Fate : A Journey of The Blood...

By monochrome_shana404

18K 3.1K 4.3K

18+ for violence, blood, and strong language [Action, Drama, Science Fiction] Takdir ibarat seperti langit. J... More

(Bukan) Kata Pengantar
PENGUMUMAN PENTING!!
Prologue
Act I : White Rose
Chapter 1.1 [1/2]
Chapter 1.1 [2/2]
Chapter 1.2 [1/2]
Chapter 1.2 [2/2]
Chapter 1.3 [1/2]
Chapter 1.3 [2/2]
Chapter 1.4
Chapter 1.5
Chapter 1.6
Chapter 1.7
Chapter 1.7.5
Chapter 1.8
Chapter 1.9
Chapter 1.9.5
Chapter 1.10 [1/2]
Chapter 1.10 [2/2]
Chapter 1.11
Chapter 1.12
Chapter 1.12.5
Chapter 1.13
Chapter 1.13.5
Chapter 1.14 [1/2]
Chapter 1.14 [2/2]
Chapter 1.15 [1/2]
Chapter 1.15 [2/2]
[FILE_CAST(S)_Fate:AJoTBR(0)]
Act II : Bloody Rain
Chapter 2.1
Chapter 2.2
Chapter 2.3
Chapter 2.4
Chapter 2.4.5
Chapter 2.5
Chapter 2.5.5
Chapter 2.6 [1/2]
Chapter 2.6 [2/2]
Chapter 2.7
Chapter 2.8
Chapter 2.9
Chapter 2.10
Chapter 2.10.5
Chapter 2.11 [1/2]
Chapter 2.11 [2/2]
Chapter 2.12
Chapter 2.12 [EX]
[FILE_CAST(S)_Fate:AJoTBR(1)]
Act III : The Dark Garden
Chapter 3.1
Chapter 3.2
Chapter 3.2.5
Chapter 3.3
Chapter 3.4
Chapter 3.4 [EX]
Chapter 3.5
Chapter 3.5.5 [EX]
Chapter 3.6
Chapter 3.6 [EX]
Chapter 3.6.5
Chapter 3.7
Chapter 3.8
Chapter 3.9
Chapter 3.10
Chapter 3.10 [EX]
Chapter 3.11
Chapter 3.12
Chapter 3.12 [EX]
Chapter 3.12.5
Chapter 3.12.5 [EX] [1/2]
Chapter 3.12.5 [EX] [2/2]
Chapter 3.13
Chapter 3.13.5
Chapter 3.14 [1/2]
Chapter 3.14 [2/2]
Chapter 3.14.5
Chapter 3.14.5 [EX]
Chapter 3.15
Epilogue
(Mungkin bisa dibilang) Akhir Kata

Chapter 3.5.5

73 17 62
By monochrome_shana404

Tercatat lebih dari empat puluh orang menghilang dalam tiga tahun. Data tersebut bahkan cukup mengejutkan Kirika. Sebab kasus ini bahkan tidak pernah diberitakan di media mana pun.

Sekitar enam puluh persen merupakan orang dewasa dan remaja, sisanya adalah anak-anak. Kirika pula telah memperkirakan lebih dari sembilan puluh persen di antaranya tak berkerabat. Melalui catatan dan ringkasan yang dibuat kelompok detektif serta agen Alford, praduganya hampir benar mengenai persentasenya.

Beruntungnya, mereka juga menjabarkan waktu dan lokasi di mana terakhir kali para korban ditemukan. Meski tidak menyeluruh, setidaknya itu cukup membantu. Semuanya berpencar dari Tokyo, Kawasaki, lalu Yokohama.

Mengenai profesi yang diemban korban dewasa? Kebanyakan dari mereka merupakan buruh, pekerja dari perusahaan kecil, dan pegawai tetap toko serba ada. Tidak ada yang memiliki jabatan penting. Sementara beberapa korban remaja mengambil kerja paruh waktu di swalayan dan restoran cepat saji.

