Transformers : Tears of the D...

By VikingVampire

12.8K 1.1K 246

[[ COMPLETED ]] Satu-satunya alasan Alissa tetap hidup adalah untuk balas dendam atas kematian keluarganya ke... More

- DISCLAIMER -
Chapter 1 - Ratchet
Chapter 2 - Junk
Chapter 3 - Run Away
Chapter 4 - Anger
Chapter 5 - Silent Night
Chapter 6 - Home
Chapter 7 - Two Face, One Eye
Chapter 8 - An Open Door
Chapter 9 - Unplanned Plan
Chapter 10 - Fire and Jump
Chapter 11 - Locked and Loaded
Chapter 13 - Payback Time
Chapter 14 - The Oath
Chapter 15 - Saviour
Chapter 16 - Garden of Life
Chapter 17 - Faith
EPILOGUE

Chapter 12 - Don't Let Me Go

622 59 12
By VikingVampire

Matahari semakin tinggi, dan panas semakin terik. Sebuah gambaran semburna untuk mendeskripsikan ketegangan yang terjadi diantara mereka. Alissa sama sekali tak memperhatikan Optimus. Ia tak tahu apa yang harus ia katakana, namun batinnya terus berteriak aka nada sesuatu yang menyakitkan. Pada banyak sisi, Alissa tak tahu harus percaya kepada batinnya atau kepada pikirannya.

Bot itu duduk. Ia menunggu Alissa dengan sabar.

“Jika kau harus pergi, maka pergilah.” Ia berkata dengan tegar—pura-pura tegar tepatnya. “Lagipula untuk apa kau disini jika hanya untuk membenci kami?” Alissa mengerutkan alisnya yang melengking. Matanya menyorot tajam kepada Optimus.

Optimus menyadari Alissa tengah marah. Ia mungkin telah mendengar perintah meninggalkan bumi dari Drift, atau bahkan mendengarnya sendiri. Tetapi dilema yang dialami Optimus lebih besar. Mungkin ada banyak hal di Bumi untuknya, namun dengan perburuan liar serta perang yang semakin merambak kemana-mana, ini bagaikan ular yang mengejar ekornya sendiri.

Tak hanya terus berputar-putar, namun juga konyol.

“Aku telah melihat begitu banyak pengorbanan untuk planetku. Namun sekarang aku tak bisa membohongi diriku jika apa yang telah kalian lakukan tak dapat dimaafkan,” kata sang Prime.

Alissa benci harus mengakui ini. Namun Optimus kembali mengungkit perdebatan yang sebelumnya. Ia menggelengkan kepalanya dengan decakan. Apakah hatinya berdesir? Tentu saja. Namun ia juga tak bisa tinggal diam.
 
“Tidakkah sudah ku bilang?!” Kata Alissa. Ia berdiri dan membelakangi Optimus. Ia tak ingin berdebat, namun hatinya juga tak ingin kalah dan disalahkan. Hanya karena satu buah busuk, bukan berarti kau harus membuang satu pohon. Ini tidak adil. Tak hanya pada Alissa, namun juga pada Optimus sendiri.

“AH!” Suara Crosshairs bangkit dari rebahannya. Ia memasang wajah sumringah. “Beritahu Bumblebee kabar baik. Kita punya kapal. Kita pergi.”

Desingan suara mesin yang taka sing mendekat. Percakapan Optimus dengan Alissa terhenti dan melihat kearah Bumblebee. Cade turun bersama Tessa dan Shane. Mereka datang dan menghampiri Hound yang paling dekat. Cade berusaha menghampiri Optimus yang masih berbicara dengan Alissa namun Ratchet melarangnya.

“Pergi saja! Kalian makhluk tidak bertanggung jawab!” Ia agak membentak.

“YOU HAVE NO IDEA WHAT YOU WERE SAYING!” Optimus mengeraskan suaranya. Ia menujukan ini pada Alissa.

Pertengkaran itu membuat semua orang disana menjadi diam. Tessa menarik Alissa mundur ketika merasakan teman seperjuangannya dikuasai emosi. Tentu Optimus takkan menyakiti Alissa dan juga sebaliknya. Namun pertengkaran ini takkan menghasilkan apapun selain masalah baru.
 
