Transformers : Tears of the D...

By VikingVampire

13.7K 1.2K 251

[[ COMPLETED ]] Satu-satunya alasan Alissa tetap hidup adalah untuk balas dendam atas kematian keluarganya ke... More

- DISCLAIMER -
Chapter 1 - Ratchet
Chapter 2 - Junk
Chapter 3 - Run Away
Chapter 4 - Anger
Chapter 5 - Silent Night
Chapter 6 - Home
Chapter 7 - Two Face, One Eye
Chapter 8 - An Open Door
Chapter 9 - Unplanned Plan
Chapter 11 - Locked and Loaded
Chapter 12 - Don't Let Me Go
Chapter 13 - Payback Time
Chapter 14 - The Oath
Chapter 15 - Saviour
Chapter 16 - Garden of Life
Chapter 17 - Faith
EPILOGUE

Chapter 10 - Fire and Jump

571 61 7
By VikingVampire

"Apa dia benar-benar terjun?!" Joshua Joyce bertanya seakan dirinya tak percaya.

Harold Attinger menapakkan satu langkah kedepan dan melihat Alissa terjun bebas dengan pandangan tepat mengarah padanya. Disudut lain matanya menangkap rombongan kendaraan asing dengan berbagai warna menuju front gate KSI. Pandangannya hanya tertuju pada sebuah truk berwarna biru dengan motif flame api menunjukkan kemarahannya. Satu detik kemudian alarm darurat berbunyi dari segala penjuru.

"Mereka disini!" Attinger memberitahu Joyce. Secepat mungkin ia memberikan komando untuk mengamankan KSI. Jajaran orang-orang berseragam lengkap yang teridentifikasi sebagai Satuan Keamanan KSI satu persatu menyergap senjata mereka.

Tak sampai lima detik setelah alarm itu berbunyi, truk Peterbilt  berubah menjadi sosok robot raksasa berwarna biru. Ia mengambil langkah besar kemudian melompat dan menangkap Alissa yang dalam beberapa meter lagi akan menghantam permukaan. Optimus menangkap Alissa dengan kedua servo nya yang besar, kemudian ia roll depan menghancurkan pintu kaca KSI.

Optimus berlutut kemudian melepaskan Alissa dari genggamannya. Alissa sedikit mual, namun ia mencoba untuk tetap berdiri. Ia berterima kasih, namun matanya teralihkan ketika melihat Optimus mengokang senjata besarnya. Ia hanya diam, tak merespon Alissa namun gadis itu tahu jika Optimus tidak sedang dalam mood yang baik. Tak lama setelah Optimus masuk, Crosshairs menyusul dibelakang Optimus. Ia melemparkan shotgun milik Alissa yang tersimpan di bagasinya. Sementara Hound dan Ratchet menaiki escalator menuju lantai atas. Drift bersama Bumblebee, mencari keberadaan Cade yang tertangkap dan tengah diintergoasi.

"Keluar! Kalian semua!" Suara Optimus menggelegar.

"Pekan ilmiah sudah selesai!" Adalah Hound yang bersuara.

"Hancurkan Laboratoriumnya!" Optimus kembali memerintahkan para bot untuk menghancurkan laboratorium dan apapun yang mereka kerjakan.

Bahaya! Keamanan dilanggar! Bahaya! Keamanan!

"Minggir! Minggir! Cepat! Awas!" Crosshairs menyusul Hound menuju lantai atas. Ia menembak sebuah robot dengan lambang oreo.

Alissa menyusul gerakan teman-temannya. Optimus menendang monitor kaca besar dan menembak beberapa prototipe yang belum sepenuhnya jadi. Alisda menghancurkan tiap CPU komputer dengan laras shotgunnya. Ia memusnahkan CPU karena satu-satunya jalan adalah menghapus sistemnya. Bahkan Alissa mengancam seorang pegawai yang berusaha menghentikannya. Sampai perhatiannya teralihkan oleh sebuah kotak kaca.

"Teman-teman! Ini aku! Keluarkan aku dari kotak Frankenstein ini!" Suara bot kecil dalam kaca.

Alissa menatapnya, lalu menodongkan senapan angin yang pelurunya dapat membuat lubang sebesar bola tenis. Bot itu menunduk saat Alissa menarik pelatuknya. Dalam hitungan detik, robot kecil bernama Brain itu melompat keluar.