Hanya satu petunjuk yang diberikan pembunuhnya. Ya, jasad tanpa kepala yang ditemukan di Kawasaki. Dia adalah seorang pekerja kantoran yang baru saja menghadiri pesta ulang tahun kecil-kecilan tepat menjelang musim dingin tahun lalu.

Berdasarkan laporan forensic dari Emily, terdapat sekian lebam di tubuh korban yang menjadi bukti bahwa ia sempat melakukan perlawanan terhadap seseorang. Lalu, dari pemeriksaan darahnya, terkandung alkohol yang masih tersisa di dalam tubuhnya.

Pelaku sama sekali tidak meracuni korban. Pelaku menancapkan pisau kecil ke lehernya, lalu memenggal kepalanya dengan potongan yang luar biasa rapi. Kemudian ia membelah kulit kepala, lalu memukul tempurung kepala korban, kemungkinan besar menggunakan batu yang seukuran kepalan tangan. Lantas ia mengambil otak, berikut sumsum tulang belakangnya.

Hingga kini, belum ditemukan petunjuk siapa pelakunya. Tidak ada bekas sidik jari atau bahkan sehelai rambut yang tertinggal. Pun, korban sudah ditelanjangi dan ditenggelamkan ke tumpukan besi. Kepalanya ditemukan di penjual barang rongsokan penghujung Yokohama, tepat di Distrik Naka.

Memang, membutuhkan waktu yang cukup singkat bagi pelaku untuk mencapai kedua tempat tersebut, jika ia memiliki kendaraan, atau barangkali pelaku dibantu dengan komplotannya.

"Masih belum diketahui apa motif pelaku." Lewat panggilan, Leona mengakhiri dikte informasinya. "Namun, jika memang kasus pembunuhan dan kasus penculikan berkorelasi, tim detektif berteori si pelaku merupakan penjual organ atau pelaku malapraktik."

Satu pukulan yang mendarat ke tengah karung pasir jelas bukan tanggapan utama yang ingin Leona dengar. Yah, lagi pula, bukan juga keinginannya mengganggu Kirika berlatih di ruang olahraga bawah tanahnya sekarang.

Karung pasir yang mengayun di hadapannya itu terhenti tepat tangan prostetik yang baru memukul bagian tengah karung segera menahannya. Lantas empunya segera menolehkan pandangan kepada jam dengan hologram yang menampilkan gelombang spektrum pemanggil yang beriak halus.

"Aku tahu kepada siapa arah tuduhanmu, Kapten," ujarnya sembari melangkah mendekat. "Bahkan kehidupan terasa salah jika di sudut dunia Oohara masih bernapas, huh?"

Tawa Leona membuat tampilan gelombang spektrum sedikit membesar. "Itu hanya teori. Maksudku, tidakkah kau merasa pelaku agak narsis dan sinting seperti Oohara? Dia bahkan pernah mendatangimu secara langsung dengan alasan ingin menguji kekuatanmu.

"Setelah sekian lama, dia menampakkan diri dengan meninggalkan jejak—yang kutahu itu memang tidak membantu banyak. Dia ingin ditemukan setelah puas melakukan pekerjaannya selama ini. Kalau pun benar, artinya ia meneruskan eksperimen-eksperimen mendiang ayahnya, bukan?"

Hendaknya Kirika melangsungkan tegukan keempat dari botol minum, ia mengerling tepat Leona mengatakan itu terang-terangan. Dia lantas menurunkan botolnya dan mulai mendengarkan kembali.

"Siapa pun tahu bahwa Alex Oohara merupakan biang atas segala masalah yang terjadi sekarang ini," lanjut Leona. "Alex bisa saja menarik para karyawannya untuk dijadikan kelinci percobaan. Namun, Kenji tidak mendapatkan apa-apa setelah gedung Oohara Corps. dan segala-gala yang dimiliki Oohara ditarik pemerintah."

"Masuk akal," balas Kirika. "Setelah puas mengujiku tahun lalu, kini ia ingin menguji pasukanku juga, begitu? Tampaknya ... baik melakukan penyerangan di hotel milik mendiang Tuan Howard, atau menghadiahiku dengan kloning Ayah pun belum cukup untuk mengujiku."