“Apa?” Kata Alissa. Ia menghempaskan tangan Tessa.

“Kalian manusia makhluk yang egois!”

“Oh this is bad..” kata Crosshairs.

“Bukankah kau juga?” Alissa membalik pertanyaan kepada Optimus.

Optimus tak menjawab karena ia tak ingin memperpanjang perdebatan mereka. Ia menatap Cade yang tak tahu apa-apa tentang yang sedang terjadi. Namun ia merasa ada masalah diantara mereka. Melihat Alissa wajahnya sudah begitu dingin dan mengeras, sementara Optimus murka. Cade bisa melihat keduanya dengan jelas di kedua mata makhluk-makhluk itu. Rasanya seperti ada api dikepala mereka. Ia tahu jika ini bukan saat yang tempat membicarakan masalah ini.

Optimus berdiri. Ia menatap Cade dan semua manusia yang berada disana. Uap keluar dari hidungnya, optiknya semakin tajam bagai elang yang mengintai. Alissa terus berjalan dan mengabaikan Optimus menuju gerbong kereta.

“Manusia. Setelah semua yang kami lakukan!” Ia bersuara dingin dan menusuk. Tangannya menuding Alissa. Ia berusaha mendapatkan perhatian Alissa namun gadis itu menulikan telinganya. Ia bahkan mengabaikan Drift. “Kalian tak tahu bencana yang kalian ciptakan!”

Cade bertukar pandangan dengan Shane. Lalu mereka mendongak. Ia naik diatas gundukan pasir untuk mendapat penglihatan lebih baik. “Apa? Apa lagi sekarang? Apa maksudmu?” Ia tak terima. Ia sedikit merasa sedikit terseret oleh pertengkaran mereka. “Aku melakukan hal yang bukan kapasitasku disini!” Sentak Cade.

“Kau tak tahu siapa mengendalikan siapa,” kata Optimus seraya mendekat kearah Cade.

 Alissa duduk menjauhkan dirinya. Ia hanya mendengar dan tak mengatakan apapun. Tessa duduk disebelahnya. Nalurinya sebagai sesame wanita mengatakan Alissa tengah melakukan sesuatu yang berlawanan dengan kata hatinya.

“Dalam prototipe  yang kulawan...,” kata Optimus. Alissa meliriknya sesaat ketika OPtimus menatap langit. Optiknya seakan melakukan reka adegan atas perkelahiannya dengan Galvatron.  “Kurasakan kehadiran Megatron.”

Alissa kini mengerti. Jadi disitu, kah, alasan kenapa Optimus begitu murka? Ada rasa bersalah, namun ketika ia teringat Optimus menyebut dirinya egois, adalah hal yang begitu sulit dimaafkan. Tidakkah semua makhluk memang egois? Tidakkah kita selalu menyalahkan sesuatu bahkan tanpa kita sadari?

Tidak!

Al, kau tidak boleh egois. Tidak untuk saat ini! Bukankah kau telah bersumpah untuk bersama Optimus?

Tapi ini lebih dari yang bisa ia atasi.

Bukankah selama ini kau bisa mengatasi dan melewati semuanya? Jika kau kehilangan mereka, maka kau akan sendiri dalam hidupmu yang mengerikan  itu. Untuk saat ini, cobalah untuk berpikir sebab dan akibat. Apa dibalik apa dan hukum kausal.

“Decepticon yang memulai perang Chicago?” Shane bertanya.

“Menurutmu bagaimana KSI membuat parasit itu?” Brain bersuara diatas cerobong asap. Tepat diatas Alissa.  “Mereka memiliki kepala mati Decepticon dan mengunduh pikirannya. Dan aku yang bertugas mengotopsinya.Tak ada kawan, manfaat, tak ada apa - apa. Mereka menghubungkanku dengan Megatron. Dan pikirannya tak mati seperti dugaan mereka. Dia memberi mereka ilmu dan rinciannya. Agar mereka membuatkan tubuh baru untuknya,” katanya.