"Another goddess warrior?" Brain menatapnya terheran.

"Thank me later. Jangan jauh-jauh dariku," katanya.

Alissa mengisi ulang pelurunya lalu kembali menghancurkan fasilitas yang dimiliki KSI saat itu. Ia begitu membabi buta, bahkan seakan tak peduli jika percikan kaca itu mengenai tangannya. Brain menyalipnya dari belakang. Ia meluncur kearah Optimus dan Alissa memastikan jika robot kecil itu tidak diserang oleh siapapun.

"Hei! Hei! Hei!" Seorang pria botak muncul dari suatu tempat. "Hentikan!"

Alissa berbalik. Optimus dibelakangnya, Hound tak jauh darinya. Brain berlindung di pundak Optimus. Alissa menodongkan shotgun yang barusaja ia isi. Ada dua belas peluru yang siap mengoyak dada Joshua.

"Itu properti perusahaan!"

"Mereka bukan propertimu!" Alissa maju dan menodongkan shotgunnya di dada Joshua. Pasukan keamanan KSI siap menembak Alissa namun Joyce menyuruh mereka untuk menahan tembakan.

"Mereka teman-temanku," kata Optimus.

"Oh, kau tak banyak bicara. Saat Hound ada di depanmu!" Brain menyela dari belakang Hound. Ia merasa bergelora untuk melihat Joshua mati. Ia teringat ketika Joshua menyeterumnya dengan listrik tegangan tinggi.

"Lakukanlah," kata Joshua. Ia berbicara pada Hound yang kini ikut menodongnya. "Perlihatkan pada kami jati dirimu," ia menatap tepat kearah optik membara Optimus.

"Beri saja aku perintah! Akan kuhabisi dia," kata Alissa. Optimus belum diam. Ia masih mempertimbangkan.

"Optimus!" Alissa memanggilnya. "Berikan aku perintah dan aku akan meledakkan kepalanya!"

Mengabaikan Autobots, Joshua tertawa dan perhatiannya teralihkan pada Alissa sepenuhnya. "Paman benar-benar kecewa padamu, Ally," katanya.

Alissa semakin menodongkan shotgun dengan moncong masih hangat itu di dagu Joshua. Satu tarikan pelatuk, maka otak jenius Joyce akan bercecer diwajah Alissa. "Satu-satunya kebanggaan yang ku dapat adalah jika aku bisa menjadikan kepalamu sebagai trophy. Bagaimana, paman, menarik bukan?" Katanya. Ia sudah hampir menarik pelatuk shotgun nya.

"Katakan padanya kalau ini sisa perang. Yang tersisa hanyalah logam mati. Inovasi yang kami lakukan disini bersifat ilmiah. Jika kami tak melakukannya. Oran lain yang akan melakukannya," kata Joyce. Alissa masih menahan geraknya. Lalu Joyce menambahkan, "Karena kau tak bisa menghentikan teknologi!"

"Kami bukanlah teknologimu!" Kata Optimus murka. Alissa sampai bergidik takut melihat kemarahan Optimus.

Ia menghancurkan satu monitor besar lagi dibelakang Joyce. Beberapa mengenai kepala botaknya dan beberapa mengenai wajah Alissa. Ia tergores, namun baik Alissa maupun Optimus terlalu marah untuk peduli.

"Biar kulenyapkan dia," kata Alissa.

"Aku memecahkan kodenya. Aku memiliki seluruh genom kalian!" Joyce menambahkan.

"Seluruh dunia akan mengetahui perbuatanmu di sini," Optimus berkata.

"Dunia? Dunia akan menyetujuinya. Kami bisa menciptakanmu sekarang," kata Joyce. Ia menyeringai pada Alissa dengan sedikit tawa. "Apa kau tak paham? Kami tak membutuhkanmu lagi."

Alissa menggertakkan giginya. "Kau bajingan!"

"Kejam sekali," komentar Hound.

"Autobot..." Optimus mengangkat senjatanya. "...Kita sudah selesai," sambungnya

"Kita sudah selesai?" Brain berkata. Alissa tidak percaya dengan apa yang didengar oleh telinganya.  "Apa kita tak menghajarnya? Rasanya aku ingin membunuh sesuatu," kata Brain.

