Forbidden Love âś…

Por seramatsujun

2K 250 68

Cinta memang suka semaunya mempermainkan hati seseorang. Ia hinggap pada hati dan orang yang salah, mempermai... Mais

Prologue
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13

Part 5

142 20 11
Por seramatsujun

"Mah, Ryo boleh nggak ikut ekskul futsal di sekolah?" tanya Ryosuke saat makan malam bersama Daiki dan mamanya.

"Eh, Ryo minat daftar futsal? Besok Dai kenalin, deh, sama Yuto," celetuk Daiki. Ia bermaksud pamer kalau ia kenal dengan ketua tim futsal itu.

"Aku sudah ketemu dia tadi, dia yang menawariku masuk futsal," jawab Ryosuke cuek sedangkan Daiki merengut kesal.

"Mama sudah dengar dari Om kamu kalau kamu memang sangat suka futsal, nggak masalah kalau kamu mau ikut futsal, tapi apa nggak mengganggu les matematikamu nanti?" tanya Inoo sedikit khawatir.

"Jadwal latihannya cuma hari Rabu sama Jum'at, kok. Jadi nggak akan ganggu jadwal les," jelas Ryosuke.

Inoo tampak berpikir sejenak sebelum berkata, "Baiklah, Mama izinkan. Tapi ingat, utamakan belajar dan jangan sampai kelelahan," pesan mamanya.

Ryosuke mengangguk paham. "Terima kasih, Ma," ucapnya.

Setelah makan malam kedua anak itu menghabiskan waktu dengan belajar di kamar masing - masing lalu tidur.

***

Hujan deras di pagi hari membuat Daiki kurang bersemangat. Ia keluar kamarnya dengan wajah yang berantakan, berbeda dengan Ryosuke yang sudah siap dengan seragamnya.

"Pagi, Ryo!" sapa Daiki dengan wajah yang masih mengantuk. Ia menguap lebar. "Pagi, Ma!" ucapnya saat melihat mamanya yang baru muncul dari kamar.

"Astaga, Daichan! Ini sudah jam berapa? Kamu belum mandi," omel mamanya.

"Sebentar lagi, ya, Ma," kata Daiki sambil melangkah malas ke meja makan.

"Tidak. Nanti jalanan bisa macet kalau hujan, nanti kalian terlambat," oceh Inoo sambil mendorong Daiki agar segera pergi mandi.

"Pantas saja ada bau tidak enak dari tadi," celetuk Ryosuke sambil berpura- pura mengendus tubuhnya.

"Ih!" geram Daiki sambil menjambak rambut Ryosuke lalu lari menjauh.

Ryosuke mendengus kesal sambil merapikan rambutnya.

"Ryo, sini sarapan sama Mama," panggil Inoo sambil menarik kursi.

Ryosuke menurut dan tanpa bicara ia menyantap sarapannya. Sedang Inoo tampak terburu-buru sambil sesekali memainkan ponselnya.

"Mama berangkat duluan, ya," kata Inoo sambil meraih tasnya. "Kalian jangan hujan- hujanan, begitu turun dari mobil langsung pakai payung," pesan Inoo, tepat saat Daiki baru tiba di ruang makan.

"Iya, Ma," jawab keduanya serempak.

Setelah Inoo berlalu, keduanya melanjutkan sarapan tanpa bicara, kemudian bergegas berangkat sekolah.

***

"Dor!!!" Keito menepuk pundak Daiki yang sedang menaruh payungnya di tempat payung.

"Keito!" pekik Daiki sembari mengusap dada.

"Maaf, aku mengagetkanmu," ucap Keito sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah membentuk huruf V. "Nih." Keito mengulurkan sepucuk undangan cantik berwarna hijau tua.

"Ini apa?" tanya Daiki sambil membolak bali undangan tersebut.

"Undangan pesta ulang tahunku. Kau harus datang, ya. Aku tunggu. Ryosuke juga datang, ya." Keito beralih pada Ryosuke.

"Kapan pestanya?" tanya Ryosuke.

"Malam Sabtu. Ryosuke bisa datang, kan?" kata Keito dengan wajah berharap.

"Maaf, sepertinya aku tidak bisa. Aku ada jadwal latihan futsal," jawab Ryosuke.

"Oh, begitu, ya," kata Keito dengan wajah kecewa.

"Ih, Ryo, acaranya 'kan malam. Latihan futsal 'kan cuma sampai sore. Masa tidak bisa. Lagipula, kalau Ryo nggak pergi, Dai juga nggak akan diizinkan pergi sama Mama," rengek Daiki.

Baru saja Ryosuke akan menjelaskan alasannya, bel sudah berbunyi dan akhirnya ia mengurungkan niatnya. Ia pun berlalu meninggalkan Daiki yang garuk-garuk kepala.

***

Tiba saat istirahat, Ryosuke mendatangi lapangan futsal dan langsung mencari Yuto. Rupanya Yuto sudah menunggunya di pinggir lapangan.

"Ryo, sini!" panggil Yuto.
Ryosuke mendekat, kemudian Yuto mengajaknya ke basecamp ekskul futsal.

Di sana sudah ada beberapa orang siswa. Mereka semua adalah anggota tim futsal. Ada yang sedang duduk santai, ada yang sedang men-juggling bola, ada pula yang asyik dengan kesibukannya sendiri.

"Teman-teman, bisa kumpul sebentar!" seru Yuto sambil bertepuk tangan. Semua yang ada di ruangan itu menghentikan kegiatanya, lalu berkerumun mengelilingi Yuto.