“Lalu menginfeksinya dengan kejahatannya, kromosom buruk. Tidakkah kau berpikir kenapa prototype itu tak berbentuk seperti Optimus Prime seperti yang mereka harapkan?” Katanya. Kali ini ia berada turun didepan Alissa. “Mereka punya mata merah. Semua terlihat di kepalaku. Bisa ku cium itu sekarang! Bagian dalamnya sudah dimodifikasi."

Brain melanjutkan, “KSI boleh menamai tubuh itu dengan Galvatron. Tapi itu hanya reinkarnasi Megatron!”

“Kau tahu tapi tak peringatkan mereka?” Alissa akhirnya angkat bicara. Ia setengah agak kasar pada Brain.

“Nona, kau bisa kalap saat akan dihukum mati. Selama ini dia mempermainkan KSI agar mengelabui mereka untuk mengejar The Seed.”

“Tunggu. Benih?” Shane akhirnya berbicara.

Tessa menatap Shane dan menjawab. “Prajurit jahat yang mengejar kita. Mereka ke Kapal itu dan mengambil sesuatu yang disebut The Seed.

“60 juta tahun lalu, sekitar ribuan tahun...” Hound bersuara dibelakang Optimus sembari menenteng senjatanya.

“Ribuan planet dibentuk dengan Benih. Mereka mengubah makhluk hidup jadi logam dasar kami. Creator kami menghancurkan dunia kalian untuk menciptakan kami,” kata Optimus. Ia menatap Alissa.

“Dan Galvatron ingin itu terjadi lagi. Dia ingin meledakkan Benih itu di kota terbesar dan membunuh jutaan!” Ia berkata lagi, Brain. “Dia ingin pamer, ‘Sayang, aku kembali.’”

“Gelombang ledakan akan membakar kota jadi logam cair. Dia akan punya tentara besar dan memusnahkan spesies kalian selamanya,” jelas Optimus.

Alissa membuang pandangannya dari Optimus. Ia benar. Manusia memang tak tahu apa yang mereka lakukan. Ia sebagai manusia benci dengan rasa itu. Kini ia harus menanggung permasalahan ini gara-gara oknum tak bertanggung jawab. Pamannya sendiri.

Jika harus merasa bersalah, maka sekarang saatnya. Namun ada rasa didalam dirinya yang membuat dirinya enggan mengakui kesalahan detik ini. Ego nya mencuat naik.

“Dasar bodoh, kalian membawa kepunahan kalian sendiri!” Kata Brain. “Tapi bukan urusanku. Aku bebas,” kata Brain.

“Ini gila. Benar-benar gila!” Kata Shane.

“Kita harus dapatkan Benih itu sebelum Galvatron,” kata Alissa spontan.

“Ya, benar. Kami akan membantu," katanya.

Optimus yang pertama menatapnya. Cade mengangguk sepakat. “Kami memang egois. Tapi tidak berarti kami takkan membiarkan planet kami menjadi sarang monster,” katanya.

Ia masuk kedalan sebuah kompartemen dan mengabaikan semua. Sifat terburuk Alissa muncul dan tak ada yang bisa menghentikannya.

***

Adalah pagi satu jam setelah matahari terbit, Alissa keluar dari gerbong menuju sungai kecil yang bersih untuk mencuci mata. Embun pagi menetes membasahi rerumputan yang ia injak. Sepatunya sedikit basah, dan ia tak lagi peduli. Matanya menyebar disekeliling, namun tetap tak melihat Optimus sama sekali. Mungkin ia masih tertidur, meski rasanya tak mungkin.

Langkah kaki panjangnya Alissa berhenti ditepi sungai. Ia melihat apakah airnya bersih dan aman untuk diminum. Ada keraguan dalam dirinya. Jadi Alissa hanya membungkukkan badan dan mengambil satu tangkup dengan tangannya. Ia membasuh mukanya, dan merasakan air yang dingin membasahi wajahnya. Terpaan angin pagi dan udara segar membersihkan paru-parunya dari racun-racun yang ia hirup. Alissa menutup matanya.

Namun suara sirine mengganggunya.

Ia berlari menuju tepi jalan. Ia melihat apakah suara yang ia dengar adalah benar sirine, dan apakah firasatnya salah. Namun ketika ia mengintip dibalik pepohonan, ada puluhan mobil polisi dan beberapa mobil Cemetery tengah bergerak menuju kearah mereka mendarat.