Di seberang sana, Leona mengalihkan pandangan kepada tablet di sampingnya. Dia memungut tablet yang layarnya masih menampilkan persentase data orang hilang. Dalam bentuk diagram pai, data tersebut dirangkum sesuai dengan di kota mana korban terakhir kali ditemukan.

"Persentase korban paling banyak ada di Yokohama, tetapi ...." Sebentar Leona menjeda sembari jari telunjuknya mengetuk potongan pai terbesar. Segera tampilan berubah ke dalam diagram pai dalam persentase rangkuman distrik. "Distriknya berbeda-beda dan semuanya jauh dari bangkai gedung perusahaan milik Oohara. Sayangnya, informasi sekeliling tempat-tempat mereka menghilang pun tidak membuahkan hasil."

Dengkusan berat disambung oleh decak penuh keluh tersampaikan jelas lewat earphone Leona. Dia sekadar tersenyum miring, pula kembali membagi fokus kepada data serta suara Kirika.

"Tapi kau masih saja menuduh Oohara atas semua yang terjadi," ujar Kirika. "Ini seharusnya merupakan pekerjaan detektif, tetapi kau terlanjur bersemangat. Seperti yang diharapkan Kepala Bagan."

Leona tidak tahu apakah itu sindiran keras atau memang jelas sebuah pujian, tetapi jelas ia lebih memilih untuk abai. "Tapi kalau aku benar, apa kau mau menambah gaji di tahun pertamaku?"

Selanjutnya, ia sekadar mendengarkan sebuah dengkusan singkat. Pun, agaknya Kirika tidak akan menanggapi itu.

Leona beranjak dari tempat tidur, membiarkan manik terpaku kepada pemandangan kota selagi tangannya sudah sibuk meletakkan tablet ke penyangganya. Lantas tangan itu berganti tugas meraih secangkir air yang kemudian ia tegak perlahan.

"Omong-omong, apakah informasi dari sekeliling tempat tidak membantu karena para korban terakhir kali ditemukan di tempat umum?"

"Begitulah." Leona menyambung kepuasan dahaga dengan decak dan embusan napas. "Mengingat korban kebanyakan yaitu mereka yang tak memiliki keluarga atau kerabatnya tak begitu akrab, bahkan relasinya sangat jauh. Untuk sementara, kami menemukan para korban yang kebetulan terakhir kali ditemukan di tempat yang sama, jadi kami memutuskan melakukan pemantauan intensif di beberapa tempat itu."

Kala kemudian jeda cukup lama menciptakan hening di telinga Leona.

"Masing-masing anggota sudah mengubah data diri digital serta alamat surel dan nomor telepon?"

"Ya. Sesuai perintahmu. Kita tidak tahu kapan Akira akan kembali; entah ia akan berpulang, atau malah mengikuti jejak Profesor Radiovalenka. Tapi jelas opsi kedua yang akan benar-benar terjadi, bukan?" balas Leona. Ringisannya begitu jelas tepat ia terbayang akan Akira yang memotong lengan kiri Kirika. "Kami mungkin juga membutuhkan orang-orang baru yang sama sekali belum tersimpan datanya di dalam kepala kaleng itu. Sebab seingatku ... ia bisa mengenalimu lewat detektor wajah, bukan?"

Sempat ia dengar dengkusan singkat. Reaksi itu entah datang dari Leona yang menyebut Akira 'kepala kaleng', atau karena ia berkata bahwa mereka membutuhkan bantuan lebih.

Tapi toh, Kirika sama sekali tidak keberatan kedengarannya. Pun, ia tersenyum ringan di ruang olahraganya.

Kirika mengakhiri panggilan. Lalu, dengan satu jentikan segera memutus sambungannya dari Leona. Pintu ruang olahraga terbuka secara bersamaan; mempersembahkan Silvis yang berdiri di ambangnya. Sebagai sapaan, Kirika melambaikan tangan prostetiknya.