Optimus beranjak akan pergi. Namun Alissa masih disana dengan posisi yang sama. Drift muncul dari lantai atas. Hound masih bertahan disana menemani Alissa. Ia masih antara ya dan tidak.

"Ayo, Liz! Tak ada gunanya kita disini," kata Hound.

"Kau bajingan tak tahu terima kasih," kutuk Alissa.

"Bagaimana denganmu, pengkhianat bumi dan berkoalisi dengan mereka?"

"Hanya karena kau pamanku, bukan berarti aku tidak bisa membunuhmu, Joshua," kata Alissa. "Kau mempermalukan kemanusiaan dengan teknologi sampahmu," katanya.

"Dimana membuktikan jika manusia mampu bertahan tanpa mereka!"

"KAU AKAN MATI!" Optimua mendengar Alissa telah benar-benar murka. Ia melihat gadis itu sudah meletakkan jarinya diatas pelatuk, bahkan sudah hampir ditarik.

"Alister!"

Optimus memanggilnya. Ia bahkan tak membalikkan badannya. Ia tahu jika Alissa takkan segan-segan membunuh Joyce. Maka sudah seharusnya ia menghentikannya. Diatas kemarahannya, Optimus tahu jika KSI lah dalang atas kematian orang tuanya.

Mendengar Optimus memanggilnya, Alissa membatalkan niatnya untuk membunuh Joyce. Sebagai ganti, ia mendorong Joyce sampai ia terjatuh. Kemudian gadis itu menghancurkan lagi monitor besar dibelakangnya. Serpihan kaca yang tajam menghujani Joshua. Untung saja kacamata besarnya mampu untuk melindungi kedua matanya. Dalam sesaat, laboratorium itu sudah seperti kapal pecah.

"Lain kali, kau akan mati," kata Alissa.

Ia berjalan menjauh mengikuti Optimus. Hound mengawal mereka bersama Crosshairs. Drift dan lainnya tak terlihat sama sekali. Maka Alissa pun membuka pintu truk Optimus kemudian duduk diatas leather seat yang hangat. Ia meletakkan shotgunnya diatas dashboard. Tak ada kata diantara mereka. Hanya keheningan dan kemarahan yang tak terlampiaskan.

**¤oooOOooo¤**

Lima belas menit dalam diam, dan Alissa seakan tak dapat membendung amarahnya. Ia marah karena kehilangan kesempatan untuk membunuh otak dari KSI. Ia marah karena manusia telah bersikap sebagai makhluk yang munafik dan egois. Manusia telah bersikao seolah-olah mereka adalah puncak dari segala kehidupan di dunia. Manusia selalu berpikir seolah-olah mereka yang paling unggul.

Alissa hanya mengerang kesal beberapa kali. Ia sama sekali tak berbicara pada Optimus. Baik keduanya saat ini masih diselimuti amarah. Bagi Alissa, Optimus terlalu lembek karena membiarkan orang-orang KSI hidup. Dan sebaliknya, bagi Optimus, Alissa terlalu berambisi untuk membalaskan dendam pribadinya. Optimus mengerti Alissa masih belum bisa menerima dan mengikhlaskan apa yang terjadi padanya. Optimus mengerti dendam didalam hati Alissa masih sangat membara.

"Sekarang, apa?" Ia bertanya. Nadanya seakan menuntut suatu penjelasan dari Optimus.

"Kita selesai melindungi manusia. Kami akan mengambil cara apapun untuk meninggalkan Bumi," kata Optimus. Ia tahu jawabannya salah, tapi ia memang terpaksa mengatakan kebenaran.

"Itu saja, sugguh?!" Alissa menyilangkan kedua telapak tangannya.

"Semakin lama kami disini, semakin banyak korban dari kaum-ku."

Pernyataan tegas Optimus seakan membuat tamparan keras bagi Alissa. Ia membuka mulutnya. Seakan tak percaya dengan apa yang didengarnya. Alisda membutuhkan jawaban yang lebih baik dan lebih dapat diterima dari itu. Kini hanya ada kedongkolan dalam pikiran Alissa mengenai persepsinya terhadap Optimus.

"Jika kau tadi mengijinkanku menembak kepala Joshua dan menghancurkan KSI, perburuan ini akan berhenti. Kalian takkan di buru," tanggap Alissa.