“FUCK!” Umpatnya. Dengan cepat, Alissa berlari. Ia memberikan kabar jika keberadaan mereka telah ditemukan. “Kita harus pergi. Mereka datang,” kata Alissa.

“Kemana?” Shane bertanya. "Siapa datang?"

Alissa menunjuk kearah kanan.

“Kami menangkap komunikasi terenkripsi,” kata Drift sembari menyentuh kabuto-nya. Alissa menatap, “Joshua Joyce menuju pabriknya di Guangzhou, Cina,” kata Drift.

“Kita akan ke China?” Alissa memastikan ia tak salah dengar.

“Joshua Joyce membawa Seed. Kita harus mengambilnya sebelum mereka datang,” kata Optimus menjawab pertanyaan Alissa. "Ayo, Autobots! Kita harus cepat jika ingin segera sampai," ujar Optimus seraya ia berjalan masuk menuju kapal luar angkasa yang mereka ambil dari Knight Ship.

"Setelah itu, kita meninggalkan akan bumi, kita sudah selesai melindungi manusia!" Optimus berkata dengan kasar, dan tegas.

Cade bangkit dari duduknya begitu mendengar ucapan Optimus. "Selesai? Apa maksudmu?" Ia mengikuti Optimus dibelakangnya, namun robot itu enggan menatap sama sekali.

"Selesai berarti berakhir. Sampai jumpa, selamat tinggal." Crosshair menyahut seraya berjalan melewati Alissa.
 
"What?" Alissa  berkata, ia melihat Optimus duduk di sebuah bilah baja besar. "Apa itu benar?"

Alissa  duduk dihadapan Optimus, Cade disebelahnya. Ia belum banyak berbicara, hanya mendengarkan percekcokan Optimus dan Alissa . "Harus berapa banyak lagi kaum-ku harus dikorbankan karena KESALAHAN kalian?"

"KESALAHAN kami?" Alissa  berteriak. Ia menunjuk dirinya sendiri.

"Setelah apa yang kami lakukan. Kalian  membunuh teman-temanku!" Optimus bersuara dengan lebih keras dari sebelumnya. "Kalian menggunakan tubuh kami untuk TEKNOLOGI!"

"Oh no," Crosshair berkata. "Drama akan terjadi," komentarnya.

"Quiet!" Alissa  membentak Crosshair. Ia mengangkat tangan menyerah. "Kami tidak membunuh teman-temanmu, Optimus. MEREKA yang melakukannya!" Ini ditujukan untuk Lockdown dan Cemetery Wind. Ia menunjuk Optimus dengan tangam kanannya.

"Kalian manusia makhluk tidak tahu terima kasih. Membuat kesalahan berulang-ulang tanpa rasa menyesal." Ia berkomentar lagi.

"Hey!" Alissa  tersinggung. "Maaf saja, Tuan Penjaga-Galaksi, tapi bukan kami yang datang tanpa ijin ke planet asing, dan membuat kekacauan. Bukan kami yang ingin menghancurkan planet makhluk lain. Bukan kami yang menghancurkan peninggalan bersejarah selama ribuan tahun, dan bukan kami yang membangkitkan pengkhianat yang terdampar di bulan." Alissa  membahas tentang Sentinel Prime dan Chicago.  "Adalah KAU yang menjadi penyebab awal kekacauan ini! Teman-temanmu mati karena melindungimu, Prime!" Alissa  membentak, menunjuk-nunjuk wajah Optimus dengan jari telunjuknya. Lantas, Alissa  menarik nafas panjang, menyadari ia kehilangan kendali atas dirinya. "KAU penyebab semuanya! Kau yang membunuh teman-temanmu" Ia berteriak balik. Ia menuding wajah Optimus, jari telunjuknya mencuat tajam. Optimus mengendus kesal.

"Aku tidak mengerti kenapa kalian masih ada," ujarnya. "Aku menyesal telah menaruh kepercayaan kepada kalian."

 "Optimus..." Ratchet mencoba menenangkan Optimus dengan menyentuh shoulder plate nya.

