Sujud Terakhirku [OPEN PO]

By Na_lattesea

453K 19.2K 658

Noted: [Kalau ada yang mau pesan novel Sujud terakhirku, kalian boleh hubungi aku, ya! Boleh DM di wattpad at... More

Prolog
01-Cowok kurang kerjaan
02-Rindu?
03-Pertemuan pertama(?)
04-Pertemuan pertama(2)
05-Calon suami
06-Lamaran
07-Yakin hanya 3 hari?
08-Dinding pembatas
09-Mengaguminya
10-Far away
11-Makhluk Teraneh
12-Sakit
13-Perjodohan (lagi)
14-Berusaha
15-Masih sama
16-Sisi lain Arfan(?)
18-Memulainya
19-Gift
20-One step closer
21-Sabar dan Ikhlas
22-Laa tahzan
23-Coba lagi
24-Sabar dan Ikhlas(2)
30-Sesuatu
33-Ikhtiar sebelum bertawakal
PENGUMUMAN
INFO!

17-Alasan

8.7K 581 26
By Na_lattesea

Perkara cinta dalam diam, seharusnya dia sudah sepakat dengan risiko yang akan didapat ketika menjalaninya ataupun setelahnya

.
HAPPY READING🤗

Arfan meletakkan spidol hitam diatas meja kemudian melempar tatapan serius kepada para mahasiswanya.

"Baiklah, untuk materi hari ini cukup sekian, bila ada yang ingin ditanyakan silahkan" ucap Arfan, namun para mahasiswa tetap diam, sepertinya mereka ingin segera materi ini berakhir, Arfan bisa melihat dengan ekspresi mereka yang jenuh, dan Arfan juga pernah merasakannya dulu

"Alhamdulillah pertemuan kali ini dicukupkan sekian jangan lupa dirumah baca kembali materinya. Assalamu'alaikum" Arfan berlalu sambil menenteng tas laptop, ia mengecek jam tangan berwarna navy ditangannya, menunjukkan pukul 14.15, ia mengaktifkan ponselnya karena tadi dialihkan menjadi mode pesawat. Arfan bedecak sebentar, ia melihat nama Zahra berada paling atas, tidak seperti biasanya.

Arfan kembali memasukan ponselnya pada saku celana kemudian mengeluarkan kunci mobilnya. Walaupun tubuh lelah, namun Arfan melakukannya lagipula jaraknya tidak terlalu jauh dari kampusnya

Sudah 3 hari Arfan tidak mengantar-jemput Zahra pergi sekolah karena Zahra yang meminta. Rasanya makin kesini Zahra semakin menunjukkan bahwa memang tidak ada tempat bagi Arfan dihatinya. Zahra seolah selalu berkata Pergi saja. Namun tentu Arfan tidak akan mudah menyerah ia memang tidak menunjukan perasaannya secara langsung, ia tidak ingin mengatakan cinta sebelum ada ikatan SAH

Apakah Arfan lelah? Tentu. Walaupun dia adalah laki-laki yang selalu dianggap bahwa bertindak selalu menggunakan fikiran tapi dia juga manusia yang diberi hati. Yang memilih untuk mencintai dalam diam sudah pasti dia akan siap menerima risiko yang akan terjadi kedepannya, apalagi orang yang kita cintai mencintai orang lain rasanya seperti luka yang ditaburi air garam, pasti akan perih

Ia menepikan mobilnya disamping penjual es kelapa muda yang jaraknya berada tepat didepan gerbang sekolah Zahra. Penjual es kelapa muda itu menawari Arfan untuk duduk dibangkunya, Arfan pun tersenyum sambil mengangguk. Ia memainkan jari jari tangannya abstrak,menunggu Zahra keluar. Perasaan kantuk dan lelah perlahan mulai menghinggapi tubuhnya. Duduk dibangku sambil merentangkan tangannya kedepan diatas meja yang terbuat dari kayu membuat ia sedikit nyaman, ia menundukkan kepalanya dan kemudian mulai hilang kesadaran

Dilain tempat Zahra melumat bibirnya beberapa kali, ia mulai gelisah. Pasalnya ini sudah menunjukkan pukul 15.40 sedangkan ia memberitahu Arfan bahwa harus memjemputnya pukul 3. Seminar dadakan yang diadakan di aula sekolah membuatnya terpaksa untuk mengurungkan niat pulangnya. Ia berdecak beberapa kali sambil melihat jam. Mengirim pesan pada Arfan rasanya percuma karena Arfan tidak merespons nya. Kali ini Zahra harus menerima