"Ya, itu mungkin benar. Tapi bagaimanapun, pada akhirnya kami akan tetap berada dalam catatan hitam Makhluk Bumi sebagai tokoh antagonis," kata Optimus.

"Bukan kalian yang akan membunuhnya, Optimus!" Ia bersuara memekik, tangannya membelah udara dan menunjuk dadanya sendiri. "Aku menawarkan tanganku untuk membunuh mereka!"

"Dan artinya kau membunuh atas nama kami," kata Optimus. Ia sama tingginya dengan Alissa, namun masih ia tahan.

"Astaga, Optimus. Dengan segala hormat," katanya pelan. "Orang-orang itu membedah dan menyembelih teman-temanmu dengan cara yang sadis! Kau tak bisa menyerah begitu saja dan membiarkan mereka mati sia-sia!" Pekiknya.

Optimus terdiam beberapa saat setelah melewati beberapa mobil sedan berwarna putih. Ia kembali berjalan dengan kecepatan sedang. "Tidak ada yang sia-sia, Alister. Entah kau menang, atau kau belajar."

"Tepat sekali! Belajarlah untuk tidak bersikap lembek! Aku tahu kau telah bersumpah untuk tidak membunuh manusia, tapi manusia-manusia yang tidak kau bunuh itu telah membuat kerusakan di Bumi! Dan aku sebagai seseorang yang mencintai planetku, takkan membiarkan kerusakan bodoh yang diciptakan KSI!"

"Kalian manusia masih sangat muda. Kalian masih harus banyak belajar," kata Optimus lagi.

Alissa mengambil nafas besar lalu membuangnya. "Aku telah kehilangan keluargaku. Aku tak punya waktu untuk belajar tentang konsep kehidupan suatu makhluk," kata Alissa.

"What's gone is gone. Kita harus menatap kedepan dan mempersiapkan diri kita untuk apapun yang terjadi," kata Optimus. Ia kembali menjadi bijak. Alissa tahu Optimus tengah menahan amarahnya.

"Jika aku mati dalam prosesku, aku tidak akan peduli. Selama tujuanku terpenuhi, aku akan senang. Aku ingin keadilan," katanya.

"Bukan keadilan yang kau cari. Tapi kepuasan," kata Optimus. Alissa kini diam.

Ia memikirkan kembali perkataan Optimus. Masuk akal, tentu saja. Hanya saja ia belum bisa menerima itu. Ya, ia menuntut balas atas kematian keluarganya. Namun ketika Alissa melihat kedalam dirinya dan apa yang akan ia dapatkan setelah tujuannya terselesaikan, hanyalah kepuasan sementara. Selebihnya adalah kekosongan yang takkan mungkin bisa ia penuhi.

Yang diucapkan Optimus menamparnya sampai ke tulanng belakang. Ia kehabisan kata-kata, dan ia benar-benar butuh waktu untuk memproses semuanya. Ia butuh jeda untuk menghindari Optimus selama beberapa saat. Baik Alissa maupun bot biru merah itu juga membutuhkan jeda. Semakin mereka berbicara, semakin besar amarah yang ada didalam diri mereka. Optimus tak ingin Alissa melihat amarahnya. Ini berlaku sebaliknya.

"Stop." Alissa memerintah Optimus untuk berhenti. Optimus tidak bergeming dan terus bergerak menuju jalan tol. "Optimus, stop. Now!!" Sentaknya.

"Aku tidak bisa membiarkanmu turun sekarang. Kita masih di area musuh," kata Optimus.

"Apa bedanya? Kalian akan pergi kan?" katanya. "Jadi tak ada untungnya bagiku berhenti disini atau disana," tambah Alissa

"Kita akan membicarakan ini nanti," sahut Optimus. Ia menyadari jika semakin ia menanggapi Alissa, semakin panjang pula perdebatan mereka berlangsung. Baru semalam mereka saling memberikan rasa nyaman. Saat ini mereka telah sama-sama di kendalikan oleh ego. Tetapi Optimus jauh lebih bijak. Dan ia tahu apa yang seharusnya di lakukan.

Alissa hanya memutar dua bola matanya.

