Part 2

147 19 10
                                    

Setelah menempuh perjalanan panjang, akhirnya Ryosuke dan Yuya pun tiba di rumah Inoo. Suasana begitu sunyi karena hari memang sudah larut malam. Hanya petugas keamanan yang berjaga di depan gerbang yang masih terjaga. Setelah berbincang-bincang sebentar, petugas itu tampak menekan beberapa tombol di telepon, sepertinya menelepon pemilik rumah.

Setelah menjelaskan sebentar, petugas itu pun menutup teleponnya dan mempersilakan Yuya dan Ryosuke untuk masuk.

Tepat saat mereka akan mencapai pintu, pintu terbuka lebar dan tampaklah sosok wanita berusia 40 tahunan namun masih terlihat cantik, Inoo Kei.

"Ryo, apa kabar, Sayang?" Inoo merentangkan tangannya pada Ryosuka, dengan canggung Ryosuke memeluk mamanya.

"Kabar Ryo baik, Mama sendiri?" Ryosuke balik bertanya seraya melepaskan pelukannya.

"Mama bahagia, akhirnya bisa bertemu denganmu lagi," kata Inoo seraya mengelus rambut putranya. "Eh, ayo masuk," ajak Inoo sambil menggandeng Ryosuke memasuki rumah diikuti Yuya di belakangnya.

"Daiki mana, Ma?" tanya Ryosuke sambil memandangi sekeliling rumah.

"Ada di kamarnya. Tunggu, Mama panggilkan," jawab Inoo. Inoo berjalan mendekati tangga, "Dai!" teriak Inoo.

Tak ada jawaban, setelah mengulang beberapa kali, barulah ada sahutan disusul Daiki yang muncul dengan rambut awut-awutan sambil terus menguap. Setengah terpejam ia menuruni tangga.

"Ada apa, sih, Ma? Ribut-ribut malam-malam begini, Dai ngantuk," kata Daiki sambil menghempaskan tubuhnya ke sofa.

"Lihat, siapa yang datang," kata Inoo sambil memaksa Daiki untuk berdiri.

"Ryo!" pekik Daiki dengan mata membulat. "Ini benaran Ryo?! Aaaa, Dai kangen!" seru Daiki seraya menubruk saudaranya itu, membuat Ryosuke sulit bernapas.

"Dai, jangan begitu. Kasihan Ryo, dia masih capek," kata Inoo.

Daiki pun melepaskan pelukannya, lalu kembali membanting tubunya ke sofa.

"Baiklah, Yuya, Ryo, kalian duduklah dulu, aku buatkan minuman hangat untuk kalian. Dai, temani Ryo dulu, ya," kata Inoo lalu beranjak ke dapur.

Setelah menikmati minuman hangat dan mengobrol sebentar, Inoo pun mempersilakan Yuya dan Ryosuke untuk istirahat. Keduanya juga tampak sudah mengantuk dan sangat kelelahan sekali karena berjam-jam di pesawat.

"Dai, malam ini tidur sama Mama, ya. Biar Ryo tidur di kamar Dai dulu, besok baru Mama suruh pembantu untuk menyiapkan kamar untuk Ryo," kata Inoo.

"Tapi, Ma, 'kan ada kamar tamu," protes Daiki.

"Kasur di kamar tamu nggak bisa untuk berdua, Dai. Biar Om Yuya yang tidur di kamar tamu, Ryo tidur di kamar kamu," jelas Inoo.

Daiki pun hanya memanyunkan bibirnya, tidak protes lagi.

"Ya sudah, antar Ryo ke kamar kamu," suruh Inoo.

Daiki pun bangkit, lalu melangkah malas ke kamarnya di lantai dua, diikuti Ryosuke di belakangnya.

Ryosuke memasuki kamar Daiki, hal yang pertama kali menyambutnya adalah nuansa pink, khas perempuan. Mulai dari cat, gorden hingga seprei dan selimut semua serba pink. Yang membedakannya hanya cerah dan gelapnya saja. Ada banyak boneka berbagai ukuran di atas kasur, bikin sempit saja, pikir Ryosuke.

"Ryo boleh tidur di sini, tapi jangan ganggu barang-barang Dai, ya," pesan Daiki sambil merapikan bonekanya yang berserakan.

"Kamu ini kayak anak kecil, masih main boneka," ejek Ryosuke sambil memain-mainkan boneka pinguin yang sama sekali tidak ada lucu-lucunya menurutnya.

Forbidden Love ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang