ELEGI

Od Skybuxx

1.5K 388 894

Kau dan aku tidak akan pernah menyatu, itu adalah takdir yang tertulis untuk kita, dan sekarang kita adalah o... Viac

Prolog
Satu
Dua
Tiga
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas

Empat

124 33 58
Od Skybuxx

Jangan lupa setelah membaca untuk memberikan vote dan komennya sayang-sayangku💜
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Selamat Membaca

💜💜💜

Dua puluh tahun lalu.

Malam itu hawa sangat dingin, hingga menusuk tulang. Taehyung kecil sedang duduk termenung di depan halamannya, sambil memandangi langit malam ia bergumam seolah-olah dunia akan membawanya pergi.

"Tete, kenapa tidak masuk ke dalam?" tanya seorang wanita. Walau pun sudah berumur, wajahnya pun tetap awet muda hingga sekarang, bahkan wajahnya pun sangat cantik bak dewi aprhodite.

"Ibu. Dunia begitu tidak adil yah?" ujar Taehyung sambil memandangi langit.

Heran dengan perkataan Taehyung, Ibunya pun mengerutkan kening. Ia tau sekali anak laki-lakinya ini sedang ada masalah. Jadi dengan samampu mungkin ia menghibur anaknya.

"Kenapa berbicara seperti itu?" tanya Ibunya selembut mungkin.

"Buktinya Ayah hanya sayang dengan Kakak saja. Tete bahkan tidak pernah satu kali pun di peluk atau pun di ucapkan kata selamat di saat mendapatkan juara kelas." wajahnya tertekuk, dari matanya keluar cairan bening.

Ibunya pun tersenyum, lalu mengelus lembut kepala anaknya, "tidak mungkin sayang, Ayahmu sangat menyayangi kamu. Buktinya setiap hari Ayah bercerita banyak tentang kamu pada Ibu" ia tau sekali perlakuan yang diberi suaminya pada anaknya ini, perkatan yang sangat kasar dan sering kali memukul.

"Benarkah?" Taehyung memutar badannya sehingga menghadap lurus pada Ibunya "benarkah yang Ibu katakan?" kata Taehyung semangat.

"Benar. Ayah seperti itu, karna dia mau nanti kamu jadi anak yang pemberani seperti Dia. Maka dari itu Ayahmu sangat disiplin. Ayah sangat menyayangi kalian berdua seperti Ibu menyayangi Tete sekarang." sambil memeluk erat tubuh mungil putranya itu, senyum pun mengembang di bibir kecil Taehyung.

"Ibu, jangan pernah pergi ya. Jangan sekali pun meninggalkan Tete. Tete sangat menyangi ibu." kata Taehyung sambil terus memeluk erat Ibunya. Tak ada jawaban yang keluar dari mulut Ibunya, Taehyung pun mendongak untuk melihat wajah Ibunya, kemudian melapaskan pelukannya, wajah sendu dari Ibunya terlihat sangat jelas di matanya. Perlahan lahan mulai menghilang hingga menyisakan dia sendiri.

"Ibu, jangan tinggalin Tete. Ibu mau kemana? Ibuu!" teriaknya sambil menangis.

Ia tersadar saat mendengar benda pecah di lantai bawah. Badannya bergetar hebat, begitu juga dengan keringat yang bercucuran di keningnya. Saat ingin berdiri dunia seakan berputar, sangat pusing hingga membuka mata pun susah. Dengan hati-hati ia pun berjalan sambil memegangi kursi dan dinding yang berada didekatnya.

"Hera!" teriak Taehyung, tak ada jawaban yang terdengar di telinga. Kepalanya pun semakin pusing begitu juga dengan napas yang mulai terengah-engah. Perlahan ia menuruni tangga sambil melihat ke sekitar ruang tamu, tetap saja ia tak menemukan keberadaan gadis itu.

"Hera!" teriaknya lagi dengan nada yang sedikit emosi. Kepalanya seakan pecah saat berteriak.

"Kemana gadis itu pergi, padahal tadi ada bunyi benda pecah." Taehyung pun berjalan ke ruang pribadinya, ingin maksud mengambil obat pereda rasa sakit dan saat itulah ia menemukan gadis yang di carinya tadi, sedang berjongkong membersihkan sesuatu di sana.

"Sedang apa kau disini?" tanya Taehyung dengansuara baritonnya, membuat siapa saja yang mendengar akan merasa terintimidasi dengan suara itu.

Gadis itu terkejut, lalu dengan cepat berdiri melihat kearah Taehyung. Ia tampak menyembunyikan sesuatu dibelakang punggungnya.

"Aku tanya sekali lagi. Sedang apa kau disini!" suasana tampak tegang, saat mata Taehyung menatap marah pada Hera.

"I-itu. Aku hanya ingin lihat-lihat." jawab Hera pelan, matanya tak berani menatap pada Pria yang tengah emosi didepannya ini.

"Keluar!"

"Tapi Taehyung-ah, aku-"

"Aku bilang keluar!" teriak Taehyung, emosinya sudah berada di puncak sekarang. Tatapannya pun juga membuat Hera ketakutan.

Hera berjalan pelan sambil terus menunduk, badannya gemetar karena takut. Benda yang ia sembunyikan dibelakang punggungnya masih ia pegang dengan erat, tak peduli darah yang mengalir ditangannya itu.

"Berhenti!" perintah Taehyung. Ia pun berjalan kebelakang Hera melihat benda yang di pegang gadis itu, matanya membesar saat melihat benda kesayangannya itu pecah. arloji tua berwana hitam itu pecah ditangan Hera. Dengan cepat Taehyung pun merebut jam itu, sambil melihat kacanya yang sudah pecah itu.

"Maafkan aku Taehyung-ah. Aku sungguh tidak sengaja menjatuhkan arloji itu." ujar Hera dengan suara bergetar.

Emosinya semakin menjadi-jadi saat mendengar perkataan maaf dari gadis itu. Dengan kasar ia menarik tangan Hera yang terluka membuat gadis itu meringis kesakitan. Tak ada ampun untuk orang yang melanggar aturan yang ia buat dirumah ini, termasuk gadis yang tengah ia seret dengan kasar itu.

"Keluar kau dari rumah ini, dasar manusia tak tahu diri!"

Perkataan yang keluar dari mulut Taehyung tersebut berhasil membuat Hera terdiam. Sangat kasar hingga ingin sekali ia menampar mulut pria yang ada dihadapannya sekarang ini. Ia masih menahan karena ia menyadari kesalahan yang di perbuatnya.

"Keluar dari rumahku sekarang juga, dasar gadis tak tahu diri. Aku menampungmu disini lalu dengan seenaknya kau melanggar perintahku. Kau tidak diajari Ibumu soal tata krama?"

Satu tamparan keras berhasil mendarat di pipi Taehyung, membuat bekas merah terlihat jelas disana. Emosi yang ia tahan sedari tadi sekarang telah meledak karena mulut kasar pria itu. Kata-kata yang tidak ingin ia dengar adalah disaat nama Ibunya di ikut sertakan atas kesalah yang ia perbuat sendiri.

"Kau boleh memarahi dan menghukumku, tapi jangan pernah bawa nama Ibuku kedalam masalah ini!" kata Hera dengan suara bergetar. Ia tidak mau menangis disini karena kalau ia menangis ia kalah.

"Kenapa, kau tidak suka? Kalau begitu enyahlah dari hadapanku. Jangan pernah kembali kesini. Pantas saja Ayahmu begitu membencimu karena mendapatkan anak tidak berguna seperti ini! " kata-kata yang keluar dari mulut Taehyung begitu kasar dan pedih untuk Hera.