"Joshua Joyce bukan satu-satunya yang disalahkan. Ada pihak lain yang memberikan supply. Pria dengan nama Attinger telah membuat kontak langsung dengan Lockdown. Joshua Joyce hanya pelaksana teknis," kata Optimus. Ia tidak membela, namun ia tahu ada udang dibalik sebuah batu.

"Tapi kita tetap bisa mencoba," Alissa menegaskan. Lagi. Ia masih bersikeras untuk menghabisi Joyce.

"Untuk merusak suatu kesatuan, kau harus menghancurkan sistemnya," ia menjawab lagi. Dengan bijak.

"Aku tidak mengerti," kata Alissa sembari memijit kepalanya. "Kenapa kau masih bersikap baik?"

"Alissa, aku hanya melakukan hal yang benar,"  katanya.

Alissa mendengus kesal, lalu menggelengkan kepalanya. Ia tak ingin menjawab lagi walaupun sebenarnya mulutnya masih gatal untuk memprotes Optimus mengenai kebaikan hatinya. Tak masuk akal, bagi Alissa. Tapi bagaimana pun ia tak bisa memaksakan kehendak. Lagipula, Alissa tahu Optimus takkan diam begitu saja. Setidaknya, itu yang ingin dipercaya.

Pandangannya mengarah keluar diatas hamparan rerumputan hijau di pinggir jalan yang mereka lalui. Ia melihat ada beberapa sapi yang mengunyah rumput segar. Sejenak Alissa terhibur melihatnya. Mungkin akan menyenangkan hidup di sebuah kawasan pertanian dimana ia memiliki ternak, kebun anggur yang luas dan memiliki Optimus disisinya. Ya, itu adalah hal sederhana yang diinginkan Alissa. Meskipun tamoakknya untuk beberapa dekade kedepan, itu takkan pernah terjadi.

Yang terjadi selanjutnya ketika Alissa sedang menikmati pemandangan itu, dua buah misil melintas didepannya. Sontak ia mengumpat kaget dan menarik mundur dirinya. Optimus sendiri tak menyadari adanya misil yang melintas dibelakangnya. Harusnya ia bisa mendeteksi itu apabila Deception mengikutinya. Namun tak ada satupun pemberitahuan dari sensornya.

"We're under attack!" Optimus bersuara. Ia berusaha bergerak menjauhi jalananan yang ramai.

Secepat mungkin Bumblebee diikuti dengan Crosshairs datang menyusul dari belakang. Drift dan yang lainnya belum terlihat di pandangan mereka. Termasuk Shockwave yang sama sekali tidak terlihat sejak penyerangan mereka di KSI. Ia mungkin telah melarikan diri, atau mungkin mereka jauh dibelakang bersama Drift dan yang lainnya. Hanya saja, Alissa merasa ada yang tidak beres.

Alissa menolehkan kepalanya ke belakang. Ia melihat truk putih dengan warna silver yang mengkilat. Logo KSI terlihat paling mencolok di mesin depan. Apa yang dilihat Alissa selanjutnya sama sekali tidak terduga. Truk putih itu bertransformasi kemudian menghantam truk kontainer lalu berlutut. Dengan satu servo ia membelah mobil sedan Chevrolet seperti memotong kertas. Alissa menggertakkan giginya sendiri.

"Fuck!" Umpatnya. Ia mengambil shotgunnya dan mengisi ulang ammo sampai penuh. "Lockdown yang lain?" kata Alissa pada dirinya sendiri.

Bumblebee melintas lebih dahulu. Ia dikejar oleh mobil merah-hitam ber merk Corvette Stingray dengan suara desingan mesin yang memekakan telinga. Crosshairs membawa Tessa, Shane dan Cade menjauh. Itu rencananya, namun melihat robot dengan wajah mengerikan bermata merah menembakkan misil, Optimus kembali menghindar. Misil-misil itu malah menghancurkan aspal dan kendaraan yang diatasnya.

"Ayo Optimus!" Alissa tak bisa untuk tidak panik.

Drift memotong jalan truk putih tersebut dan mencoba untuk menyerang dengan membelah truk itu dengan katana nya. Namun dengan ajaib, truk itu mampu memisahkan setiap bagian tubuhnya menjadi partikel-partikel kecil melewati Drift begitu saja. Helm kabuto-nya menoleh mengikuti gerakan partikel-partikel kecil truk tersebut hingga kembali menyatu menjadi bagian yang utuh. Robot samurai dengan wajah manusia itu hanya bisa membuka mulutnya, merenung tak percaya.