"Kenalkan, ini Ryosuke, dia akan bergabung dengan tim futsal kita," kata Yuto seraya merangkul Ryosuke."

Semua anggota tim langsung menatap ke arah Ryosuke.

"Yoroshiku," ucap Ryosuke seraya menundukkan kepalanya.

Setelah berkenalan sebentar dengan teman-teman barunya, Ryosuke dipersilakan untuk mengisi beberapa formulir sebagai syarat pendaftaran, setelah itu ia kembali bergabung dan mengobrol dengan anggota tim yang lain.

"Tim futsal kita sudah banyak memenangkan kejuaraan antar sekolah, loh. Semoga dengan bergabungnya kamu di tim kita, bisa meningkatkan prestasi tim kita," ucap salah satu anggota tim.

"Keren. Aku pasti akan melakukan yang terbaik untuk tim ini," jawab Ryosuke.

Pandangan Ryosuke tertuju ke arah sudut basecamp, ada sebuah lemari kaca besar yang penuh dengan piala di sana. Ryosuke sampai berdecak kagum melihatnya.

"Yosh! Aku akan menjadi salah satu goal maker di sekolah ini dan menambah koleksi piala di sana," gumam Ryosuke dalam hati.

***

Setelah pulang sekolah, Ryosuke membersihkan diri dan berganti pakaian. Sambil menunggu guru les matematikanya datang, ia menghabiskan waktu dengan bermain game di ruang nonton.

Daiki yang juga sudah cantik dengan pakaian rumahan, menghampiri Ryosuke. Ia membawa semangkuk puding coklat. Seperti tak menganggap keberadaan Ryosuke, Daiki langsung duduk dan meraih remote TV, menekan tombol ON lalu menikmati pudingnya dengan mata tertuju pada layar TV.

Ryosuke merasa sedikit kesal karena Daiki sama sekali tak menawarinya. Ia mendekat pada Daiki dan tanpa bicara langsung merampas mangkuk yang dipegang Daiki.

"Ryo! Ambil sendiri dong di dapur!" pekik Daiki.

"Aku malas jalan. Minta punyamu sedikit saja, ya," kata Ryosuke sambil terus menyuap pudingnya.

"Sudah, katanya minta sedikit," ujar Daiki sambil merampas kembali mangkuknya yang isinya tinggal setengah.

"Sekali lagi," pinta Ryosuke.

"Sekali 'kan? Sini, Dai suapin," kata Daiki sambil mengacungkan sesendok besar puding ke arah Ryosuke.

Ryosuke menganga, dan sesendok puding itupun masuk ke mulut Daiki. Ryosuke mendengus kesal, merasa dipermainkan. Karena kesal, Ryosuke merampas mangkuk itu dengan kasar lalu meletakkannya di atas meja, kemudian mengalungkan lengannya di leher Daiki.

"Oh, kamu sudah mulai berani, ya," kata Ryosuke.

Daiki meronta, ia memukul-mukul lengan Ryosuke agar Ryosuke melepaskannya, tapi Ryosuke terlalu kuat.

"Ampun, Ryo! Ampun!" mohon Daiki. Ryosuke pun melepaskan tangannya.

Namun, setelah Ryosuke melepaskannya, Daiki mengambil bantal di sebelahnya lalu membekap wajah Ryosuke. Ryosuke yang masih sigap, meraih kedua tangan Daiki, dan mencengkramnya.

"Ryo, lepas!" Daiki meronta, berusaha melepaskan tangan Ryosuke. Ryosuke.

"Tidak akan," kata Ryosuke penuh penekanan.

"Ih, lepas!" Daiki terus meronta dan ....

"Aw!" Terdengar keluhan dari mulut Ryosuke.

Daiki membuka matanya, hal yang pertama ia lihat adalah wajah Ryosuke yang hanya beberapa senti di depannya. Daiki mematung, matanya terpaku pada wajah Ryosuke. Kejadian barusan begitu cepat, ia hanya ingat tubuhnya limbung lalu ia jatuh. Dan sekarang, ia berada tepat di atas tubuh Ryosuke.

Ketika Daiki tersadar dengan posisinya sekarang, ia bermaksud segera bangkit, tapi tangan Ryosuke dengan cepat menahan pinggangnya. Daiki menatap tajam pada Ryosuke.

"Ryo," gumam Daiki pelan.

Ryosuke tetap bergeming. Ia membalas tatapan Daiki, dan entah apa yang merasukinya, Ryosuke menangkup pipi Daiki, lalu mendaratkan kecupan singkat di kening Daiki.

Daiki membatu, kecupan barusan membuatnya kehilangan kata-kata dan tidak bisa berpikir lagi. Ia hanya menatap Ryosuke dengan tatapan bingung.

"Permisi!"

Keduanya kompak menoleh ke arah sumber suara, dan Daiki segera tersadar ia masih berada di atas tubuh Ryosuke. Secepat mungkin ia bangkit sebelum ada yang melihatnya, lalu berlari menuju kamarnya. Sementara Ryosuke berusaha mengendalikan pikirannya. Apa yang merasukinya barusan, hingga ia bisa-bisanya mencium adiknya sendiri?

Continuar a ler

Também vai Gostar

1.7M 24.4K 41
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
1.5M 73.4K 52
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
30.3M 1.6M 58
SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA - (Penerbitan oleh Grasindo)- DIJADIKAN SERIES DI APLIKASI VIDIO ! My Nerd Girl Season 2 SUDAH TAYANG di VIDIO! https:...
1.1M 110K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...