Okay, itu sangat kasar. Kasar sekali.

"Begitu?" Alissa  bersuara, lalu berdiri untuk melihat Optimus.  "Lalu kenapa kau melindungi kami pada awalnya? Kenapa tidak kau biarkan Megatron membangun kekuasaan, atau membiarkan The Fallen meledakkan matahari? Kenapa kau menolak saat Sentinel membawa planetmu kemari, dan membunuhnya? Atau, yang paling baik, kenapa kau tidak biarkan kami mati saja?" Alissa  membombardirnya dengan banyak pertanyaan, seraya Cade mencoba untuk tidak terlihat seperti kambing congek yang terperangkap ditengah-tengah drama. Ia menyentuh pundak Alissa , namun tidak dipedulikannya.

"CUKUP!" Alissa merasakan Cade menariknya. Tessa membawanya menghilang dari sana. Namun tangannya lagi-lagi melempar siapapun yang menyentuhnya.

"Itu yang seharunya terjadi," ujar Optimus. Alissa  menyeringai untuk menahan air mata yang hampir turun dipipinya. 

Ia--Alissa  menarik nafas panjang. "Aku mengerti sekarang," Ia berkata lemah. "Sejak awal kau memang selalu membenci kami." Dadanya terasa sesak. Apa yang dikatakan Optimus menamparnya begitu keras, membuatnya bisa melihat muntahan-muntahan yang selama ini membutakannya. "Kau tidak pernah percaya padaku. Dan kau juga tidak pernah mencintaiku," tukasnya. Ia memandang optik Optimus lagi, lalu berbalik arah dan meninggalkan mereka. Kata terakhir Alissa mencuat begitu saja tanpa ia sadari.

"Al--" ucapannya terpotong karena Alissa  sudah mengilang dibalik Ratchet yang melintas.

She loves me…

"Berikan dia waktu dulu," kata Ratchet.

Optimus mendesah, disaat bersamaan juga marah; entah kepada dirinya sendiri atau kepada manusia. Apa yang ada didalam helm-nya lebih rumit dari yang terlihat. Yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah memandang Alissa  yang sudah menghilang dibalik tumpukan mesin, bersama dengan Tessa. Tangannya yang besar mengusap pelat wajahnya. Cade hanya melihat, menunggu Optimus untuk berbicara.

"Aku tidak peduli jika itu hanya tentang aku. Tapi, aku tidak bisa diam jika teman-temanku menjadi korban dalam kekacauan ini. Aku hanya tidak terima dengan perlakuan manusia. " ujar Optimus, suaranya bergetar. "Semua yang aku pedulikan selalu mati. Harusnya aku yang mati, bukan mereka. "

Cade mengernyitkan wajahnya, ia mendengus. "Tentu mereka mati demi melindungimu.  Kau adalah teman, keluarga dan harapan bagi mereka. Aku tahu, mereka juga tahu kalau kau akan mati demi mereka."

"Apa yang kalian--para manusia tahu tentang harapan?" Nada Optimus meninggi, namun tertahan. Cade agak kaget mendengar pertanyaan itu, namun ia tahu jika Optimus hanya sedang panas.

"Apa kami begitu berbeda?" Tanya orang ber facial hair tipis ini.  Optimus melihat Cade mengejar optik Optimus. Ia nampak benar-benar serius dengan apapun yang telah, dan yang akan dikatakannya. Yang bisa Optimus lakukan hanyalah mendengarkan Cade, sebelum ia memotong. "Kami--manusia juga rela mati untuk teman, keluarga dan harapan kami. Aku bersumpah jika aku rela mati demi Tessa, dan demi apapun yang membuatnya bahagia. Aku telah bersumpah untuk melindunginya sampai aku mati. Dia adalah harapanku untuk tetap hidup." ujar Cade. Optimus terdiam.

"What do you think being human means? That's what we do. We make mistakes. Sometimes, out of those mistakes come the most amazing things... When I fixed you, it was for a reward. That was it. That was why. The money. And it was me making a mistake. Without it, you wouldn't be here. Tapi apapun yang telah terjadi merupakan kesalahanku, atau kesalahanmu, juga kesalahan Alissa . Kesalahan kita semua. Dan sudah saatnya bagi kita memperbaiki kesalahan itu.