Truk itu kembali mengejar Optimus dan Bumblebee yang mencoba mengamankan manusia-manusia didalamnya. Drift, Crosshairs berusaha menghentikan. Di jalan yang lain, terlihat Hound, Ratchet dan Shockwave tengah berkelahi dengan sebuah robot yang menyerupai Shockwave. Hanya saja robot itu memiliki dua kepala. Logo KSI dan mata cyclop tunggal besar merah menyala. Cakar-cakar tajam dan meriam peledak berusaha mengoyak Hound.

"Imitasi sialan!" Shockwave mengutuk. "Aku akan merobek kepalamu!" Tambahnya.

Shockwave yang masih terluka parah menyerang robot dua kepala itu. Hound berusaha mengalihkan perhatian robot kepala ganda dengan itu dengan machine gun besarnya. Ratchet ikut melakukan hand combat. Usaha mereka seakan tidak berhasil karena pada akhirnya separah apapun serangan  mereka sama sekali tidak melukai Cyclops kepala ganda itu. Sampai pada akhirnya Cyclops Kepala Ganda--Two Heads merasa amat murka, ia mengangkat dan membanting Shockwave dan menendang Ratchet sampai jauh. Ia menembakkan meriam kearah Hound, kemudian Two Heads bertransformasi menjadi kendaraan aneh dan meninggalkan tempat bertempur. Ia menuju kearah Optimus.

"Optimus, ada yang lain!" Ratchet memperingatkan.

Optimus mendengar dan Alissa menoleh ke belakang. Kini tiga kendaraan mengejar mereka dan tiga kendaraan itu dikejar oleh Autobots. Sampai pada sebuah tikungan, truk putih itu menembakkan sebuah meriam tepat didepan Optimus. Sontak ia langsung menghentikan lajunya dan mengeluarkan Alissa. Bumblebee melakukan hal yang sama. Alissa dalam kondisi memeluk shotgunnya ditangkap oleh servo Optimus. Servonya yang lain menangkap Cade, Shane dan Tessa. Optimus memegangi mereka, melayang diatas jalan flyover. Alissa bahkan bisa melihat lampu-lampu trotoar yang dipasang tidak sejahar satu sama lain.

Ketika Optimus mendarat, mereka berempat sudah berdesakan berada didalam leather seat Optimus. Shane dan Cade mengumpat ratusan kali. Truk putih itu masih mengejar mereka sembari menembakkan banyak misil. Beberapa diantaranya meleset dan menghasilkan kepulan asap hitam dan ledakan. Beberapa mengenai mobil-mobil yang berada disekitar mereka. Alissa merasakan bela sungkawa kepada siapapun yang terkena misil itu. Dan ketika Alissa kembali menatap kedepan, sebuah mobil melayang kearahnya.

"Optimus, awas!!!" Mereka hampir bersamaan.

BOOM!!

Roda depan Optimus terkena misil. Ia langsung melemparkan Alissa dan yang lainnya keluar. Shane dan Cade mendarat dengan menyakitkan diatas rumput hijau. Namun Tessa dan Alissa masih harus berguling-guling dibawah Optimus. Tessa berguling-guling dengan menyakitkan. Alissa terkena sebuah baja yang  melayang tak jauh dari perutnya. Ia mendarat dengan menyakitkan mengikuti Tessa yang berguling. Mereka berhenti ketika ia membentur kaki Optimus yang berusaha menghentikan sebuah mobil yang hampir menabrak mereka. Optimus berlutut dan memastikan Alissa dan Tesaa baik-baik saja. Optik biru Optimus terbakar amarah saat melihat Alissa bertopang tangannya dan mengeluarkan meludahkan darah. Optimus murka.

Ia menutup wajahnya. Lalu menerjang robot tersebut dengan serangan. Cade berteriak dan berlari kearah mereka. Tessa begitu panik dan tak satupun diantara Alissa maupun Tessa yang mendengar Cade. Dengan mulut yang masih dipenuhi darah, Tessa membantu Alissa menjauh dari bertempuran. Namun melihat Optimus kuwalahan dan dihajar oleh robot itu membuat Alissa enggan untuk bergerak menjauh Alissa mengabaikan Tessa dan berlari menuju sisi lain dimana shotgunnya tergeletak. Ia agak terpincang-pincang namun tak menghentikan langkahnya sama sekali.