Tamparan keras kembali Taehyung dapatkan dari Hera. Kali ini membuat sudut bibirnya mengeluarkan sedikit darah. Tak lama setelah itu Hera pun pergi, tanpa membawa baju dan kopernya.

Saat gadis itu pergi dari hadapannya, tatapan benci sangat terlihat jelas dari sorot mata milikTaehyung. Kepalanya semakin pusing saat melihat kepingan arloji yang berada di tangannya. Ia sangat marah karena arloji itu adalah pemberian dari Ibunya, barang berharga yang sangat ia jaga akhirnya pecah begitu saja karena Hera. Sedikit kotor karena noda darah yang menempel disekitaran arloji itu.

Taehyung pun berjalan dengan gontai kearah sofa, kepalanya semakin pusing. Keringatnya juga semakin banyak keluar. Ia pun merebahkan badannya kesofa, menutup mata dan berharap ini hanyalah mimpi.

***

Langit mulai berwarna jingga dan tandanya malam juga akan segera datang. Hera masih berjalan tak tentu arah, badannya lemas karena belum makan. Satu-satunya tempat yang ingin ia tuju adalah atap sekolah. Tempat yang sering ia kunjungi saat sedang sedih. Melihat langit malam yang ditaburi bintang membuat hatinya menjadi tenang. Karena ia tau, langit bisa menghibur hati orang yang sedang sedih.

Dinginnya udara tak di hiraukan oleh Hera. Begitu juga dengan kencangnya angin menerpa rambut gadis itu, selang beberapa detik isakan kecil keluar dari mulut Hera karena mengigat perkataan dari Taehyung tadi. Perkataan yang sangat menyakiti hatinya, tak cukupkah ia mendapatkan hinaan dari Ayahnya? Apakah ini balasan yang ia dapatkan dari Tuhan karena telah membunuh Ibunya. Atau hanya takdir saja untuk mendapatkan hukuman dari dunia ini. Tidak ada seorang pun yang menginginkan anak tak berguna dan membuat Ibunya mati.

"Ibu, tak bisakah aku menyusulmu juga?" ujar Hera terisak.

"Aku sungguh tidak sanggup mendengar perkataan demi perkataan yang keluar dari mulut mereka. Bahkan Ayah pun mengatakan bahwa aku lebih baik tidak lahir ke dunia. Apakah setidak bergunanya aku berada di dunia ini sehingga orang-orang tak menginginkan aku lahir?" Hera terduduk, memang pedih rasanya jika orang tua sendiri tidak menginginkan keberadaan kita.

Isakannya semakin kencang, ia aman disini tidak ada seorang pun yang mendengar tangisannya. Begitu juga dengan orang yang menemukan keberadaannya.

***

"Sudah bangun?" tanya seorang pria yang tengah asik bermain dengan ponselnya..

"Kapan kau kesini?" tanya Taehyung bangkit dari tidurnya, lalu merubah posisi duduknya.

"Sudah sejam yang lalu." jawab Jimin sambil terus fokus pada ponselnya.

"Kau membawa seorang gadis kerumah?" tanya Jimin.

"Daimlah!" ujar Taehyung.

"Jadi dimana dia? Aku ingin melihat gadis itu." canda Jimin sambil melihat kesekitar.

Taehyung menggeleng lalu mulai bangkit dari duduknya, berjalan ke arah lemari pendingin "Kau mau minum apa?"

"Tidak perlu repot-repot, aku sudah minum tadi," sambil memegangi perutnya ia berkata "aku hanya butuh makan sekarang."

"Buat saja sendiri, Aku capek." Taehyung memegang keningnya lalu kembali duduk di sofa ruang tamu.

Jimin pun mengangguk lalu berjalan ke dapur "Kau mau aku buatkan juga?" tanya Jimin

Taehyung menggeleng, ia sangat capek sekarang. Pertama ia bermimpi buruk lagi tentang Ibunya, kedua ia melihat Hera masuk keruang pribadinya tanpa permisi, dan terakhir arloji yang diberikan oleh Ibunya malah pecah karena gadis itu. Kepalanya semakin pusing memikirkan itu semua.