"Aku berani bertaruh jika Alissa  akan melakukan apapun untuk bisa tetap disisimu. Aku memang baru bertemu dengannya beberapa saat ini, tapi aku melihat dimatanya jika ia tulus terhadapmu. Aku tahu karena aku pernah melihat seseorang seperti caranya melihatmu. Dia percaya padamu lebih dari ia percaya pada dirinya sendiri.  Even if you got no faith in us, at least, you gotta have faith in her. I'm asking you to look at her.  You gotta have faith, Prime, for her."

Optimus bangkit dari duduknya, ia melihat Cade lagi dengan raut wajah yang sama seperti tadi. Ia menolehkan helm-nya kearah Alissa  yang saat ini sedang membicarakan sesuatu dengan Tessa. Drift dan Bumblebee ada disana, nampak sedang tertawa dengan cerita yang diceritakan oleh si wrecker tua--Hound. Optimus melihat Alissa  duduk di pintu belakang sembari menatap bumi diatasnya.

Ia melihat dimata manusia-manusia yang saat ini berada satu kapal dengannya, melihat adanya harapan dan rasa empati yang besar. Ia mengingat-ingat kembali dimana Alissa  mengorbankan hidupnya yang jutaan tahun lebih singkat, untuk menyelamatkan Optimus.  Ia melihat, bagaimana Drift yang nampak peduli terhadap Tessa, dan Cade yang terus bertekad melakukan segalanya demi anak semata wayangnya tersebut. Di optik teman-teman Autobotnya, ia melihat harapan dimana sebuah kebebasan, dan kemenangan tertancap dan mengakar; mendarah daging hingga tak lagi bisa dipisahkan. 

Dan didalam mata Alissa , Optimus bisa melihat jelas api yang terbakar begitu hebat. Sebuah ambisi dan emosi yang terus membara tanpa ada waktu untuk padam. Ia begitu tangguh, begitu hebat dan begitu mengagumkan, hampir selalu membuat Optimus terkesan. Selamabeberapa minggu mereka menjadi penyintas bersama, Optimus sama sekali tidak pernah melihat atau mendengar Alissa  mengeluh atas situasi yang mereka hadapi. Yang ada, Alissa  malah selalu terlihat bahagia.

Bagaimana Optimus tahu?

Sensor nya mendeteksi naiknya hormon di tubuh Alissa  yang membuatnya terus bahagia. Ia mungkin tidak sepintar Ratchet dalam hal medis, tapi ia tahu jika sensornya tidak pernah berbohong. Dan sekarang, sensornya mendeteksi kesedihan yang tersembunyi di balik tawa Alissa . Optimus hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri.

Maka ia pun berdiri. Ia menghampiri Alissa. Pertengkaran ini harus diakhiri atau akan berakhir dengan penyesalan.

“Alister..”  Optimus memanggilnya. “Aku telah membuat kesalahan dengan membawamu kedalam pertarungan ini,” katanya. Suaranya lirih. "Diatas semuanya, aku minta maaf atas semua perkataanku," katanya.

Alissa menarik nafas. "Aku bisa mengerti. Aku hanya terbawa emosi," tambahnya.

Alissa dan Optimus memandang sebuah lembah yang entah dimana. Yang jelas bukan Amerika. Lembah tersebut cukup kering, namun masih bisa dikatakan basah karena masih ada tanaman-tanaman hijau yang tumbuh disana. Mata mereka terpaku pada dua ekor satwa liar yang saling bercengkerama satu sama lain. Alissa tidak berkata apapun, ia hanya tersenyum melihat dua hewan yang menggemaskan. Setelahnya, ia menyandarkan kepalanya di tubuh Optimus.

Dengan itu, Alissa menarik nafas panjang. Sosok disebelahnya termenung dengan pikirannya sendiri. Ia bisa melihat kedamaian di pelat wajahnya yang berseri-seri karena pantulan cahaya senja. Ia selalu menyukai saat-saat dimana dirinya dan Optimus tenggelam dalam ketenangan bersama. Menikmati kehadiran satu sama lain dalam sebuah kedamaian yang menentramkan jiwa. Rasanya begitu....membahagiakan.