Dua minggu terlewat, agaknya Kirika mulai menikmati hidup dengan bantuan tangan prostetik pertama dari divisi robotik. Ya, kala itu ia benar-benar datang memenuhi panggilan Aoi. Segera ia jalani operasi untuk menyambungkan tangan tersebut beberapa hari setelah uji coba.

Kirika masih berada di dalam pengawasan divisi robotika. Dia diharuskan untuk setidaknya melaporkan kegiatan yang ia lakukan dalam sekali setiap akhir pekan. Maka selanjutnya mereka akan menciptakan tangan prostetik yang lebih nyaman, seperti yang Kirika inginkan.

Tetap saja, kadangkala Silvis belum terbiasa melihat keponakannya dengan tangan kiri yang persis seperti kerangka robot itu. Pun, meski sudah diperbolehkan berlatih sendiri, Kirika seharusnya lebih berhati-hati sebab tulang belakangnya belum utuh membaik.

Tapi lihat dia sekarang, batin Silvis memandangi setengah baju Kirika yang setengah basah karena peluh. Alih-alih menceramahi, ia mendesah kasar sebelum saling tatap kepada empunya manik delima.

"Selamat datang kembali. Ada yang menarik dari pembukaan kantor cabang Mr. H?"

Kirika memang meminta Silvis mewakilinya untuk datang ke acara pembukaan besar kantor cabang perusahaan milik Logan Osmond, suami dari Elizabeth Stanford Osmond, yang bertempat di Belfast. Jika dibandingkan dengan pembukaan besar hotel mendiang Howard—kalau pun Silvis bisa menjadikan insiden tersebut sebagai tolak ukur hal yang menarik bagi Kirika—tidak banyak yang menarik dari sana, jadi sekadarnya Silvis mengangkat bahu.

"Nyonya Osmond menyayangkan ketidakhadiranmu. Itu saja," imbuhnya kemudian yang lalu disambung pula dengan tarikan napas; entah menyayangkan liburan kecilnya sudah berakhir, atau mengeluh karena dipanggil tepat fajar menyingsing. "Omong-omong, kau membutuhkanku?"

"Ya. Kupikir aku membutuhkan tangan kanan baru," ujar Kirika.

Sebentar ia mengisyaratkan Silvis untuk menunggu dengan telunjuk yang ia acung, lantas menegak setiap tetes terakhir yang tersisa di dalam botolnya. Namun, pamannya lebih cepat menukasi, "Akan sangat berbahaya jika kau meminta divisi robotika membuat satu lagi yang mirip seperti AK-25. Apa kau ingin merekrut manusia? Aku bisa mencarikannya, jika memang itu yang kau butuhkan."

"Oh, tentu tidak." Kirika menjeda kalimatnya dengan menutup botol yang tanpa sengaja menciptakan gema samar di sekitar. Dia memutar tubuh, seutuhnya berhadapan dengan Silvis. "Aku ingin mengambil apa yang tengah Bibi kerjakan. Itu pun kalau kau tidak keberatan."

~*~*~*~*~

Belasan tahun lamanya, Aleah tetap berkutat pada penelitian yang sama setelah menyelesaikan proyek kecil yang menyokong perusahaan. Dia tidak diperintahkan, justru ia bergerak sendiri demi memuaskan rasa penasarannya. Beruntung. Sedikit pun ia tak merasa keberatan jika Silvis yang sudah hengkang dari divisi biogenik bertahun-tahun lalu, masih terus mengawasinya.

Melakukan percobaan kloning organisme bukanlah hal yang baru. Dia hanya meneruskan penelitian-penelitian para ilmuwan yang terhenti. Anggap saja begitu, sebab berita maupun desas-desusnya sudah jarang beredar.

Aleah membuktikan bahwa percobaan itu benar-benar nyata. Meski tentu saja semua hasilnya tidak berjalan sesuai dengan ekspektasi, tetapi Aleah enggan menyerah.

Menjadi ilmuwan memang harus memiliki kesabaran yang besar, bukan? Gagasan itu selalu ia tanamkan dalam hati.