"Harris!!!" Tessa berteriak dan berusaha menyusulnya, namun langkahnya terhalang oleh percikan-percikan api.

Optimus melihat apa yang dilakukan Alissa. Ia menggertak sambil menghajar robot itu. "Alissa, get out of here!"

"I'm not leaving you!" Bentaknya. Ia menembakkan shotgunnya kearah robot yang memperkenalkan dirinya sebagai Galvatron tersebut.

Tessa bergerak menjauh kearah dimana Alissa berada karena tempat ia berdiri dua detik lalu sudah hancur. Alissa terus menembak dengan membidik matanya meski ia tahu tembakannya tak begitu berpengaruh. Galvatron mengabaikan mereka dan terus membanting Optimus. Lagi-lagi mereka hampir tergilas oleh Optimus. Mereka kemudian berlari kearah sebuah mobil putih ditengah jalan. Alissa bersandar karena tubuhnya terasa begitu sakit dan tak sanggup berjalan. Tessa membantunya berdiri, namun sesuatu yang lain merebut perhatian mereka.

"You have no soul!" Bentak Optimus sembari menghunuskan pedang energon-nya.

"That is why I have no fear!" Kata Galvatron sambil menusukkan pedang Optimus di crest nya.

Optimus membuang pedangnya dan membalikkan situasi. Ia menghajar Galvatron dengan membabi buta. Alissa melihat sebuah kesempatan untuk membantuk melumpuhkan Galvatron. Maka ia meninggalkan Tessa dan mendekat kearah mereka. Ia menembakkan shotgun kearah optik Galvatron untuk membutakannya. Satu optik telah mati, namun sebuah rudal besar meluncur lurus entah dari mana menembus crest Optimus. Robot biru itu berteriak kesakitan ketika banyak bagian tubuhnya yang terlempar. Alissa menunduk didekat mobil. Dengan matanya sendiri ia melihat Optimus hampir terjatuh dan tumbang.

"Optimus! No!" Alissa berteriak.

Dari kejauhan Alissa telah melihat pesawat luar angkasa mengisi langit. Sebuah robot berwarna hitam berjalan dari kejauhan. Galvatron bertransformasi kembali dan meninggalkan mereka. Melihat siapa yang datang, Alissa tahu ini takkan berakhir baik. Optimus mencoba berdiri, namun robot bermata hijau itu merubah wajahnya menjadi meriam. Satu kali lagi sebuah misil menembus crest Optimus. Kali ini Optimus benar-benar terkapar tak berdaya. Alissa disisinya.

"Optimus, tidak!" Ia berteriak dan mencoba mendapatkan perhatian sang Prime.

Namun melihat robot bermata hijau itu semakin dekat Alissa menodongkan senapannya. Ia merangkak mundur sembari terus menembak kearah Lockdown. Dua langkah berikutnya, Lockdown sudah dihadapannya. Alissa mengisi senapannya lagi, kemudian mencoba menembak wajah Lockdown. Robot itu kesal dan melemparkan Alissa jauh diatas rumput.

"No!" Optimus mencoba bergerak dan meraih Alissa namun tak sanggup. Ia lirih.

Alissa tahu dirinya beruntung. Lockdown bisa saja membunuhnya detik itu juga. Dan sekarang ia mencoba untuk tidak bodoh dengan menyerang Lockdown secara langsung namun ia juga tak mau diam dan melihat saja. Cade dan Shane hanya bisa melihat dari jauh, dan Optimus tak bisa menolongnya. Ia hanya bisa merangkak kearah senapannya lagi namun ia terlalu lemah.

"I feel sorry for you, Prime," kata Lockdown. Ia berlutut dihadapan Optimus. Ia masih lumpuh. Lockdown kembali melihat Optimus dengan pandangan jijik. "Your legion, these humans, ia memandang Alissa yang masih berusaha menembaknya. "The trouble with loyalty to a cause... is that the cause will always betray you!

"Siapa yang mengirimmy kemari?" Ucapnya. Ia masih terbata-bata.