“Tidakkah itu indah?” Katanya sembari menatap matahari terbit.

Optimus menatap Alissa dengan senyuman. “Sangat indah,” katanya.

 "Jika aku harus mati, aku tak ingin pertengkaran itu menjadi hal terakhir yang ku alami," kata Optimus. "Aku memiliki banyak penyesalan. Dan aku tak mau menyesal atas kehilanganmu," katanya.

"If you die, I wanna die with you, Optimus." Ia menatap kearah awan-awan yang mulai menggumpal. "There's nothing for me anymore. But you give me hope. To carry on. To live without hate," katanya. Ia makin menyandar pada Optimus.

"I will keep you safe," katanya. Optimus menatap mata Alissa. Ia menyentuh wajah gadisnya dengan lembut.

Selain Alissa, hal terindah yang sangat ia sukai di Bumi adalah matahari, terutama saat tengah terbenam. Rasanya, bagi Optimus, senja membuatnya merasa begitu tenang. Membuatnya teringat dimana segala sesuatu selalu memiliki akhir, namun juga memiliki lembaran baru esoknya. Ia merasakan kedamaian saat sinar jingga menerpa pelat wajah logamnya.

Kehangatan itu tidak ia dapatkan di Cybertron. Kalaupun ia mendapatkannya, tidak akan setenang saat di Bumi.

Dihadapan matahari yang terbenam ini, Optimus mensyukuri tiga hal dalam hidupnya. Yang pertama, ia bersyukur karena telah mendapatkan kesempatan hidup satu kali lagi. Yang kedua, ia bersyukur masih bisa diberi kesempatan untuk bisa melihat indahnya fajar dan senja. Dan yang terakhir, yang paling ia syukuri, ia sangat berterima kasih karena telah datang ke Bumi, dan dipertemukan oleh sosok yang selalu mengisi ruang-ruang Spark-nya. Ia berterima kasih, bersyukur karena menemukan sesosok manusia yang mencintainya, lebih dari ia mencintai hidupnya.

Optimus tersenyum begitu merasa dadanya menghangat.

"Alister," panggilnya pelan. Suara bariton yang dalam, menggema didalam kepala Alissa. Senyuman di pelat wajah Optimus masih belum pudar, meskipun tipis.

Ia menadahkan tangan besarnya dihadapan Alissa, menandakan jika Optimus ingin Alissa untuk naik diatasnya. Tanpa diperintah lebih lanjut, Alissa pun naik dan berdiri diatasnya. Ia dapat melihat optik Optimus yang bersinar begitu cerah. Pelat wajahnya menjadi sedikit jingga, karena sorotan cahaya matahari. Alissa bisa melihat bayangan dirinya tengah berdiri di wajah Optimus. Ia melihat robot itu tersenyum kepadanya. Alissa melupakan amarahnya. Ia tenggelam pada tatapan yang dalam.

“Aku ingin menunjukkan sesuatu,” kata Optimus.

“Tentu, Optimus.” Ia mengangguk.

Optimus membuka bilik dada-nya, memperlihatkan sebuah spark yang bersinar begitu indah. Cahaya spark itu berwarna biru terang, yang kadang sedikit meredup, lalu terang lagi. Alissa mengasumsikan jika itu sama seperti jantung manusia yang berdetak. Ia bisa merasakan getarannya. Begitu indah, dan menyilaukan. Alissa seakan terhisap masuk disana.

Satu hal, Optimus tak pernah menunjukkan spark-nya secara sengaja kepada siapapun. Ketika di gudang Cade, bukan suatu kesengajaan melainkan keterpaksaan. Saat ini, berbeda.

“Kau…begitu mengagumkan….” Kata Alissa. Ia tak berkedip.

“Ini adalah spark. Kalian menyebutnya Jiwa. Setiap saat kau ada didekatku, spark-ku semakin bersinar. Dan itu memberikan aku sebuah energy yang tak mampu ku jelaskan," jelasnya. Ia menatap Alissa lagi, kali ini Optimus menyentuh wajah mungil gadis-nya. “Kau berarti segalanya bagiku. Jadi jangan pernah berpikir aku akan pergi meninggalkanmu,” tambahnya.