Dari kejauhan Jimin memperhatikan gerak-gerik Taehyung. "Yaa!" panggil Jimin dari kejauhan.

Dengan cepat Taehyung pun melihat kearah Jimin, dan dapat ia lihat Jimin memegang dua botol alkohol di tangannya. Taehyung hanya bisa menggeleng melihat kelakuan temannya itu, padahal dia seorang dokter tapi malah sering mengkonsumsi alcohol secara berlebihan.

"Tidak, aku tidak ingin minum sekarang." tolak Taehyung, lalu merebahkan kepala ke tangan sofa. Dilihatnya jam yang bertengger di dinding, pukul sembilan malam. Berapa lama ia tertidur?

Perasaannya semakin tidak enak jikala hujan mulai membasahi jalanan, ada apa dengannya akhir-akhir ini.

"Jimin-ah" panggil Taehyung.

"Nee?"

"Aku ingin tanya, tapi kau jangan marah padaku." kata Taehyung memastikan terlebih dahulu.

Jimin mengerti kemana arah pembicaraan Taehyung, ia pun berjalan mendekat pada Taehyung lalu duduk di sofa. Ia tau suasananya mulai serius karena melihat tatapan dari Taehyung.

"Baiklah, apa yang ingin kau tanyakan?" tatapan Jimin tak kalah seriusnya dengan Taehyung.

"Begini, kau tau gadis yang tinggal dirumahku. Dia memecahkan arloji kenangan Ibuku, kau tau aku sangat menjaga benda itu bahkan kau sendiri tidak boleh memegang benda itu. Apakah aku salah jika memarahinya?" kata Taehyung.

"Dilihat dari sudut pandangmu aku pikir kau tidak salah. Setiap orang punya benda berharga yang harus di jaga dan jika benda itu rusak atau hilang pasti siapa pun akan marah. Tapi kalau aku lihat dari sudut pandang gadis itu, mungkin dia punya alasan kenapa memecahkan benda itu. Apa kau memberi dia kesempatan untuk menjelaskan kesalahan dia?" tanya Jimin sambil menatap kearah sahabatnya itu.

Taehyung menggeleng. Lalu mengusap wajahnya dengan kasar.

"Lalu, dimana gadis itu sekarang?" Jimin menegakkan badannya.

Teahyung menarik napas panjang sebelum berkata, ia menutup matanya sejenak lalu berkata "Aku mengusirnya,"

"A-aku sangat kesal tadi karena dia masuk keruangan pribadiku tanpa izin, dan juga memecahkan arloji milikku. Aku mengatai dia manusia tak tau diri, dan juga menghina Ibunya yang sudah tiada. Bahkan aku juga mengatakan dia anak yang tidak berguna persis seperti yang dikatan oleh Ayahnya." Taehyung mengacak gusar rambutnya, ia merasa menyesal karena bertingkah seperti itu.

"Kau jahat sekali Taehyung-ah. Kau tau bagaimana rapuhnya hati seorang wanita? Apalagi kau mengungkit masalalu dia. Kau pria atau bukan?" kata Jimin berusaha mengontrol emosinya. Ia sangat tidak suka jika ada seorang wanita yang disakiti oleh pria apalagi pria itu adalah sahabatnya sendiri.

"Aku menyesal telah mengatakan itu padanya, kau pasti juga akan emosi jika berada diposisiku." ujar Taehyung.

"Kau bukan anak kecil lagi Taehyung-ah. Memang benar gadis itu salah, masuk tanpa izin keruangan orang tanpa permisi, akan tetapi aku tidak akan pernah mengatakan hal sejahat itu pada seorang wanita. Setidaknya aku masih punya hati!" kata Jimin telak, membuat Taehyung menatap tajam pada sahabatnya itu.