20 menit kemudian suara riuh terdengar, Zahra mengangkat kepalanya sambil berdiri, ternyata acara telah selesai. Zahra menghembuskan nafasnya lega,ia mengangkat tasnya kemudian berjalan beriringan dengan Ela,hingga akhirnya berpisah di area parkir karena Ela pulang menggunakan motor

"Duluan ra"

"Hati hati" balas Zahra. Dari kejauhan ia melihat mobil Arfan terparkir, secepatnya Zahra mendekat namun orang yang dicarinya tidak disana, ia mengedarkan pandangannya, sampai bertemu disebuah warung kecil penjual es kelapa muda, tak hanya ada satu laki-laki yang tengah tertidur namun satu orang perempuan berhijab juga ada disana. Matanya ia fokuskan untuk melihat lebih jelas. Qinan tersenyum melihat wajah Arfan yang tengah tertidur, ia duduk disamping Arfan. Sama sekali Zahra tak mengalihkan pandangannya, namun kenapa lama-lama ia merasakan sesuatu dihatinya.

Munculah satu dugaan dari Zahra bahwa Arfan datang dengan Qinan sehingga Arfan tertidur karena kecapean harus menunggunya.

"Eh.. neng Zahra? Baru pulang ya?" Tanya mang Asep-Penjual es kelapa muda sekaligus langganannya dan Ela

"Hehe iya mang" jawab Zahra sambil terus melihat Arfan dan Qinan

"Kenapa liatin aa itu terus, neng kenal?" Tanya mang Asep sambil menunjuk Arfan yang masih tidur

"Sejak kapan dia disana mang?" Tanya balik Zahra

"Sudah 1 jam neng, dia teh kayaknya mah kecapean terus tidur ditemein sama perempuan itu"  jawab mang Asep dengan logat Sundanya

Zahra mengangguk seolah berbicara dengan hatinya sendiri dan yakin. Ia mengirim pesan pada Arfan, setelah itu pergi darisana,membiarkan Arfan yang masih bersama Qinan.

"Eh.. neng mau kemana? Gak mau dibangunin dulu atuh aa nya?" Tawar mang Asep,

"Nggak usah mang, kasian dia, biarin aja kan ada dia yang nungguin" Zahra berjalan menyusuri jalanan yang sudah sore. Ia menatap uang sakunya yang tinggal sedikit, ia tersenyum miring kemudian melanjutkan kembali perjalnannya, hatinya sedang tidak baik baik saja, fikirannya kalut.

💫💫💫

Arfan membenarkan posisinya perlahan ia tersadar. Sambil mengucek matanya ia mendengar suara kekehan perempuan yang tak jauh darinya. Setelah sadar sepenuhnya Arfan terkejut melihat Qinan yang sudah berada disampingnya dan entah sejak kapan, ia melihat kesekitar sudah sepi kemudian beranjak dari duduknya dan berjalan mendekati gerbang semuanya sudah sepi.

"Nyari siapa a?" Tanya mang Asep yang sedang membersihkan jalanan sekitar gerbang sekolah

"Ehhm..nyari Zahra"

"Ohhh neng Zahra yang pake hijab bukan? Yang cantik,yang sering beli sama mamang kalo jajan es"

"Iya"

"Dia udah pulang duluan a, tadinya mamang teh mau bangunin tapi kata neng Zahra nya gak usah kasihan, lagian juga ada perempuan itu yang nungguin, katanya" jelas mang Asep

Arfan mengusap rambutnya, ia ketiduran sehingga semuanya menjadi salah paham, apa Zahra marah padanya? Apa Zahra cemburu melihat Arfan dengan Qinan? Arfan harap jawabannya ya. Sesegera mungkin ia kembali ke warung itu mengambil ponsel dan kunci mobilnya, disana juga masih ada Qinan yang sedang berdiri menunggunya

"Ar, nyari siapa? Adik kamu sekolah disini?" Tanya Qinan

"Bukan," Arfan pun pergi sambil berjalan setengah berlari, tak ingin menyianyiakan kesempatan, Qinan pun ikut berlari menyusul Arfan

"Ar, aku boleh ikut gak sekalian aku mau pulang, rumah kita kan satu arah. Uangku nggak cukup buat pulang hehe"

Arfan nampak berfikir sebenarnya ia tak mau ,namun Arfan paling susah jika meninggalkan perempuan sendirian apalagi meminta bantuan. Arfan mengangguk sebagai jawaban Ya, ia menyuruh Qinan untuk duduk dibelakang walaupun terlihat Qinan seperti kurang setuju

Sambil mengendarai mobil sesekali Arfan menghubungi Zahra, dimana gadis itu saat ini berada. Ternyata Zahra mengiriminya pesan namun karena efek capek sehingga Arfan tak menyadarinya

Entah mengapa pesan yang dikirimkan Zahra membuat Arfan sedikit tenang, dengan mengiriminya spam chat yang gak jelas tapi mampu membuat Arfan seperti orang yang dianggap. Sudah beberapa kali Arfan menghubunginya namun masih belum ada jawaban, ia menarik napas kemudian menghembuskannya secara pelan

"Kamu kenapa sih Ar dari tadi kaya yang gak fokus, kamu masih sakit?" Tanya Qinan,merasa ada yang aneh pada Arfan

"Nggak, aku lagi nyari seseorang" balas Arfan

"Siapa?"

