para cogan."

"Eh, wait! Wait!" Seru Christine seperti mengingat sesuatu. "Kenapa dia bisa-bisanya ga mau sentuhan sama gue? Jijik gitu?" Tanyanya penasaran.

"Bukan jijik. Dia bahkan sangat menghargai lo sebagai perempuan, dia emang ga pernah nyentuh perempuan yang bukan mahramnya," jelas Anindya.

"Hemm, kok lo tau?"

"Kar___"

"ASTAGA! DIA SATRIA DIRGANTARA GA SIH? PACAR LO KAN, NIN?!"

"HAH?!" Faiza, Anindya, Fauzan bahkan Chandra langsung terkejut mendengar perkataan Christine barusan. Anindya tak menyangka rumor tak berdasar ini sudah menyebar kemana-mana.

"Kak Nindy serius? Asli? Pacaran sama Bang Dirga?" Tanya Faiza heboh. Dia sudah patah hati duluan, baru juga mengagumi.

"Bukan! Sumpah, bukan! Gue ga pacaran sama Dirga. Itu cuma gosip, G O S I P," ujar Anindya mengklarifikasi rumor buruk yang beredar.

"Baiklah. Terserah mau pacaran apa engga, yang jelas gue sekarang udah tau siapa dia. Anak olimpiade yang prestasinya udah banyak banget itu, kan? Gilaa sih. Tuhan, Christine mau satu yang kayak Dirga."

"Jangan keras-keras, bege! Malu di dengar sama orangnya," peringat Fauzan karena ia akan ikutan malu jika sampai ketahuan.

"Hey! Kalian semua, sini dulu." Tengah asyik berghibah, perintah dari Abram pun melayang kearah mereka.

Memilih untuk tidak membantah, kelima anak itu langsung mendekat kearah Abram, bergabung dengan Dirga juga tentu saja.

"Terima kasih untuk latihannya hari ini. Sampai bertemu kembali besok. Jaga kesehatan, jangan bergadang, karena jadwal pertandingan kalian sudah dekat," ujar Abram menutup sesi latihan hari ini.

"Sedikit info tambahan, dengan menangnya Dirga ketika melawan Christine tadi, maka dengan resmi abang umumkan, Dirga akan  bersama kita, mengisi slot kekosongan kemain. Dia juga akan ikut bertanding di event Harapan Bangsa."

"Dirgantara, selamat bergabung dalam kontingen Cakrawala," tambah Abram disambut tepuk tangan para insan yang ada didalam ruangan itu.

Dirga tersenyum mendengar kabar tersebut. Ia menoleh sekilas kearah Fairuz, ayahnya. Lelaki itu juga tampak tersenyum bangga melihat keberhasilannya.

Ia juga sedikit membungkukkan badannya, berterima kasih kepada Abram juga teman-teman barunya. Ini adalah awal langkah perjuangannya, untuk mengharumkan nama sekolah tercinta.

Cakrawala!

***

💡| Notes

Sparing: Latih tanding.

Helmet: Pelindung kepala, atau bisa disebut dengan Head Guard.

Chung: Biru (warna body protector)

Hong: Merah (warna body protector)

Joon bi: Bersedia/bersiap

Body Protector: Pelindung badan

Sijak: Mulai

Kalyeo: Berhenti

Continue Reading

You'll Also Like

112K 18.3K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
2.8K 430 23
Seperti badai yang menghempaskan seluruh ruang di hadapannya, kedatangan seorang remaja yang mengaku anak dari bundanya membuat keluarga Gama yang du...
DAFFANDRA By .

Teen Fiction

298 67 5
Daffandra Kenzio Alexander, hanyalah seorang anak yang menginginkan kebahagiaan dan kasih sayang seperti seorang anak pada umumnya. Hidupnya yang sel...
178K 7.6K 30
JUDUL AWAL : I MISS YOUR WARM ARMS {PART TIDAK LENGKAP} hidup itu kejam, sebenarnya itu bukan kehidupan yang kejam tetapi orang-orang yang membuat hi...