"Kenapa, kau tersinggung? Sakit hatimu ini tidak sebanding dengan gadis itu. Sekarang cari dia lalu minta maaflah padanya. Hari juga sudah sangat malam tidak baik seorang gadis keluar di jam ini sendirian, apalagi saat hujan seperti sekarang." ujar Jimin lalu memberikan kunci mobilnya pada Taehyung.

Taehyung terdiam beberapa saat. Lalu berdiri, meminjam jaket Jimin yang terletak di tangan sofa.

"Aku pinjam jaketmu" ujar Taehyung lalu pergi.

"Jangan berani pulang sebelum kau berhasil membawa gadis itu kembali ke rumah!" teriak Jimin.

***

Hera melihat tangannya yang terluka akibat pecahan kaca yang tajam dari arloji milik Taehyung tadi. Lukanya sudah mengering karena ia lilit menggunakan sweaternya. Air mata tadi sudah mengering di pipinya, sekarang matanya sembab karena menangis sangat lama. Badannya menggigil karena udara dingin di rooftop. Ia merutuk dirinya karena memakai celana pendek dan baju yang tipis.

Perutnya juga semakin lapar. Seharusnya ia makan dulu sebelum pergi. Ah tidak itu tidak akan terjadi, kalau pun terjadi manusia macam apa aku yang jelas-jelas sudah di usir tapi malah makan dulu sebelum pergi.

Tawa hambar masih sempat ia keluarkan dari mulutnya itu, berusaha untuk mengibur diri.

"Aku belum ingin mati disini. Aku juga tidak ingin mati konyol hanya gara-gara kedinginan karena memakai celana pendek dan juga kelaparan," ocehnya.

"Aah, kasian sekali. Mati diusia muda!" teriaknya, lalu bangkit dan berjalan kearah pintu, akan tetapi pintunya tidak bisa dibuka. Karena dikunci dari dalam.

"Ahjussi!" teriak Hera sambil menggedor-gedor pintunya.

"Ahjussi, tolong bukakan pintunya. Siapa saja tolong!" panik, Hera pun mencoba untuk mendobrak pintunya dan hasilnya pun sama. Tenaganya sekarang tak kuat untuk mendobrak satu pintu yang telah usang itu.

"Aku kedinginan disini!" teriak Hera.

"Bagaimana ini, aku akan mati disini."

Angin semakin kencang, begitu juga dengan hujan yang tiba-tiba mungguyur kota Seoul. Tak ada tampat berteduh kecuali di dekat pintu, walupun atapnya kecil paling tidak bisa untuk melindungi kepala Hera dari lebatnya hujan.

Bajunya yang basah membuatnya semakim menggigil kedinginan.

Apakah boleh berharap jika Taehyung menemukannya disini? itu tidak mungkin karena pria itu sudah sangat marah padanya. Tapi tidak ada salahnya juga berharap.

Aah inilah akhirnya, akhir dari hidup Jung Hera. Badannya bergetar karena saking dinginnya udara. Ia benar-benar sudah tak tahan lagi.

"Ibu, Hera akan menyusul Ibu sebentar lagi." gumamnya pelan.

Hingga satu dobrakan pintu membuat Hera dengan cepat melihat kearah sana. Pria yang ia harapkan, Tuhan menjawab do'anya juga. Tatapan khawatir terlihat jelas dari wajah pria itu. Dan sedetik kemudian semuanya gelap.

Tbc

Pokračovať v čítaní

You'll Also Like

41.5K 9.5K 111
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
211K 23.3K 16
[Brothership] [Re-birth] [Not bl] Singkatnya tentang Ersya dan kehidupan keduanya. Terdengar mustahil tapi ini lah yang dialami oleh Ersya. Hidup kem...
297K 3.4K 78
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
84.7K 12.4K 28
Renjun mengalami sebuah insiden kecelakaan yang membawa raganya terjebak di dalam mobil, terjun bebas ke dalam laut karena kehilangan kendali. Sialny...