Bermula dari sepasang simpanse yang masing-masing ia ambil inti sel dan sel telurnya, ratusan kali ia mengalami kegagalan, dimulai dari penggabungan inti sel dan sel telur sampai bayi hasil percobaan yang terlahir cacat. Bahkan ada yang mati dalam rentang hidup yang tercatat pendek, empat minggu sampai delapan belas minggu.

Namun, kesabaran di dalam perjalanan penelitian kecil ini membuahkan hasil. Dia berhasil menghidupkan sepasang simpanse kembar dari percobaannya. Mereka tumbuh dan berkembang di alam bebas, tetapi divisi biogenik masih terus memantau kesehatan dan perkembangan keduanya. Berita mengenai penelitiannya ini juga beredar ke mana-mana.

Maka Aleah dengan mantap menjalankan kloning tingkat selanjutnya.

Kloning manusia.

Entah Aleah pantas menyebut ini sebuah keuntungan, tetapi jatuhnya Oohara agaknya cukup menguntungkan Alford. Divisi biogenik menyalurkan bantuan kepada para korban malapraktik Alex Oohara. Aleah juga memanfaatkan mereka dalam penelitiannya, mengambil inti sel serta sel telur untuk diuji coba, tetapi ia hanya akan melakukannya jika mereka bersedia.

Kegagalan yang ia hadapi hampir serupa ketika ia berfokus pada penelitian kloning simpanse. Bahkan Aleah sempat dihadapkan dengan salah satu hasil percobaannya ialah zigot yang tak kunjung tumbuh. Dia terpaksa harus mengubur zigot tersebut setelah merangkum perkembangannya lewat rekaman dokumentasi.

"Apa penelitianmu kali ini bisa membuatkan seorang kembaran untukku?"

Pikiran Aleah akan masa tersulit dalam penelitiannya itu utuh tersibak oleh sebuah kenangan lain yang masih terkait. Refleks ia menoleh ke sumber suara, tetapi yang ia dapatkan tak lebih dari meja kerja kosong dengan tumpukan jurnal.

Yah, waktu memang bergulir cepat. Namun, ingatan Aleah mengenai percakapannya dengan Kirika yang berumur sepuluh tahun kala itu belum pudar. Lantas bergerak kakinya mendekat kepada meja kerja, meminta otaknya mengulik kenangan-kenangan lama dari sana.

Kirika kecil memang acap kali berkunjung ke laboratorium biogenik. Terkadang ia ingin menjumpai bibinya untuk bermain. Memang, di sini memiliki banyak alat-alat yang terbilang unik di mata anak-anak. Aleah memang tidak keberatan, bahkan ia bersedia mengajarkan Kirika banyak hal mengenai apa yang sedang ia teliti; apa yang sedang ia kerjakan.

Betapa beruntungnya ia memiliki keponakan yang tidak nakal. Jika Aleah memintanya untuk duduk di meja kerja, Kirika akan menurut. Dia yang tak pernah tertarik dengan buku anak-anak begitu senang membaca jurnal penelitian Aleah, meskipun ia tidak mengerti beberapa istilah dan kalimat yang terkandung di dalam sana.

Jurnal penelitian kloning manusia kebetulan baru saja ditulis pendahuluannya, bahwa secara teknis klon akan mendapatkan gen yang dominan dari inti sel pendonor. Namun, bukan berarti ia akan mendapatkan fisik identik seperti pendonor.

Aleah menerangkannya dengan bahasa yang sederhana. Kirika agaknya cepat tanggap, dia mengangguk-ngangguk paham seusai ia mencerna semuanya.

"Lalu, tabung Bibi akan menjadi rahim bagi kembaran itu. Kita bisa melihat perkembangannya di sana," tambah Aleah. "Jadi, dia tidak lahir dengan wujud yang serupa denganmu saat ini. Dia juga membutuhkan proses."

"Kalau begitu dia akan menjadi adik kecilku?"

"Aku bahkan tidak mengambil selmu, bagaimana kau bisa menyimpulkannya?"

Manik delima yang sedikit lebih gelap kala itu mengerjap. Aleah sekilas melihat bayangannya, lantas segeralah ia beralih kepada Kirika yang mengangkat pandangan seraya berkata, "Karena aku ingin mendonorkan selku."