Setelah 10 menit akhirnya ia bisa menemukan Zahra, ia sedang berjalan menelusuri trotoar jalan dengan lesu. Arfan membunyikan klakson sebagai tanda untuk Zahra berhenti, Arfan keluar dengan setengah berlari, ia tersenyum kecil

"Maaf tadi saya ketiduran" ucap Arfan, dan dibalas senyuman oleh Zahra, namun seketika senyum itu perlahan lenyap setelah melihat Qinan keluar dari pintu belakang

"Jadi dia yang kamu cari Ar?" Qinan menatap Zahra dari atas sampai bawah

"Ayo kita pulang" tawar Arfan, namun Zahra membalasnya dengan gelengan lemah

"Kenapa? Ayah kamu nanti marah"

"Nggak papa, lagian juga Ela mau kesini buat jemput" alibi Zahra

"Loh, tadi kamu bilang minta jemput saya"

"Ya tapi-.."

"Ah udahlah Ar, tinggalin aja dia. Gak penting banget juga" potong Qinan

"Yuk" ajak Arfan dengan nada serius

"Nggak,kasian Ela nanti kalo dia kesini" kekeh Zahra

"Udah deh Ar, jangan paksa dia, aku lagi buru buru mau pulang" sanggah Qinan

"Zahra, pulang sekarang. Yuk" ucap Arfan sambil menatap lurus mata Zahra dan mengabaikan perkataan Qinan

"Nggak. Kasihan kak Qinan lagi buru bu-.."

"Kamu mau dimarahin sama Ayah kamu?" Potong Arfan

"Urusan Ayah biar aku aja"

"Ya ampun Arfan udahlah yuk pulang, penting banget emangnya dia?"

"Iya!" Tegas Arfan yang sudah muak dengan sikap Qinan, selalu memotong dan menyanggah tidak dalam waktu yang tepat

"Ar,kamu nih kenapa sih, maksa orang yang gak kamu kenal" Qinan masih berusaha untuk memaksa Arfan

"Dia tunangan saya! Gak mungkin saya ninggalin dia sendirian! Kamu kalo mau pulang karena buru buru yaudah silahkan pergi duluan aja saya masih mau disini" Akhirnya ia mengatakan bahwa Zahra tunangannya walaupun belum pasti. Setidaknya agar membuat Qinan bungkam dan tidak lagi memojokan Zahra. Dan itu benar, Qinan terdiam bahkan nampak dari wajahnya ia terkejut. Arfan kembali menatap Zahra, ia berusaha membujuknya agar mau pulang dengannya, dan akhirnya berhasil, Zahra berjalan mengekori Arfan. Qinan terlebih dahulu masuk kedalam, Zahra pun masuk dikursi tengah namun ditolak oleh Arfan, ia disuruh untuk duduk didepan. Awalnya menolak namun Zahra kalah karena tatapan Arfan seperti Elang yang mengunci mangsanya,sangat tajam.

"Gak papa,kamu didepan" Arfan berlari kecil menuju samping kemudi, ia memasang seatbelt kemudian melirik kearah Zahra yang masih diam,

"Pakai seatbelt nya" titah Arfan, dan langsung Zahra memasangnya. Dalam perjalanan pulang mereka semua diam bergelut dengan fikirannya masing-masing. Hening, suasana yang paling dibenci Zahra. Mulutnya sangat gatal ingin menceramahi Arfan karena berani-beraninya dia menjual namanya sebagai tunangan Arfan. Zahra berjanji dia akan habis-habisan memarahi Arfan setelah sampai dirumah

Lain lagi dengan Qinan yang merasa ganjal, ia belum sepenuhnya percaya bahwa Zahra adalah tunangan Arfan. Perlahan tapi pasti sebuah perasaan yang dulunya biasa-biasa saja kini tumbuh menjadi yang tidak biasa. Semoga hatinya bisa menerima, dan memang dia sudah sepakat dengan hatinya bahwa risikonya akan seperti ini.