Lockdown membuat wajah mencemooh. "Darimana kau pikir kau berasal? Kau pikir kau dilahirkan?" Lockdown masih mencemooh. Ia melanjutkan, "tidak. Kau itu dirakit! Dan The Creator ingin kau kembali!" Sentaknya. Setelah itu ia berdiri dan meninggalkan Optimus.

Ia memanggil armadanya. Ia berujar, "we all work for someone." Ia langsung naik keatas pesawat tanpa awak tersebut. Sementara Optimus masih belum juga bergerak. Mereka tahu Lockdown takkan meninggalkan Optimus begitu saja.

"Optimus, bangun!" Tessa menggedor dari dalam mobil. Alissa tak tahu kapan gadis itu masuk ke mobil.

"I can't..." suaranya lirih.

Alissa tahu kondisi Optimus memang tidak memungkinkan untuk berdiri. Namun ia juga tidak bisa diam dan tak melakukan apapun. "Kau harus bangun atau dia akan membawamu," katanya.

"Alissa, Tessa, pergi dari sini!" Bentaknya.

"Leaving you like this?" Ia membantah, "tidak!"

Secepat itu pula sebuah jaring angkasa dengan ukuran besar membawa Optimus beserta Tessa didalam sebuah mobil. Melihat itu, Alissa mengambil pisau di kakinya dan Cade langsung berlari menuju jaring itu. Alissa gigit pisau itu erat-erat, lalu berlari dan melompat dari sebuah mobil, tak lama setelahnya Cade menyusul. Mereka berhasil meraih jaring itu

"Help me!!!" Teriak Tessa sembari menggedor kaca.

"Pecahkan kacanya!" Kata Cade.

"Ini tidak bisa!"

Cade berusaha memecahkan kaca mobil itu dengan tinjunya. Sementara Alissa berusaha mengiris jaring itu namun tampak tak memungkinkan. Entah bahan apa yang membuat tali itu begitu kokoh. Sebuah goncangan mengganggu mereka dan Cade terjatuh diketinggian empat meter. Alissa masih bertahan untuk beberapa saat. Dalam pikirannya, ia tahu tak mungkin menyelamatkan Optimus sendirian namun setidaknya ia bisa mengeluarkan Tessa atau ikut kemanapun mereka dibawa.

Alissa merambat kearah Optimus. Ia berkata,  "Alissa, peringatkan Autobot!" Kata Optimus.

"Tidak! Aku tidak akan meninggalkanmu!" Katanya lagi.

Sebuah goncangan lain membuat pegangan Alissa terlepas. Diketinggian delapan meter, ia terjatuh. Optimus berusaha meraihnya namun tak bisa. Alissa hanya bisa melihat dan berteriak. Tangannya mencoba meraih Optimus, namun gravitasi lebih cepat. Dengan kerasnya, ia mendarat keras diatas sebuah kontainer ditengah jalan. Ia berlari lagi dan mencoba untuk mengejar mereka tanpa mempedulikan betapa hancur fisiknya saat ini.

Ia telah bersumpah untuk tidak menyerah. Dan sumpah itu memberinya kekuatan, dan cintanya kepada Optimus memberikan sebuah harapan jika masih ada rumah untuknya. Namun jarak yang terlalu jauh, sudah tak memungkinkan bagi Alissa untuk melompat. Alissa terduduk diujung container dan berteriak ketika melihat pesawat tanpa awak itu melesat menuju kapal induk.

"Optimus!!!"

Matanya dipenuhi dengan air mata.

**********
TO BE CONTINUED....
**********

Well, maaf baru update. Dikejar revisian segudang hehewwww btw I love this chapter. I hope you like it and please let me know what you're thinking ;)

Continue Reading

You'll Also Like

46.5K 5.5K 37
Baek Jina adalah murid kelas 3 SMA yang siap mengikuti ujian kelulusan, tapi tiba-tiba saja, dirinya masuk ke dalam drama remaja sci-fi yang mengharu...
91.9K 9.1K 37
FIKSI
YES, DADDY! By

Fanfiction

313K 2K 10
Tentang Ola dan Daddy Leon. Tentang hubungan mereka yang di luar batas wajar
41.3K 5.5K 31
_written in bahasa_ Book 1 : Another World [ C O M P L E T E D ] Book 2 : Second Time [ C O M P L E T E D ] Book 3 : The Real Umbrella [coming soon] ...