Nada yang melantunkan kalimat tersebut terdengar sangat polos, tetapi entah bagaimana Aleah paham akan kesungguhan yang terkandung dalam suaranya. Kepalanya menimbang sekian respon yang harus ia berikan, sekaligus memikirkan kemungkinan reaksi yang ia terima dari keponakannya.

Bahkan sebelum Aleah bersuara, Kirika tahu, ada yang keraguan yang tersirat dalam iris keemasan sang bibi ketika hendak merespon. Dia berpaling, memperhatikan jurnal dengan gambar zigot yang ditempelkan di sana.

"Aku hanya ingin membantu Ibu," ucapnya memecah hening. "Aku ingat ketika aku menanyakan apakah aku memiliki saudara, dia tampak sedih."

Aronia memiliki masalah yang kurang lebih serupa dengan Aleah, mereka mewarisi kemandulan dari sang ibunda. Pun, baik Silvis dan dirinya tidak memusingkannya. Lagi pula, mereka selalu memiliki kesibukan yang dapat menjauhkan mereka dari pikiran-pikiran akan hasrat menggendong keturunan baru.

Keberadaan Kirika saja sudah cukup setelah Hardy dan Aronia berjuang begitu lama untuk mendapatkan seorang anak. Meski bukan tangannya yang dikaruniai malaikat kecil ini, Aleah sudah bersyukur hanya dengan memandangnya.

Kadangkala segala yang dicintai memang terlihat indah ketika tidak dimiliki, bukan?

"Kalau nantinya punya adik, ingin menamainya siapa?"

Si gadis kecil tampak menimbang-nimbang sebentar. "Aku belum memikirkan nama laki-laki, tetapi kalau perempuan ... Vanessa terdengar manis, 'kan, Bibi?"

Senyum lebar menampakkan kantong mata Aleah lebih jelas.

Atas izin Aronia, mereka mewujudkan keinginan Kirika. Aleah mengambil sel dari tubuh Kirika untuk penelitian kali ini. Divisi biogenik Alford Corp. juga memberikan nama untuk proyek tersebut; Vanessa Project.

Dia mulai melakukan penggabungan inti sel Kirika ke banyak sel telur yang bersedia mendonorkannya demi penelitian. Alhasil, membutuhkan dua tahun untuk mendapatkan satu embrio yang benar-benar tumbuh dan memiliki perkembangan besar dari percobaan-percobaan sebelumnya.

Aleah mendesah kasar. Jika diingat-ingat, ia juga tidak menyangka ketika kala itu menanggapi serius kata-kata Kirika mengenai saudara kembar.

Vanessa pertama berumur dua belas tahun, tetapi .... Tangan Aleah menyibukkan diri dengan meraih jurnal dan membuka halaman kosong. Mulailah ia mencatat segala isi pikirannya. Dia memiliki fisik yang serupa dengan Kirika di umur tujuh belas berkat serum itu. Pun, pertumbuhannya menunjukkan kelainan. Kemungkinan ini didapat dari sel telur yang bermuasal dari para korban malapraktik.

Namun, kelainan ini tidak bisa disamakan dengan cacat. Meski terbilang berbahaya untuk fisiknya yang ringkih, tetapi justru kelainan Vanessa dapat dijadikan sebagai pertahanan baginya.

"Kuharap tugas terbaru untuk Vanessa dapat memberikan informasi lebih lanjut mengenai perkembangannya." Gumamannya mengalun seiring tangannya berhenti menulis. "Semoga dia baik-baik saja mengingat ini kali pertama baginya melihat dunia luar setelah sekian lama."

~*~*~*~*~

"Nona Sano belum menunjukkan tanda-tanda kembali."

Pria bertubuh tinggi melawan arus khalayak yang tengah berlalu di lorong. Masing-masing mulai membersihkan setiap ruangan konseling gedung. Seharusnya, ia juga disibukkan dengan pekerjaan yang sama, tetapi si atasan menghubunginya di waktu yang tidak tepat.