"Ar, aku turun disini aja gak papa" ucap Qinan

"Tapi kita belum sampai"

"Nggak papa, ternyata aku masih ada uusan lain" Qinan mengaitkan tas ke pundaknya kemudian melempar senyum kearah Arfan dan Zahra

"Aku duluan ya. Makasih Ar, ra" Pamit Qinan dan dibalas senyuman oleh Zahra saja. Sepeninggal Qinan, Zahra menatap Arfan dengan serius, mobil masih diam, entah apa yang ditunggu Arfan

"Kenapa?" Tanya Arfan yang merasa kurang enak diperhatikan seperti itu

"Mau dijelasin lagi?" Tanya Zahra. Arfan menghembuskan nafasnya kasar, ia menyenderkan bahunya pada kursi kemudi dan menutup matanya beberapa saat

"Ya saya minta maaf" ucap Arfan yang paham dengan ungkapan Zahra sebelumnya

"Kalo saya gak bilang seperti itu, dia bakal terus bicara, saya risih dengernya" lanjut Arfan sambil menancap gas melanjutkan perjalanan pulang

"Ya kenapa harus tunangan, kan bisa bilang adik aja" ucap Zahra yang masih protes

"Kejadiannya udah berlalu, jadi gak usah dibahas lagi"

"Ya lain kali kalo ketemu orang baru bilangnya adik aja" tegas Zahra

"Memangnya kamu gak mau jadi tunangan saya?" Tanya Arfan. Zahra tidak langsung menjawab, ia menatap wajah Arfan kemudian diam diam mengambil ponsel dan detik selajutnya ia mengambil gambar Arfan yang tengah mengemudi, setelah itu ia kirim melalui WA pada sang Ayah. Dan syukur Arfan tidak menyadarinya sama sekali

"Tuhkan malah gak dijawab" sindir Arfan

"Apa?"

"Udahlah gak usah dibahas, gak penting juga" balas Arfan dengan nada kesal. Zahra tersenyum bersorak dalam hatinya, membuat orang lain kesal ternyata seru, batinnya mulai berkata yang tidak benar

"Kak aku mau nanya" Zahra membenarkan posisi duduknya karena mulai jenuh dengan kepadatan Jalan raya

"Hmm"

"Pernah ngalamin cinta dalam diam nggak?" Sebenarnya Arfan tidak paham dengan pertanyaan yang dilontarkan Zahra

"Pernah"

"Sama siapa?"

"Kalo dikasih tau berarti bukan cinta dalam diam lagi namanya" Zahra mengangguk-angguk paham. Namun ia masih belum puas dengan jawaban Arfan, tapi baru saja ia ingin melontarkan pertanyaan lagi ponselnya berdering,menampilkan kontak sang Ayah yeng mengiriminya pesan

Ayah
Zahra,kapan kamu mau ngasih jawabannya? Ayah sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi.

Ia terdiam sebentar lamat-lamat ia mengamati pesan sang Ayah, kejadian perjodohan itu sudah terjadi 1 minggu yang lalu dan artinya sisa waktu adalah 1 minggu lagi. Jujur saja ia tidak bisa memberikan jawaban ataupun membalas pesan sang Ayah saat ini. Semoga saja Ayah memahaminya.

"Tolong kasih aku alasan kenapa aku harus terima perjodohan ini kak" ucap Zahra tanpa menoleh kearah Arfan.

"Tidak ada"

"Kenapa?"

Sebelum menjawab pertanyaan,Arfan menghentikan mobilnya karena sudah sampai dihalam rumah Zahra.

.....

.

.

Alhamdulillah, jangan lupa bersyukur ya semuanya:)🤗
Jangan lupa Vote dan komen
Terimakasih😽

Continue Reading

You'll Also Like

4.2K 203 18
"Ada apa?" ucap Arell jengah menatap Alfa menatapnya. "Ini permintaan mu, jadi kau harus sungguh-sungguh dengan kasus ini. Kau tahu aku bergerak di l...
30.1K 3.8K 50
Spin off : Cinta dari Allah Spiritual-Romance Ini tentang Araya Maharani, seorang perempuan yang terkenal memiliki tabiat cuek di sekolahnya. Membuat...
522K 3.5K 12
Biarkan Waktu yang akan memberikan berbagai pelajaran kehidupan... Biarkan Waktu yang akan selalu memberikan pengalaman... Biarkan waktu yang akan me...
4.9K 423 27
Jatuh cinta tidaklah salah dan itu merupakan suatu hal yang lumrah bagi setiap insan manusia. Namun yang salah adalah jika kita merealisasikan cinta...