Alissa mengangkat tangannya. Ia memberanikan diri untuk menyentuh pelat wajah Optimus. Ia meletakkan tangannya dibawah optic Optimus yang terpejam. Hangat. Itu yang dirasakan oleh Alissa. Optimus lebih dari sekedar robot dengan mesin. Optimus adalah sosok makhluk dengan jiwa, yang begitu murni dan mencintai tanpa pamrih.

Alissa mendekatkan wajahnya menuju pelat wajah Optimus. Matanya terpejam, dan kepala mereka sudah hampir bersentuhan. Hembusan nafas hangat saling menyiangi wajah mereka satu sama lain. Dalam jarak beberapa sentimeter, Optimus mendengar Alissa berbisik.

“I lo--” ucapan Optimus terpotong.

"Kita sampai! Tuan-tuan, dan nona-nona, selamat datang di China." Crosshair berkata dari kursi pilot, mengganggu momentum Optimus dan Alissa. Ia sedikit mengutuk Crosshairs yang mengganggu mereka.

Alissa menunduk dan tertawa kecil. Optimus menahan tawanya. Gadis itu menunduk dengan wajah memerah. Sepertinya panggilan tugas telah menghampiri mereka. Maka Optimus pun menurunkan Alissa. Ia tak bisa menahan senyumnya. Bahkan ketika Alissa menyelempangkan shotgun-nya, ia masih menahan senyum karena malu. Ia menggeleng dan mengutuk diri sendiri.

Cade, diikuti semua penumpang berdiri untuk melihat kedatangan mereka di China. Baik Cade, maupun Alissa, ini adalah pertama kalinya mereka berkunjung kemari. Sungguh, tidak ada yang lebih mengagumkan selain berkunjung ke negara yang indah, bersama dengan teman-teman robot menaiki pesawat luar angkasa berkecepatan Tachyon, atau lebih cepat lagi. Jika saja ini bukan untuk melawan Decepticon, pasti lebih menyenangkan.

"Itu si botak!" Hound berteriak.

"Ambil Seed-nya, dan bawa ia masuk." Optimus memberi perintah. Nadanya sudah agak tenang, tanda jika amarahnya telah hilang.

Tessa, Shane, Cade, Alissa , Drift dan Bumblebee serta Hound bergerak turun melalui pintu yang terbuka secara vertikal kebawah. Bumblebee berpegangan kepada Hound, yang juga berpegangan kepada Drift. Tangan Alissa  memegang tangan Drift, sementara Tessa berdiri disana untuk membantu menyeret Seed Galvatron yang hampir bisa ia raih. Tangan kirinya menarik jaket Cade yang mengulurkan tangannya untuk bisa mengangkat Joshua Joyce yang membawa Seed Galvatron untuk naik ke kapal.

BOOM!

Sebuah ledakan menghantam kapal luar angkasa mereka. Pegangan mereka terlepas, dan terhempas keatas bangunan dimana Joshua berdiri. Alissa mengumpat seraya melihat segerombol robot berada dibawah mereka.

"Sialan!"

*******
To be Continue
*******
A/N: Sumpah saya kebawa emosi pas nulis yang part berantem. Kesel as fock sama Alissa. Dia stubborn tapi juga kadang manja manja gitu kan. Dah lah wes.
Read dan comment ya guys. Every support sangat berarti buat saya :) :*

Cheers!! *toast

Continue Reading

You'll Also Like

44.8K 6.7K 23
[Selesai direvisi] Adriana Agatha Alexander---kerap dipanggil Riana, seorang gadis SMA yang entah kenapa bisa masuk ke universe Webtoon, padahal sein...
62K 6.9K 60
"Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi" "Jadi jangan pernah menyesal dengan keputusan yang kau ambil" •◇◇◇• "Ada apa ka...
13.6K 1.4K 19
(Name) yang sangat bersedih atas kematian neteyam character favorite nya. Dia selalu menatapi foto character kesukaan nya itu. Tak di sangka saat dia...
99.8K 9.7K 26
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...