"Namun, sesuai perintah Anda, tentu saya akan berusaha untuk tidak mengecewakan. Sebab ini hari pertama bagi saya bekerja, bukan?" Senyumnya merekah tepat ia menanti balasan dari lawan bicaranya di seberang sana. Lantas ia melanjutkan langkah menuju tirai jendela yang belum dinaikkan sembari mengangguk-ngangguk paham atas apa yang didengarnya lewat ponsel.

Demikian tangannya menarik tali tirai lipat dan membiarkan cahaya menembus kaca jendela. Kedua lensanya—baik yang senada lautan atau segelap malam—begitu berkilauan diterpa sinar mentari. "Ah, mengenai persentasenya? Barangkali saya bisa memastikan 89.8% untuk persiapan terakhir."

Kali ini, balasan dari sang atasan agaknya cukup panjang. Pria terus bergerak menarik tali-tali tirai lipat. Dia cukup yakin mendengarkan kalimat terakhir dari atasan dengan sangat jelas, "Akira, aku percayakan semuanya padamu untuk sementara."

"Dimengerti." Lantas ia menutup panggilan.

Dia melangkah sembari jemarinya menyisir rambut kecokelatannya. Lensanya menyempatkan diri memandang sekitar trotoar sepi dengan dedaunan kuning yang berserakan di sana. Hanya ada satu dua orang lewat. Jika dilihat lebih jeli, mereka adalah orang-orang yang sama menumpang lewat mengerjakan aktivitas sehari-hari.

Sejauh ini tidak ada yang mencurigakan. Hingga puas hati ia melihat-lihat, maka ia membalik tanda buka yang tergantung di pintu. Hendaknya ia berbalik menuju ruangannya, seribu sayang langkah itu harus terhenti sebab sepasang lensanya berfokus kepada sesosok gadis yang berdiri di depan pintu.

Tidak, dia tidak menghalangi jalan masuk. Dia terpaku satu meter dari pintu masuk, bersama mata senada rubin yang hampir sama besar dengan kacang kenari yang berpaku tatap kepada kartu nama di tangannya. Si pria tidak yakin apakah ia kedinginan atau memang berkat keturunan, tetapi gadis ini memiliki kulit yang sangat pucat. Rambut hitamnya yang ikal diterpa angin. Namun, agaknya ia enggan memedulikannya. Justru itulah yang mempercantik dirinya saat ini.

Bagi si pria, sosok ini tampak asing.

Berakhirlah iris merah gelap tersebut mengalihkan ke pintu. Semula memang tampak termangu mendapati pria yang berdiri di balik pintu. Pada akhirnya ia mengulas senyum guna menyapa.

Pun ... begitu mudah bagi si pria menyambutnya setelah itu.

Halo. Lama tak bersuaaaaaaa~~~.

Belakangan, saya suka pusing menuliskan karya yang satu ini. Habisnya, saya harus menyambung-nyambungkan chapter-chapter lama. Semoga saja tidak ada lubang yang berpotensi membuat saya terjatuh.

Terima kasih sudah berkunjung. Sampai jumpa di chapter selanjutnya!

Continue Reading

You'll Also Like

57.9K 5.2K 50
Shen Qing adalah Tuan muda dari keluarga Shen,ia mengantikan saudari perempuannya yang kabur di hari pernikahan dan menikah dengan musuh bebuyutan ny...
261K 9.4K 8
SEBAGIAN BESAR SUDAH DIHAPUS. HANYA TERSISA 3 CHAPTER. [TERSEDIA DI TOKO BUKU GRAMEDIA SELURUH INDONESIA & GRAMEDIA.COM ATAU VERSI E-BOOK DI GRAMEDIA...
102K 14.4K 46
[Reading List September 2023 - WattpadRomanceID as Dangerous Love Category] #1 on Mitologi - 29/01/24 #1 on War - 28/01/24 #1 on Yunani - 19/12/23 #1...
10.2K 1.9K 30
Sebuah jurnal berisi koleksi kisah roman-fantasi milik Midnight. Yang mana kisahmu? [Collection of Short Stories, Fantasy-Romance]