Part 11

93 16 0
                                    

"Begini lho Noo, aku bukan bermaksud menggurui ya. Tapi apakah kamu lupa? Ryosuke kan sebenarnya bukanlah anak kandungmu. Makanya saranku sebaiknya kamu bicara baik-baik dengan kedua anakmu itu dan dengarkan pendapat mereka." Ucap Hikaru.

Ryosuke terkejut sekali mendengar hal ini. Ia sama sekali tidak mengerti apa maksud orang ini berkata kalau ia bukanlah anak kandung mamanya. Ia menjadi semakin penasaran dan ingin terus mendengarkan pembicaraan mamanya dengan Hikaru.

"Kau benar Hikaru, aku terlalu menyayangi anak itu sampai-sampai aku lupa kalau dia bukanlah putra kandungku." Butiran air mata membasahi pipi Inoo.

Ryosuke sangat terkejut mendengar hal ini. Bagaimana mungkin ia bukanlah anak kandung Inoo. Ia merasa marah sekali sekarang. Ia ingin sekali masuk ke ruangan tersebut namun ia menahannya. Karena selain ia takut mamanya akan marah ia masih ingin mendengarkan pembicaraan ini sampai selesai.

"Sekarang begini, perasaan saling suka itu menurutku wajar untuk anak remaja seusia mereka. Apalagi, memang kenyataannya mereka bukan saudara kandung. Mungkin itulah yang menimbulkan rasa saling suka diantara mereka. Rasa cinta memang bisa tumbuh karena seringnya berinteraksi bukan?" Tanya Hikaru sambil menatap Inoo dan dibalas dengan anggukan pertanda setuju oleh Inoo.

"Makanya kamu harus tanya baik-baik terutama sama si abang tuh. Dia sayang sama Daichan sebagai apa, adik atau pacarnya. Sudah jangan menangis lagi, menurutku masalah ini cuma salah paham aja kok." Ucap Hikaru sambil memegang pundak Inoo yang sekarang menangis semakin kencang.

"Apakah menurutmu aku harus memberitahukan semuanya kepada Ryosuke?" Aku merasa belum siap. Inoo mengusap air matanya yang masih terus membasahi pipinya.

Ryosuke menangis lalu ia pun pergi dari sana sebelum mamanya keluar dan memergokinya. Ia lalu mengurung diri di kamarnya karena ia sekarang sedang benar-benar tidak ingin diganggu siapapun. Perasaan dan pikiranya kacau sekali karena ia merasa dibohongi oleh mamanya sendiri.

"Menurutku memang sudah saatnya mereka mengetahui hal itu. Toh keduanya sekarang sudah beranjak dewasa bukan? Kamu tinggal cari moment yang tepat untuk memberitahukannya kepada mereka." Ucap Hikaru sambil menghabiskan lemon teanya.

"Huft, baiklah. Akan kupertimbangkan semua saranmu hari ini. Terimakasih ya sudah mau mendengarkan semua curhatku." Ucap Inoo.

"Sama-sama Inoo. Semoga masalahmu cepat selesai ya. Aku pamit dulu." Keduanya lalu keluar dari ruangan tersebut.

"Sore om." Ucap Daiki yang sedang saat melihat Hikaru melewati ruang tamu. Ia langsung menghampiri Hikaru dan bersalaman dengannya.

"Sore anak cantik. Abangmu mana? Om udah lama gak ketemu." Tanya Hikaru.

"Tadi kayaknya disini. Dikamar mandi mungkin om." Jawab Daiki.

"Oh yaudah kalau begitu salam aja ya. Om pamit dulu." Inoo lalu mengantarnya ke pintu depan.

Sampai hari menjelang malam Ryosuke tidak menunjukkan batang hidungnya. Inoo lalu menyuruh Daiki memanggil kakaknya itu untuk makan malam bersama.

"Ryo.. Kakak buka pintunya. Disuruh kebawah sama mama. Ayo kita makan malam bersama." Daiki mengetuk-ngetuk pintu tersebut namun tidak ada jawaban.

"Mah, Ryo gak mau buka pintu. Aneh sekali sikapnya seharian ini." Ucap Daiki.

"Apa mungkin dia masih marah sama mama ya. Biar banti mama yang ke atas samperin dia." Ucap Inoo.

"Ryo buka pintunya, mama mau bicara sama kamu sebentar." Ucap Inoo.

Ryosuke akhirnya membukakan pintunya. Inoo langsung memasuki kamar Ryosuke dan duduk di ranjangnya.

"Kamu kenapa Ryo? Ayo turun dan kita makan malam bersama. Apa ada sesuatu yang mengganggumu di sekolah? Atau, kamu masih marah sama mama? Maafin mama ya, kemarin mama sudah terlalu keras dan kasar sama Ryo." Ucap Inoo kepada anaknya itu. Ryosuke menggeleng dan semakin membuat Inoo bingung.

"Kalau gak ada sesuatu kenapa kamu berdiam diri di kamar nak?" Tanya Inoo.

"Gak ada apa-apa kok mah. Tapi, mah, maaf ya kalau Ryo lancang. Apa Ryo boleh tanya sesuatu sama mama? Tanya Ryosuke sambil menatap Inoo

"Hmm, kamu mau tanya apa?" Inoo bertanya balik dengan ekspresi penasaran.

"Tadi, sebenarnya saat Ryo lewat mau ke kamar mandi Ryo gak sengaja mendegar obrolan mama dengan tamu mama. Ryo gak sengaja dengar.. tamu mama bilang katanya Ryo bukan anak mama. Ryo salah dengar kan mah? Ryo sedih karena mendengar hal itu." Ucap Ryosuke sambil berusaha menahan tangisanya.

Inoo terkejut sekali mendengar hal ini. Ia menatap Ryosuke dengan tatapan serius. Bagaimana mungkin anaknya itu mengetahui perihal yang sudah puluhan tahun ia rahasiakan tersebut. Ia baru saja memikirkan bagaimana caranya untuk memberitahukan hal ini kepada kedua anaknya tersebut.

Namun sekarang semuanya sudah terlambat. Ryosuke sudah mengetahui semuanya dan sekarang ia sudah tidak bisa mengelak lagi. Ia terpaksa harus memberitahukan segalanya sekarang kepada kedua anaknya itu. Inoo sekarang hanya bisa pasrah menerima apapun respon kedua anaknya tersebut nantinya.

"Ryo, bisa tolong kamu panggil Daichan kesini sekarang. Bilang ke Daichan ada hal yang perlu mama bicarakan dengan kalian dan ini penting." Ucap Inoo. Ryosuke mengangguk. Ia lalu menuruni tangga dan menghampiri Daiki yang sedang sibuk menghabiskan cemilannya.

"Daichan, dipanggil mama tuh. Katanya ada hal penting yang mau mama bicarakan sama kita." Ucap Ryosuke.

"Apa tuh? Yaudah ayo keatas ke kamar kamu." Daiki berjalan mengikuti Ryosuke ke kamarnya.

"Permisi.. Mah, ada hal penting apa yang mau mama bicarakan sama kami?" Tanya Daiki begitu memasuki kamar Ryosuke. Keduanya lalu berdiri di dekat Inoo. Inoo menatap kedua anaknya tersebut dengan serius.

"Pertama, mama mau tanya sesuatu sama kalian. Mama harap kalian jawab jujur pertanyaan mama." Ucap Inoo.

"Mau tanya apa mah?" Jawab keduanya kompak.

Forbidden Love ✅Where stories live. Discover now